1

Ratusan Penumpang Pesawat Australia Dapat Tiket Pesawat Kelas Satu 87 Persen Lebih Murah Gara-gara Sistem Error

Kabar6-Sekira 300 orang penumpang Qantas ketiban ‘rezeki nomplok’, mendapat tiket kelas satu (first class) dengan harga miring, gara-gara kesalahan sistem pengkodean.

Harga tiket penerbangan pulang pergi (PP) kelas satu dari Australia ke Amerika Serikat (AS) ini, melansir theguardian, hanya sekira Rp36 juta di situs web maskapai. Padahal, tiket pesawat PP biasanya dijual seharga sekira Rp294 juta. Artinya, para calon penumpang itu mendapat tiket pesawat sekira 87 persen lebih murah dari harga asli.

“Sayangnya, itu adalah kasus di mana tarifnya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,” demikian pernyataan pihak Qantas.

Lantaran tak ingin merugi terlalu besar, Qantas lantas menawarkan solusi lain bagi pemegang tiket kelas satu, yaitu membatalkan tiket sepenuhnya.

Pihak maskapai mengatakan akan memesankan penumpang tiket kelas bisnis ‘sebagai isyarat niat baik’ tanpa biaya tambahan.

Diketahui, harga tiket kelas bisnis Qantas dengan rute Australia-AS biasanya dijual dengan harga sekira Rp115,5 juta. Nah, bagi penumpang yang tidak puas dengan penawaran itu, Qantas akan mengembalikan uang mereka secara penuh.(ilj/bbs)




Kreatif, Pria Asal Kerala Ini Rakit Pesawat Sendiri Karena Ingin Terbang Keliling Dunia

Kabar6-Ashok Thamarakshan, pria asal Alappuzha, Kerala, India, berhasil merakit pesawat terbang sendiri hingga dapat membawa anggota keluarganya liburan ke berbagai negara di dunia.

Pria yang juga insinyur mesin ini, melansir timesofindia, mulai merakit pesawat sejak Mei 2019 dan menyelesaikannya pada 21 November 2021 lalu. Ashok merupakan putra pemimpin RSP dan mantan MLA AV Thamarashan. Dia berangkat ke Inggris pada 2006 sebagai karyawan Ford setelah menyelesaikan teknik mesin dari NSS Engineering College, Palakkad.

“Setelah saya sampai di Inggris dan menetap di sana, saya menjadi bersemangat untuk membeli pesawat. Saya mendapat lisensi pilot dan mulai mencari pesawat terbang. Saat itulah saya menyadari bahwa biayanya sekira Rp12 miliar,” kata Ashok.

Karena itulah, Ashok lantas memutuskan untuk membangun pesawatnya sendiri. “Banyak orang di Inggris dan negara lain sedang membangun pesawat kecil. Suku cadangnya sudah tersedia,” terang Ashok. “Saya membeli suku cadang untuk pesawat saya dari Afrika Selatan, mesin dari Austria dan peralatan avionik dari AS. Saya mendirikan bengkel di dekat rumah saya di Essex dan mulai bekerja pada April 2020.”

Pandemi membantu Ashok fokus pada proyek tersebut. “Awalnya, saya memutuskan untuk membuat pesawat dua tempat duduk. Namun, untuk perjalanan keluarga dengan istri dan dua anak saya, saya membutuhkan pesawat empat tempat duduk. Jadi, saya membuatnya sebagai gantinya,” tutur Ashok.

Dikatakan, Otoritas Penerbangan Sipil Inggris memantau pekerjaannya dan setiap fase pembangunan dilakukan hanya setelah inspeksi dan persetujuannya.

“Mereka terus melakukan tes terbang di pesawat selama tiga bulan dan akhirnya oke untuk terbang pada Februari,” kata Ashok yang membutuhkan 1.500 jam untuk merakit pesawat.

Pesawat rakitan ini memiliki berat 520kg dengan daya angkut 950 kg, mencakup empat penumpang. Dapat menempuh jarak 250 km dalam satu jam. Ashok menamai pesawat itu G-Diya berdasarkan nama putrinya Diya (G adalah kode negara).

Setelah mendapat izin untuk terbang, Ashok dan dua temannya mengunjungi Prancis, Jerman, Austria, dan Republik Ceko. Hingga saat ini, pesawat telah mencatatkan 86 jam terbang.

Ashok mengatakan, dia merencanakan lebih banyak perjalanan setelah dia kembali ke Inggris bulan depan. Istri Ashok, Abhilasha Dubey, adalah seorang analis data asuransi di Inggris dan merupakan penduduk asli Indore.(ilj/bbs)




Baru Pertama Kali Naik Pesawat, Penumpang di Tiongkok Buka Pintu Darurat yang Dikira Toilet

Kabar6-Sebuah insiden mengerikan menyebabkan evakuasi penumpang dan penerbangan dibatalkan, di mana seorang penumpang yang baru pertama kali terbang membuka pintu darurat pesawat yang ia kira pintu toilet.

