oleh

10 Tahun BJS Lestarikan Bahasa Jaseng pada Kaum Milenial Agar Tidak Punah

image_pdfimage_print

Kabar6- Selama 10 tahun komunitas Bahasa Jawa Serang (BJS) terus melestarikan bahasa Jawa Serang (Jaseng) yang merupakan kebudayaan dan makanan tradisional Banten.

Salah satu pendiri BJS Lulu Jamaludin mengatakan, tak mudah memang. Karena butuh konsistensi untuk melakukannya. Gotong royong atau slogan di komunitas BJS adalah Deduluran, Cecantelan. Artinya bersaudara dan saling berpegangan. Ini mereka patuhi betul.

“Semangat itu yang kami pegang teguh agar bahasa Jaseng berikut kebudayaannya tidak hilang dimakan zaman. Kita melestarikan bahasa, bukan hanya anggota mewajibkan berbahasa Jaseng, tapi sekaligus kampanye ke sekolah dan instansi lain untuk menggunakan bahasa Jawa Serang,” ujar Lulu di sela peringatan hari lahir komunitas BJS, di Kota Serang, Banten, Selasa (17/11/2020).

Misalkan dengan memberikan kamus bahasa Jaseng, lanjut Lulu, agar banyak digunakan di Kota Cilegon, Kota Serang, Kabupaten Serang, sebagian Tangerang dan Lampung. Bagi anggota dan masyarakat Banten harus bangga terhadap BJS karena universitas sekelas Oxford asal Inggris, pernah meneliti bahasa Jaseng di komunitas BJS.

Kemudian di tahun 2019, komunitas BJS digaet oleh Kamila Andini, putri dari Garin Nugroho untuk membuat film berbahasa Jaseng. Kini, film itu sedang dalam tahap editing.

Penggiat medsos juga pakai bahasa Jawa Serang. Awalnya yang diluar negeri, meneliti FBn, manusia digital, kemudian ke BJS. Dari medsos bermanfaat ke dunia nyata. Bulan kemarin habis presentasi ke Singapura, tahun depan membuat buku. Ada juga Oxford Inggris,” jelasnya.

Melalui media sosial (medsos), BJS turut aktif mengkampanyekan penggunaan bahasa daerah, seperti di akun Instagram (IG) @rambobanten_ yang diikuti oleh 23,7 ribu follower hingga dengan mudah ditemukannya komedian atau lagu berbahasa Jaseng di kanal youtube.

Menurut Mang Lulu, yang juga relawan Fesbukbantennews (FBn) menjelaskan berbagai sarana digunakan agar anak muda Banten, tidak lagi malu atau gengsi menggunakan bahasa daerah nya, sebagai warisan nenek moyang. Jika anak muda enggan berbahasa daerah, BJS khawatir Jaseng akan hilang.

“Kita juga mendorong pemerintah untuk menggunakan bahasa daerah satu minggu sekali. Kita menghindari kepunahan bahasa Jawa Serang. Jangan malu menggunakan bahasa Jawa Serang, mereka masih gengsi waktu belum ada komunitas,” ujarnya.

Tak hanya melestarikan bahasa Jaseng yang mirip dengan bahasa Jawa Cirebonan. Komunitas ini pun aktif turut menjaga kuliner dan budaya nenek moyang, seperti ubrug atau teater rakyat menggunakan bahasa Jaseng.

**Baca juga: Ombudsman Banten Nilai Pelayanan Publik Korem 064/Maulana Yusuf Cukup Baik

Kemudian ada wayang garing, penyajian selayaknya wayang kulit, tanpa iringan gamelan dan sinden. Dalang berperan multifungsi, selain sebagai pengisi suara tokoh wayang, dia juga memainkan musik dari mulutnya.

“Kita juga sebarkan budaya, seperti ubrug, wayang garing, lagu bahasa Jawa Serang. Sosial juga kita menghidupkan warisan nenek moyang, gotong royong, jika ada yang kena musibah kita bantu seadanya, bedah rumah, banjir,” terangnya. (dhi)

Print Friendly, PDF & Email