oleh

Teror Penembakan, Kriminolog: Intelejen Terus Kebobolan

image_pdfimage_print

Kabar6-Aksi kejahatan teror penembakan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) yang menyebabkan tiga polisi meninggal tidak terlepas dari lemahnya tugas intelejen.

Padahal, petugas yang tergabung di Komunitas Intelejen Daerah (Kominda) ini operasionalnya telah dibiayai oleh APBD.

Demikian disampaikan Kriminolog asal Universitas Bina Nusantara, Reza Indragiri Amriel, Minggu (25/8/2013). “Celakanya, intelejen lagi-lagi kecolongan dan terkesan kurang antisipatif atas terjadinya penembakan polisi di Tangsel,” tegasnya.

Reza mengatakan, harus diakui bila serangkaian penembakan polisi yang belum terungkap lantaran intelejen kesulitan dalam mengungkap kasus sebelumnya. Modus operandi yang dilakukan orang tidak dikenal itu tergolong sama dalam kurun waktu berdekatan.

“Intelejen kebobolan. Apalagi di kasus itu bukan hanya senjata betulan, senjata rakitan dan berbagai variasi senjata lain berserak dalam penembakan polisi ini. Jadi terbayang betapa rumitnya intelejen mengendus kasus penembakan ini. Apalagi fakta di lapangan, tak terbantahkan bahwa polisi banyak memiliki musuh, yakni teroris, narkoba dan ormas rusuh,” katanya saat dihubungi melalui Blackberry Messenger.

Menurutnya, intelejen pasti bakal lebih mudah membaca pergerakan jaringan, seperti teroris. Jika pergerakan sangat seporadis tanpa basis jaringan melainkan sentimen personal, diaku Reza kerja intelejen niscaya bakal sulit.

“Sampai sekarang, saya masih bertanya-tanya, apakah penembak polisi ini adalah teroris atau hanya sentimen personal terhadap polisi dan mengincar polisi secara random,” paparnya.

Terkait peran intelejen daerah seperti Komunitas Intelejen Daerah (Kominda) Kota Tangsel, Reza mengaku keberadaan mereka kurang efektif. Barometernya, kata Reza, banyaknya kasus kejahatan di Kota Tangsel yang tidak terendus, seperti penembakan polisi itu. “Intelejen daerah kurang efektif,” singkatnya.(yud)

 

Print Friendly, PDF & Email