oleh

Arswendo: Sibuk Main Proyek Ngapain Jadi Dewan Kesenian

image_pdfimage_print

Kabar6-Karakter seni dan budaya di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dianggap masih kurang. Bahkan dinilai terpecah belah, akibat tidak fokusnya penentuan identitas kearifan lokal.

Padahal, daerah pemekaran Kabupaten Tangerang ini punya ekspetasi tinggi dalam perjalanan sejara kebudayaan di Banten.

Alhasil, kondisi itu tidak seimbang dengan kebudayaan Banten, yang sudah terkenal dengan keanekaragamannya.

Demikian diungkapkan budayawan, Arswendo Atmowiloto ditemui kabar6.com di kawasan Bintaro, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangsel, Jum’at (27/3/2015).

“Terpecah-pecah di sini (Tangsel). Enggak menyatu dalam artian seperti di Banten, sayangnya begitu. Sastranya (Banten) saja bisa dasyat,” ungkapnya.

Ditanya apakah perjalanan kemajuan seni dan budaya di Kota Tangsel bergerak stagnan, Arswendo hanya menganalogikan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Solo, Surabaya dan sejumlah daerah di Indonesia lainnya, punya identitas khas dan unik.

Semua daerah di atas hasil karya dan peranannya lebih menonjol. Termasuk di daerah Banten, kecuali di Kota Tangsel.

Disinggung perihal telah keluar jalurnya peranan oknum petinggi Dewan Kesenian di Kota Tangsel, Arswendo dengan tegas malah melontarkan sindiran.

“Kalau sibuk main proyek (infrastruktur), ngapain jadi Dewan Kesenian,” ujarnya dengan intonasi bertanya. **Baca juga: Airin Jadi Saksi 7 Tersangka di Gedung Bundar.

Perlu diketahui, belum lama ini sejumlah pelaku seni dan budayawan melakukan penggalangan tandatangan. Mereka menuntut agar Agam Pamungkas selaku Ketua Dewan Kesenian Kota Tangsel, lengser dari jabatannya.

Para seniman dan budayawan itu mengkritisi sikap dan peranan Agam. Mereka mencoba beraudiensi dengan kepala daerah setempat, dan akhirnya diterima oleh Asisten Daerah II Bidang Pembangunan dan Kesra Sekretariat Daerah Kota Tangsel.(yud)

Print Friendly, PDF & Email