oleh

WHO Sebut, Vaksinasi COVID-19 Tidak akan Selesai Hingga 2022 Mendatang

image_pdfimage_print

Kabar6-Kepala Ilmuwan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, mengatakan bahwa kita jangan berharap ada cukup vaksin COVID-19 untuk kehidupan yang benar-benar normal hingga 2022 mendatang.

Menurut Swaminathan, melansir Okezone, menyatakan, inisiatif Covax (rencana alokasi vaksin COVID-19 global yang dipimpin bersama oleh WHO) hanya dapat mengumpulkan sekira ratusan juta dosis pada pertengan tahun depan, yang berarti masing-masing dari sekira 170 negara atau pelaku ekonomi yang telah bergabung mendapatkan vaksinnya.

Angka dosis tersebut sangat kecil sekali dibandingkan target WHO yang mana untuk memenuhi kebutuhan seluruh dunia, yaitu dua miliar dosis yang diperkirakan sebelumnya terlaksana pada akhir 2021 nanti.

“Banyak orang beranggapan bahwa di bulan Januari Anda memiliki vaksin untuk seluruh dunia dan semuanya akan mulai kembali normal,” kata Swaminathan. “Sementara, prediksi kami peluncuran vaksin itu akan dimulai pada pertengahan 2021 karena di awal 2021 adalah saat Anda akan mulai melihat hasil dari beberapa uji cobanya.” .

Sementara itu, pemerintah Tiongkok lebih agresif dalam menentukan waktu pendistribusian vaksin COVID-19 ini. Menurut Wu Guizhen dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, orang-orang di Tiongkok akan mendapatkan akses vaksin pada awal November atau Desember 2020 ini.

Seakan tak mau kalah, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pun menyatakan akan sesegera mungkin mengeluarkan vaksin COVID-19. Hal ini rupanya meningkatkan kekhawatiran bahwa regulator AS mungkin tunduk pada tekanan politik dan mengeluarkan izin penggunaan darurat sebelum waktunya.

Di sisi lain, Swaminathan mengatakan bahwa WHO berencana untuk mengeluarkan pedoman tentang penggunaan darurat vaksin minggu ini. “Semua uji coba yang sedang berlangsung memiliki tindak lanjut setidaknya 12 bulan jika tidak lebih lama,” jelas Swaminathan.

Itu adalah waktu yang biasa Anda lihat untuk memastikan Anda tidak mengalami efek samping jangka panjang setelah beberapa minggu pertama usai diberikan vaksin.

“Karena ini pandemi, ada kemungkinan banyak regulator yang ingin melakukan listing darurat, yang bisa dimaklumi. Tapi, tetap perlu ada beberapa kriteria,” tegasnya.

Para peneliti, dijelaskan Swaminathan, ingin melihat seberapa manjur vaksin yang siap didistribusikan itu. “Tapi, saya pikir yang lebih penting adalah soal keamanan dari vaksin itu sendiri. Ditambahkan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS akan mengeluarkan pedoman penggunaan darurat.

Sementara itu, Tiongkok sudah menggunakan tiga vaksin pada warga sipil di bawah otoritas penggunaan darurat sejak Juli dan satu vaksin untuk militer sejak Juni. Lebih lanjut, seorang pejabat senior dari raksasa farmasi milik negara mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa ratusan ribu orang Tiongkok telah divaksinasi.

Swaminathan mengatakan, regulator nasional memiliki kewenangan untuk melakukannya di wilayah negara sendiri. ** Baca juga: Hal yang Baik Dilakukan untuk Bantu Kurangi Kebiasaan Mengemil

Namun ia menambahkan, mereka itu harus memberlakukan tenggat waktu bagi perusahaan untuk memberikan data, dan izin penggunaan darurat dapat dicabut jika uji coba tahap terakhir tidak memenuhi persyaratan.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email