oleh

Anak Tiri Bernama Cisadane

image_pdfimage_print

Cisadane sepanjang 125 kilometer, yang bermula dari anak-anak sungai di lereng Gunung Pangrango dan Gunung Salak di Bogor, mengalir memasuki wilayah Bogor melintasi kota Tangerang, lalu bermuara di Tanjung Burung dan Laut Jawa.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air pasal 19 ayat 2, disebutkan bahwa Unit Pelaksana Teknis yang membidangi sumber daya air wilayah sungai lintas provinsi, adalah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane bertugas untuk membantu wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai litas provinsi dalam penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber daya air.

Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane termasuk salah satu Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Tipe B, dengan wilayah kerja meliputi Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. 

Secara administratif Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane meliputi tiga provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan 10 Kota serta empat Kabupaten dengan batas-batas sebelah Barat Sungai Cimanceuri di Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan Puncak Kabupaten Cianjur dan sebelah Timur Sungai Cilemah Abang Kabupaten Bekasi.

Apa perbedaan yang mencolok dalam hal penanganan antara Ciliwung dan Cisadane yang berada dalam satu wadah BBWS.Saya ingin katakan, Cisadane layak seperti anak tiri yang sangat jarang diurus orang tuanya .Mengapa, kalau diamati program-program kerja yang dilaksanakan oleh BBWS, mayoritas baru mengurusi Ciliwung, sementara Cisadane seolah-olah dilupakan.

Lalu apa yang dirasakan oleh warga yang dilintasi Cisadane di Tangerang Raya, dalam beberapa tahun ini selalu dikunjungi banjir, yang salah satu penyebabnya adalah sadimentasi Cisadane yang sudah sangat parah terutama di sekitar muara, malah sudah ada yang membentuk pulau entah berapa hektar luasnya.Tebing-tebing sungai tanpa turap terus berguguran menyumbang endapan lumpur di sungai. Bendungan Pintu Air 10 yang dibangun tahun 1920 hingga kini baru sekali ‘dijenguk’ tahun 1992.  

Ketika ribut-ribut banjir Jakarta beberapa tahun lalu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ketika itu, berjanji akan menormalisasi Cisadane dan mengembalikan kejayaannya sebagai kebangaan warga Tangerang.Tapi hingga kini tampaknya belum juga ada tanda-tanda untuk mewujudkan janji tersebut.

Mengurus Ciliwung secara serius, memang harus dilakukan, tidak ada yang salah dengan tindakan itu, karena Ciliwung akan memberi dampak langsung bagi kondisi ibu kota negara.Tapi melupakan Cisadane juga dirasa tidak adil bagi kami warga Tangerang, karena kami akan kebanjiran terus menerus bila Cisadane tidak diurus dengan serius sekarang juga.

Melihat fakta-fakta di lapangan dan setelah mempelajari beberapa hal, pengelolaan Ciliwung-Cisadane dirasa pekerjaannya terlalu berat dengan wilayah yang terlalu luas, sehingga pengelolannya perlu dipisah dengan sangat segera menjadi dua BBWS. BBWS Ciliwung bisa lebih konsentrasi dengan apa yang sudah dilakukan selama ini, sementara BBWS Cisadane juga bisa efektif mengurus Cisadane dan sebaiknya juga berkantor di wilayah Tangerang Raya. Dengan BBWS Ciliwung sendiri dan Cisadane dengan BBWS sendiri, penanganan aliran kedua sungai ini akan lebih terarah dan tujuan yang akan dicapai lebih mudah direalisasikan.(zoelfauzilubis@yahoo.co.id) 

 

 

 

Print Friendly, PDF & Email