1

Warga Cukanggalih & Sukabakti Kesulitan Air Bersih

Kabar6.com

Kabar6-Dampak kekeringan di Kabupaten Tangerang kiang meluas. Kini, warga Desa Cukanggalih dan Sukabakti Kecamatan Curug yang ikut merasakan penyusutan debit air tanah.

Bahkan warga di Desa Sukabakti harus menggunakan air kemasan galon untuk Mandi, Cuci, Kakus (MCK).

Ajat Ketua RT 04 Desa Cukanggalih Kecamatan Curug, mengatakan, di musim kemarau tahun ini terjadi penyusutan debit air tanah yang terbilang cukup cepat.

Bahkan, selama satu bulan terakhir wilayah itu tidak diguyur hujan. Menurut Ajat, warga di RT itu sudah kesulitan air bersih yang membuat penggunaan air harus dikurangi.

“Warga yang sudah tidak ada air, meminta air ke rumah-rumah warga yang masih ada untuk memenuhi keperluan MCK dan konsumsi air,”ungkap Ajat, Senin (22/7/2019).

Ajat juga menjelaskan, kekeringan yang melanda RT 04 tidak terlalu parah, jika dibandingkan dengan RT 03.

Menurut Ajat, di RT 03 ada puluhan Kepala Keluarga (KK) yang sangat kesulitan air bersih dan harus bergantian mengambil air dari bantuan yang datang.

“Di sini sekitar 10 kepala keluarga saja, tetapi kalau di RT 03 itu banyak yang sudah kering airnya. Mereka sampai pukul 20.00 WIB saja masih antre air karena harus bergantian. Kalau kemudian hari disini juga mengalami hal yang sama kami akan meminta bantuan air bersih juga, jadi lihat kondisi dahulu,” ujarnya.

Senada dengan Ajat, salah satu warga Desa Sukabakti Kecamatan Curug, Nurasiah pun juga mengungkapkan, bila hujan tidak turun selama tiga bulan terakhir dan selama itu debit air mulai menyusut. Akibatnya Nurasiah bersama warga lainnya kesulitan air bersih.

“Minta air sama warga yang masih ada, tetapi itu hanya untuk cuci baju saja. Kalau untuk konsumsi atau mandi saya pakai air galon, karena air tanahnya sudah mulai membuat kulit saya gatal-gatal,” ungkapnya.

Nurasiah mengatakan, dalam sehari dirinya menghabiskan uang sebesar Rp20 sampai Rp30 ribu untuk membeli air galon yang seharusnya diperuntukan untuk konsumsi.

“Habis mau bagaimana lagi, tempat cuci kendaraan saja sudah sulit air. Mereka saja mengumpulkan air di dalam tong besar semalaman dan bantuan air bersih juga belum ada,” ucapnya.

Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Kosrudin menerangkan, akan mengirimkan bantuan air bagi wilayah-wilayah yang membutuhkan.

Selain itu menurut dia, desa yang kerap mengalami kekeringan setiap tahunnya, seharusnya kepala desa itu dapat berinisiatif membuat penampungan air.

**Baca juga: Kekeringan, BPBD Kabupaten Tangerang Kebanjiran Permintaan Air Bersih.

“Membuat tangki air, entah itu berupa bak dan lain-lain silahkan. Jadi ketika kami yang datang itu tidak lagi berderet ember-ember, jadi anggaran desa yang dari pemerintah itu cobalah membuat tangki air,” katanya.

Kosrudin juga menambahkan, di Kabupaten Tangerang, banyak desa yang setiap tahunnya menjadi langganan kekeringan.

“Minimal satu RT itu dua tangki air saja, jadi kami juga supaya tidak repot. Dana desa coba dimanfaatkan untuk membuat itu,” pungkasnya.(N2P)




Sertifikat Belum Jadi, Urus Prona di Sukabakti Bayar 3 Juta

kabar6.com

Kabar6 –Sebagian besar warga di Kelurahan Sukabakti, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, merasa dirugikan akibat ikut program pemutihan tanah dari BPN.

Pasalnya, setelah sejumlah persyaratan berkas hingga permintaan jasa telah disanggupi dari sejak pertengahan 2014 silam kepada panitia Kelurahan Sukabakti, namun hingga kini sertifikat yang harapkan belum diterima.

Hal itu diungkapkan Suwandi, Cais Rusman serta Aden Sukawa, warga Kampung Badodon, Kelurahan Sukabakti. Kata Suwandi, sebagian besar warga Kelurahan Sukabakti ikut Program Proyek Operasi Nasional Agraria (Prona) sejak 2014 silam.

Dikesempatan itu, Suwandi membeberkan bahwa dirinya bersama lima anggota keluarga lainnya telah memberikan semua berkas yang dibutuhkan untuk proses Prona.

“Seperti girik, AJB, PPHTB, dan telah dikutip bayaran Rp3 juta per orang. Jadi total lima orang senilai Rp15 juta pada 2014 silam,” papar Suwandi, Rabu (5/12/2018).

Suwandi bersama warga lainnya sempat beberapa kali menanyakan ke Harun selaku satgas Prona di RW 15 Kampung Badodon, namun tak kunjung ada jawaban yang memuaskan.

“Hingga kini sertifikat tanah belum ada yang siap. Padahal dijanjikan panitia penyelesaian sertifikat dalam waktu secepatnya,” keluh Suwandi.

**Baca juga: Perluasan Pertigaan Jalan Jati di Pondok Jagung Urai Kemacetan.

Kata Suwandi, belum lama warga lainnya sempat mempertanyakan ke BPN setempat, namun hasilnya nihil. Maka dari itu, sebagian warga telah melakukan pengurusan ulang Prona karena pengurusan yang lama tidak kunjung selesai.

“Pihak Kelurahan Sukabakti sepertinya lepas tangan terhadap warganya, saya pernah tanya lewat WA , Seketaris Kelurahan Sukabakti Pak Econ, jawabnya Tanya saja Ke BPN,” ketus Suwandi menirukan percakapan Sekel Sukabakti. (jic)