oleh

Bataan Death March Jadi Perjalanan Paling Mengerikan Bagi Tawanan Jepang

image_pdfimage_print

Kabar6-Romusha atau kerja paksa zaman penjajahan Jepang di Indonesia, ternyata bukan satu-satunya ‘keganasan’ Jepang di masa lalu. Bataan Death March juga menjadi satu lagi bukti ‘kegilaan’ Jepang.

Bataan Death March adalah sebuah perjalanan maut tentara Sekutu dan Flipina yang dipaksa oleh militer Jepang pada Perang Dunia II (PD II). Melansir businessinsider, Bataan Death March merupakan sebuah peristiwa di mana sekira lebih dari 50 ribu ribu serdadu Filipina dan Amerika Serikat yang menjadi tawanan Jepang, dipaksa untuk berjalan kaki dari Semenanjung Bataan menuju kota Tarlac, Filipina.

Perjalanan ini berawal setelah menyerahnya pimpinan tertinggi sekutu Filipina kepada Jepang pada 9 April 1942, hingga seluruh pasukan gabungan Filipina dan Amerika menjadi tawanan Jepang.

Mereka dipaksa berjalan kaki menuju Kamp O’Donnell, bekas markas militer Filipina di Capas. Perjalanan dari Bataan menuju Kamp O’Donnell menempuh jarak sekira 131 kilometer.

Namun tentara Jepang tidak memberi para tawanan logistik. Mereka dibiarkan kekurangan makanan, mengalami kelaparan bahkan tak sedikit yang mendapat penyiksaan selama diperjalanan.

Karena terlalu lemah untuk berjalan, banyak para tawanan yang akhirnya tewas. Sekira 16 ribu orang Filipina dan 1.000 orang AS lainnya tewas akibat penganiayaan, kelaparan, dan penyakit. ** Baca juga: Terbukti Secara Ilmiah, Anjing Paham Bahasa Manusia

Setelah berakhirnya PD II, pimpinan komando invasi Jepang ke Filipina yaitu Letnan Jenderal Homma Masaharu dieksekusi mati karena menyebabkan kematian belasan ribu nyawa.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email