oleh

Bantuan Menumpuk, Korban Tsunami di Pandeglang Keluhkan Kekurangan Logistik

image_pdfimage_print

Kabar6-Ratusan korban tsunami Selat Sunda masih mengungsi di posko pengungsian di Majelis Taklim Al-Ikhlas, Kampung Karabohong, Desa Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.

Tercatat, para pengungsi itu mencapai 300 jiwa dari 98 Kepala Keluarga. Mereka sudah menempati pengungsian sejak empat bulan lalu. Namun, akhir-akhir ini mereka mengeluhkan mulai berkurangnya bantuan logistik.

Salah seorang pengungsi asal Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kaliri mengatakan, dalam beberapa waktu ke belakang sudah tidak ada lagi penyaluran sembako.

Padahal sebelumnya, bantuan mengalir deras bahkan hasilnya sempat dijual kembali untuk mendapatkan uang tunai sebagai pegangan.

“Selama ini penghasilan kami menunggu belas kasihan saja. Atau kami menjual beberapa sembako seperti mi instan dan beras dari pada buluk (jelek, red). Tetapi sekarang tidak ada sembako, tidak ada logistik apa yang mau dijual?” katanya, Rabu (10/4/2019).

Pengakuan Kaliri berbanding terbalik dengan keadaan di gudang logistik milik Pemkab Pandeglang. Di salah satu gudang logistik yang terletak di Shohibul Barokah, Kecamatan Kaduhejo, ratusan dus mi instan, gula, maupun berbagai jenis bahan pokok lain termasuk kasur busa, masih menumpuk.

Akibatnya, dia bersama puluhan pengungsi lain mulai tidak kerasan. Saat tidak ada penghasilan, keberadaan logistik pun dianggap sudah tidak mencukupi. Mereka pun berharap bisa segera menempati Hunian Sementara (Huntara) yang disiapkan pemerintah.

“Kalau di Huntara kami bisa bebas berusaha dan merasa lebih nyaman saja,” pintanya.

Keluhan yang sama diutarakan pengungsi lainnya, Maryati. Ibu dua anak ini mengaku semakin berat menjalani hidup di pengungsian.

Pasokan logistik yang terus berkurang, dibarengi dengan pendapatan yang hampir tidak ada membuat dia harus memutar otak untuk menyekolahkan anaknya.**Baca juga: Bawaslu Banten Terus Dalami Kasus ASN Tidak Netral.

“Kalau ada sedikit rezeki buat uang saku anak saya sekolah. Tapi kalau tidak ada, terpaksa libur,” katanya.(Aep)

Print Friendly, PDF & Email