1

Tabrakan Kapal di Ujung Kulon, Nelayan Asal Lebak Hilang

Kabar6.com

Kabar6- Kecelakaan laut terjadi di Perairan Karang Ranjang   Taman Nasional Ujung Kulon. Kecelakaan ini melibatkan antara kapal pembawa batu bara Kapal Tb. Bamara 8 dengan perahu kincang nelayan KM. Ju’uh. Satu nelayan di dikabarkan hilang.

Kasat Polair Polres Pandeglang, AKP Dwi Hari Bagio Sunarko membenarkan peristiwa  itu, pihak mengaku tengah mendalami penyebab terjadinya tabrakan antara dua kapal tersebut. Sementara, satu nelayan yang dinyatakan hilang masih dilakukan pencarian.

“Kita masih melakukan pemeriksaan terkait kejadian ini. Satu nelayan belum ditentukan masih dalam pencarian,” kata Dwi, Sabtu (21/3/2020).

Ada tiga orang dalam kapal nelayan tersebut mereka adalah Hada (40) sebagai nahkoda selamat dan Samsudin (35) selamat, sedangkan Ngali (40) belum di temukan. Saat itu kapal nelayan tengah labuh jangkar di perairan tersebut.

Saat kejadian, Hada (40) sebagai nahkoda dan Samsudin masih tersadar. Namun, nelayan lainnya yang bernama Ngali (40) sedang tidur.

Setelah Perahu mereka tenggelam beruntung bagi Hada, dia akhirnya bisa diselamatkan oleh Anak Buah Kapal (ABK) Tb. Bamara, Samsudin, harus berenang sekitar satu jam ke pulau terdekat dan berhasil menyelamatkan diri.

“Samsudin korban selamat setelah berenang selama satu jam,”tandasnya.**Baca juga: Rumah Sakit Kurang Alat, Pemkab Pandeglang Gunakan Dana Tak Terduga Tangani Corona.

Hingga kini Basarnas Banten masih melakukan pencarian terhadap nelayan yang merupakan warga warga Kampung Panghegar, Desa Muara, Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak yang dinyatakan hilang di sekitar TKP. Dalam proses pencarian Basarnas juga melibatkan para nelayan setempat dengan harapan korban segera di temukan.

“Kita masih melakukan pencarian di sekitar tempat kejadian. pencarian berdasarkan informasi dari tim di lapangan cuacanya mendukung,” ungkapnya. (Aep)




Pulihkan Ekosistem Pesisir Ujung Kulon, Warga Tanam Ribuan Mangrove

Kabar6.com

Kabar6-Ratusan warga bersama aktivis lingkungan hidup menanam ribuan pohon mangrove di Kampung Ketapang, Desa Cigarondong, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Sabtu (26/10/2019).

Kegiatan yang diiniasi warga setempat bersama Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta itu bertujuan untuk memulihkan ekosistem mangrove di wilayah pesisir setempat.

Ketua Pelaksana Kegiatan, Agus Askuri, mengatakan, kondisi ekosistem mangrove di desa tersebut rusak sejak tahun 2014. Kerusakan itu langsung dirasakan dampaknya oleh warga setempat.

“Dampak yang paling terasa adalah abrasi pantai, juga hilangnya eksistem mangrove,” ujarnya kepada wartawan di lokasi kegiatan.

Ia mencontohkan, akibat kerusakan mangrove, saat ini warga merasakan berbagai dampak, diantranya semakin sulit mendapatkan ikan. Karena ekosistem mangrove menjadi salah satu lokasi berkembang biaknya ikan dan hewan lainnya.

“Dulu, kami sangat mudah menangkap ikan. Sekarang semakin sulit, harus ke tengah laut,” imbuhnya.

Ia menambahkan, desakan pembangunan seperti pembukaan lahan untuk tambak yang terjadi di desa tersebut, turut memperparah kerusakan mangrove. Selain itu, dampak terbesar juga terjadi karena tsunami Selat Sunda pada akhir tahun 2018 lalu.

Ia menerangkan, mangrove selain berguna untuk menjaga kelestarian ekosistem wilayah pesisir, juga sangat berguna menghalau saat terjadi bencana seperti tsunami.

“Tsunami kemarin tidak akan berakibat kerusakan parah kalau eksoistem mangrovenya masih baik, karena ada buffer (sabuk hijau pengaman) yang menahan laju ombak, juga menahan terjadinya abrasi,” terangnya.

Ia berharap, kegiatan itu menjadi momentum bangkitnya kesadaran warga pentingnya menjaga kelestarian ekosistem pesisir.

“Ini inisiatif warga disini yang didukung Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta. Kami berharap, warga semakin sadar, kami libatkan anak-anak sekolah dan relawan, agar kelak kegiatan ini bisa berkelanjutan,” katanya.

Ditambahkan relawan Yayasan SHEEP Indonesia, tsunami Selat Sunda yang terjadi pada medio akhir 2018 menjadi peringatan kondisi wilayah Pandeglang yang rawan bencana.

Diterangkannya, Indeks Rawan Bencana Indonesia tahun 2013, menyebutkan bahwa wilayah Kabupaten Pandeglang mempunyai skor rawan bencana 74 (skala tinggi) terhadap bencana alam berupa erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor kekeringan dan angin puting beliung.

Artinya ketanggungan masyarakat, ketanggungan struktural dan non struktural harus di lakukan di wilayah Kabupaten Pandegalang. Hal ini untuk mendorong dampak kerugian bencana yang besar ketika ancaman bencana terjadi di wilayah Kabupaten Pandeglang.

Dampak terbesar tsunami di Kabupaten Pandeglang berada di kawasan kecamatan sumur khususnya di pesisir sepanjang Kecamatan Sumur hingga kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, khususnya 3 desa yaitu desa Cigorondong, Taman Jaya dan Ujung Jaya. 3 desa terdampak berada di sepanjang pesisir selat sunda.

“Hasil kajian dan obesrvasi Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta menunjukan bahwa desa terdampak tsunami tepat berhadapan dengan selat sunda tanpa penghalang atau buffer apapun. Sehingga ketika tsunami datang langsung menghantam rumah atau tempat tinggal masyarakat,” kata Suparlan.

Kondisi itu, lanjutnya, telah menumbuhkan kesadaran warga, karena pengalaman tsunami menjadi pembelajaran berharga.

**Baca juga: Undang Brazilian Jiu Jitsu, Lapas Pemuda Tangerang Gelar Latihan MMA.

“Seperti di rumah pak Ahmad Yani, seorang RT di Kampung Cigorondong. Meskipun keluarga beliau selamat dari dampak tsunami akhir 2018 lalu, beliau sekarang timbul kesadaran bahwa buffer menjadi sangat penting selain untuk menambah keindahan, tanggul alami juga bisa menjadi pusat tumbuh kembangnya ikan dan juga wisata. Hal tersebut juga di dasarkan pada wilayah –wilayah yang maish ada buffer di sepanjang pesisir selat sunda, rerata tidak rusak rumahnya,” pungkasnya.

Inisiatif membangun ketangguhan pesisir dengan melakukan penanaman mangrove tersebut diinisiasi oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB) Desa Cigorongdong bersama Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta dengan melibatkan lima sekolah dasar, yaitu SDN Cigorondong, SDN Taman Jaya 1,2 dan 3 serta SDN Ujung Jaya 2, Kecamatan Sumur, Pandeglang. Sebanyak 2.300 bibit mangrove pun telah ditanam dibibir pantai yang luasnya sekitar enam kilometer. (Oke)