Untuk Baca Otak Seorang Pria, Ilmuwan Masukkan ‘Jendela’ ke Tengkoraknya

Kabar6-Untuk membaca otak dengan ultrasound, tim peneliti memasukkan ‘jendela’ ke tengkorak milik seorang pria. Aktivitas otak pria tersebut terekam saat ia menyelesaikan tugas di luar fasilitas medis, termasuk bermain video game.

Tim peneliti, melansir livescience, menanamkan suatu bahan ke tengkorak pria tersebut yang memungkinkan gelombang ultrasonik masuk ke otaknya, untuk mencapai aktivitas ini. Setelah masuk melalui jendela ‘transparan akustik’ tadi, gelombang tersebut memantul melewati batas antarjaringan. Beberapa gelombang yang memantul kemudian kembali ke ultrasound, yang dihubungkan ke pemindai.

Data tersebut memungkinkan tim peneliti untuk membangun gambaran tentang apa yang terjadi di otak pria tersebut, serupa dengan bagaimana pemindaian ultrasonografi dapat memvisualisasikan janin di dalam rahim.

Tim memantau perubahan volume darah di otak dari waktu ke waktu, khususnya memperbesar wilayah otak yang disebut korteks parietal posterior dan korteks motorik. Kedua wilayah ini membantu mengoordinasikan pergerakan.

Studi ini dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya pada primata bukan manusia. Saat menerapkannya pada manusia, tim peneliti dapat menggunakan pencitraan ultrasonografi untuk memantau aktivitas saraf yang terjadi di otak pria, saat ia melakukan berbagai tugas, seperti bermain video game sederhana dan memetik gitar.

Tim menggambarkan temuan mereka dalam sebuah tulisan yang diterbitkan pada 29 Mei di jurnal Science Translational Medicine.(ilj/bbs)




Untuk Kepentingan Edukasi, Pria di New York Dirikan Museum Berisi Ratusan Tengkorak Manusia

Kabar6-Seorang pria bernama Jon Pichaya Ferry mendirikan sebuah museum di wilayah Brooklyn, New York, Amerika Serikat (AS), yang menyimpan sejumlah koleksi tak biasa.

Museum tersebut, melansir Nypost, memamerkan 110 tulang belakang manusia dan 90 tengkorak utuh yang merupakan koleksi turun temurun milik keluarga Ferry. Seluruh tengkorak dan tulang belakang itu merupakan asli dari manusia yang telah meninggal. Ferry mengatakan, awalnya tulang belakang dan tengkorak itu digunakan untuk kepentingan medis dan edukasi. Kemudian, ia melihat ratusan tengkorak dan tulang belakang tadi justru bisa digunakan untuk sarana edukasi gratis yakni dengan cara mendirikan museum.

Seluruh koleksi itu didapat dengan cara pembelian langsung. Umumnya, di Amerika masih banyak orang yang menyimpan tulang belulang anggota keluarga mereka. Pada tahun 1950-an hingga 1960-an masih banyak orang yang membeli tulang manusia, terutama mereka yang bekerja di sektor medis.

Hanya saja, semuanya berubah ketika pembelian tulang secara langsung mulai diperketat saat ini. “Jadi banyak keluarga dari para mahasiswa yang dulu membeli tulang kini tersimpan di rumah dan tidak bisa dijual. Di sini kami memanfaatkannya untuk keperluan edukasi,” ungkap Ferry.

Namun Ferry juga tidak sembarangan mengoleksi tulang. Seluruh koleksi yang dimiliki merupakan tulang-tulang yang memang pernah digunakan untuk kepentingan penelitian medis. ** Baca juga: Sepasang Bayi Kembar Asal AS Lahir dari Embrio yang Dibekukan 30 Tahun Lalu

“Tulang-tulang ini bukan hiasan tapi digunakan untuk pendidikan dan pembelajaran. Kami menggunakan kembali tulang-tulang ini agar dapagt diambil manfaatnya buat generasi mendatang,” terang Ferry.

Disebutkan, saat ini bisnis jual beli tulang atau tengkorak sudah jadi komoditas bisnis yang tinggi, karena sudah dilakukan oleh pemain besar. Menurut Ferry, kini ada lima perusahaan besar yang mendominasi jual beli tulang atau tengkorak.

“Dulu ada 14 perusahaan yang ada di bisnis jual beli ini untuk kepentingan edukasi dan bisnis. Sekarang cuma ada lima,” jelas Ferry.(ilj/bbs)