oleh

Tak Kunjung Sembuh, Luka di Kaki Endang Kerap Digerogoti Tikus

image_pdfimage_print

Kabar6-Entah apa penyakit yang diderita Endang, warga Kampung Priyang RT 006/002 Kelurahan Pondok Jagung, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel).

Endang mengalami gatal-gatal pada bagian kaki dua tahun lalu. Tak tahan akan gatal, dia-pun kerap menggaruk di area gatal sehingga menimbulkan luka berair.

Pria renta yang berprofesi sebagai juru parkir lepas di minimarket itu tak berpikir bahwa luka di area gatal itu terus mengeluarkan air dan bau tak sedap. Endang hanya mengetahui, selama dirinya masih bisa beraktivitas, Ia akan terus mencari nafkah melalui jasa parkir yang dilakukannya.

Hari ke hari, luka berair tadi terus menyebar ke dua kakinya. Akhirnya, pria berumur 51 tahun ini tak lagi kuasa untuk melakukan ikhtiar hariannya sebagai juru parkir lepas. Dan, dia pun hanya bisa istirahat dan pasrah dengan keadaan.

“Awalnya Cuma gatal-gatal di kaki. Karena enggak kuat rasa gatalnya, saya garuk-garuk dan menimbulkan luka berair,” kata Endang kepada kabar6.com, Sabtu sore (15/9/2018).

Karena aroma bau tak sedap yang keluar dari kedua kakinya, Endang merasa kesulitan meminta bantuan handai taulan untuk membawanya berobat ke puskesmas.

“Beberapa waktu lalu, ada kawan yang mau mengantarkan saya ke puskesmas,” terang Endang. **Baca juga: Bertebaran di Bibir Pantai, Greenpeace Bakal Audit Merk Sampah.

Dikatakan Endang, saat diperiksa, dokter Puskesmas mengatakan Endang terkena infeksi tetanus. Pihak Puskesmas hanya memberikan antibiotik.

“Kalau belum sembuh, setelah obatnya habis bapak ke sini lagi aja,” ujar Endang menirukan ucapan dokter yang memeriksanya.

Infeksi dari luka berair dengan bau tak sedap yang sudah mengental seantero ruangan yang didiaminya, membuat tikus-tikus saban malam menghampiri dan kerap menggerogoti luka-lukanya.

“TIkus-tikus itu setiap malam datang dan menggerogoti luka di kaki saya. Saya usir dengan menggoyang-goyangkan kaki. Tapi tak berapa lama, tikus-tikus itu datang lagi,” papar Endang dengan suara lirih.

Harapan Endang hampir pupus. Dia tak memiliki kartu layanan kesehatan, apalagi uang untuk bisa berobat ke rumah sakit dengan pelayanan yang lengkap. Endang hanya bisa meratap dan berdoa dengan nasib yang dialaminya.

Walaupun di hati kecilnya, Endang masih mengharapkan uluran tangan dari masyarakat dan pemerintah. Agar sudi membantu menyembuhkan penyakit yang dideritanya.

“Ya mau gimana lagi dek, saya hanya bisa pasrah dengan nasib saya yang seperti ini. Mudah-mudahan tuhan memberikan mukjizat agar ada pihak yang mau membantu dan menyembuhkan kaki saya,” celetuk Endang dengan pandangannya yang hampa. (jicris)

Print Friendly, PDF & Email