oleh

Warga Tangsel Tolak Tradisi Adu Bedug Dihapus

image_pdfimage_print

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) menyesalkan atas insiden kecelakaan acara Adu Bedug yang kembali menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Tradisi menyulut mesiu petasan itu merupakan ajang tahunan bagi warga yang telah berlangsung sejak puluhan tahun silam.

Demikian dikatakan Kepala Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat Daerah, Dedi Rafidi, Selasa (2/9/2014). “Seharusnya dari masing-masing peserta harus lebih dapat menjaga lagi keselamatan diri sendiri dan orang lain,” katanya.

Atas insiden kecelakaan tersebut , pihaknya sangat menyayangkan. Dedi meluruskan, bahwa kegiatan tradisi adu petasan di Kota Tangsel lahir dari inisiatif warga lokal. Apalagi bagi warga etnis Betawi, menyulut mercon merupakan sebuah budaya lama.

“(Perang petasan) Itu memang sudah menjadi agenda rutin tiap tahun. Biasanya yang melaksanakan warga lokal atau dari komunitas pegiat seni,” jelasnya.

Diakuinya, Pemkot Tangsel memang sempat mewacanakan ingin  menghilangkannya kegiatan adu petasan. Namun, upaya tersebut urung diberlakukan karena adanya aksi penolakan cukup kuat dari sejumlah elemen masyarakat.

Kelompok masyarakat beralasan, kebijakan menghentikan adu bedug dinilai hanya ikut menggerus salah satu budaya lokal yang kadung sudah melekat di Kota Tangsel.

“Rencana penghapusan pada awalnya karena kegiatan perang petasan dapat membahayakan jiwa peserta maupun penonton,” urai Dedi.

Ditambahkannya, kasus akhir pekan kemarin dijadikan bahan koreksi bagi panitia penyelenggara adu bedug. Masyarakat juga diimbau supaya lebih memperhatikan sisi keselamatan. Utamanya bagi pihak panitia, harus lebih dapat mengatur lagi, mana saja spot-spot aman bagi para peserta maupun penonton. **Baca juga: Tradisi Adu Bedug di Tangsel Selalu Renggut Nyawa.

“Kalau asal menghapus saja budaya yang ada tidak gampang,” tambah mantan Kepala Bidang Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Kota Tangsel ini.(yud)

Print Friendly, PDF & Email