oleh

Apa Itu Kecemasan Sosial?

image_pdfimage_print

Kabar6-Kecemasan sosial adalah gangguan kesehatan mental kronis yang ditandai dengan kecemasan dan pemahaman diri sendiri yang berlebihan terhadap situasi sosial sehari-hari.

Gangguan kecemasan sosial dikenal juga dengan fobia sosial dan merupakan salah satu jenis fobia yang paling sering diderita orang. Kondisi ini seringkali mempengaruhi rasa percaya diri, hubungan dengan orang lain, serta menurunkan produktivitas kerja atau prestasi sekolah

Menurut seorang psikolog, kecemasan sosial dapat mencegah seseorang menikmati hidup. Mulai dari mengorbankan hubungan pribadi, menghambat karier, menyebabkan depresi, atau bahkan penyalahgunaan alkohol.

Kecemasan sosial, melansir Health, berkaitan pula dengan faktor keturunan. Namun tidak bisa dipastikan apabila orangtua mengalami kecemasan sosial maka sang anak pun mengalami hal yang sama. Menurut National Institute of Mental Health, ada anak yang terpengaruh tapi ada pula yang tidak. Hal ini bisa terjadi karena otak beberapa orang salah menafsirkan isyarat sosial atau ekspresi wajah. Selain itu, faktor kepribadian bawaan dan pendidikan dalam keluarga juga ikut memengaruhi.

Disebutkan, kecemasan sosial bermula dari ketakutan untuk dinilai oleh orang lain. Mereka yang mengalaminya memiliki rasa takut akan penolakan, penghinaan, dan kegagalan, atau bahkan tampak seperti orang bodoh. Karena itulah, orang yang mengalami kecemasan sosial lebih memilih menghindari menempatkan diri dalam situasi sosial daripada mengatasi perasaan cemas ketika berada di keramaian.

Pada beberapa orang, kecemasan sosial dapat menunjukkan tanda fisik. Mulai dari wajah memerah, berkeringat, gemetar, atau mual. Denyut jantung juga bisa ikut terpengaruh, napas menjadi cepat, dan pikiran menjadi kosong. Semakin mereka khawatir, semakin buruk gejala-gejala tersebut. Beruntung kecemasan sosial dapat diatasi dengan bantuan psikolog.

Psikolog mengatakan kecemasan sosial biasanya diobati dengan bentuk terapi bicara yang dikenal sebagai terapi perilaku kognitif. Terapi bisa berdiri sendiri atau dikombinasikan dengan obat-obatan seperti obat anti-kecemasan, antidepresan, atau beta-blocker. ** Baca juga: 3 Cara Mudah Mengetahui Makanan Sehat Tanpa Melihat Label Nutrisinya

Apakah Anda pernah mengalami kondisi seperti ini?(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email