Kejadian itu, melansir shine, menimpa pesawat Air China CA2754 dari kota Quzhou telah dijadwalkan terbang ke Chengdu. Penumpang harus turun dari pesawat dan penerbangan dibatalkan, mereka juga dipindahkan ke hotel, diberikan kompensasi sebesar sekira Rp896 ribu. Salah seorang penumpang yang bernama Cheng, mengatakan bahwa penumpang itu membuka pintu secara diam-diam, tanpa seseorang melihatnya.

“Ketika slide evakuasi muncul, bahkan pramugari terkejut. Penumpang wanita menangis ketika dia mendengar bahwa pesawat mengalami masalah,” kata Cheng.

Insiden inii mendapatkan perhatian yang luas di media sosial Tiongkok. “Tidak ada alasan untuk menjadi penumpang pertama kali. Dia bisa saja bertanya kepada kru di mana letak toilet,” tulis pengguna Weibo.

“Jika pintu darurat dapat dibuka dengan mudah, tidakkah itu rentan terhadap aktivasi kecelakaan? Ini tampak seperti kesalahan desain pesawat,” komentar lainnya.(ilj/bbs)




WindRunner, Pesawat Terbesar di Dunia yang Pernah Dibuat Manusia dengan Panjang 111 Meter

Kabar6-Tim insinyur perusahaan energi Radia yang berbasis di Colorado, Amerika Serikat (AS), mengumumkan bahwa mereka tengah mengerjakan pesawat terbesar yang pernah dibuat oleh manusia yang Dijuluki WindRunner.

Pesawat ini diklaim akan merevolusi industri pesawat. Dalam cetak biru yang dibocorkan para insinyur, melansir Nypost, WindRunner dirancang sebagai pesawat pengangkut kargo raksasa, nantinya akan memiliki panjang sekira 111 meter, tinggi 24 meter, dan lebar sayap 79 meter. Ya, WindRunner nyaris sepanjang lapangan sepak bola NFL, dan 32 meter lebih panjang dari Boeing 747-8 yang merupakan pesawat penumpang terpanjang di dunia.

Dengan potensi daya angkut 80 ton, pesawat ini juga disebut mampu menampung 12 kali lebih banyak kargo dibanding pesawat kargo rata-rata. Untuk menampung WindRunner, diperlukan landasan pacu sepanjang 6.000 kaki.

Adapun waktu yang dihabiskan para insinyur untuk merancang cetak biru pesawat raksasa ini adalah selama 7 tahun dan masih diperlukan waktu lagi untuk menyempurnakan desainnya bersama tim teknik untuk memastikan WindRunner dapat mengudara dengan aman.

WindRunner digadang-gadang juga akan membuka jalan bagi pengembangan turbin terestrial yang lebih besar, yang mampu menghasilkan tenaga lebih besar lagi.

Faktanya, para ahli memperkirakan bahwa mesin yang lebih besar dapat meningkatkan konsistensi pembangkitan listrik sebesar 20 persen dibandingkan dengan turbin terestrial yang ada saat ini.

Mereka juga dapat mengurangi biaya energi hingga 35 persen, yang mana ini merupakan perkembangan penting mengingat tenaga angin menyumbang 10 persen pembangkit listrik skala besar di AS pada 2022.

Setelah merahasiakan WindRunner selama bertahun-tahun, Radia mengatakan pesawat ini mungkin akan mengudara dalam empat tahun mendatang.(ilj/bbs)




Terobosan Baru, Pesawat ‘Hotel Terbang’ Futuristik Mampu Angkut 800 Penumpang dalam Kabin Kelas Dunia

Kabar6-Seorang desainer ternama asal Spanyol Oscar Vinals mengutarakan gagasan sebuah mega proyek pembangunan pesawat mirip hotel yang mampu mengangkut 800 penumpang di ruang udara.

‘Pesawat Hotel’ ini, melansir thesun, memiliki ketinggian tiga lantai dan dilengkapi enam mesin berukuran raksasa, mampu terbang pada ketinggian 12.192 meter. Panjang kedua sayapnya bila digabungkan sekira 96 meter atau setara dengan lapangan sepak bola. Sementara panjang keseluruhan pesawat sekira 80,16 meter.

Jika benar tercipta, maka akan melampaui pesawat penumpang terbesar di dunia, Airbus A380-800. Pesawat futuristik ini akan menawarkan fasilitas mewah termasuk restoran, spa, bioskop, toko, dan kasino.

Di sisi lain, ada banyak pertanyaan terkait proyek ambisius tersebut, misalnya bagaimana mungkin membangun pesawat sebesar ini dengan teknologi saat ini? Apakah bahan yang digunakan cukup kuat dan ringan? Bagaimana cara pesawat ini mendarat dan lepas landas?

Termasuk juga siapa yang akan membiayai proyek ini, serta bagaimana dampak lingkungan dari pesawat tersebut. Meskipun banyak pertanyaan yang belum terjawab, proyek ini merupakan terobosan besar dalam dunia aviasi.(ilj/bbs)




Pesawat Delay Gara-gara Penumpang di Tiongkok Ini Ogah Duduk Saat Hendak Lepas Landas

Kabar6-Jadwal penerbangan sebuah maskapai di Tiongkok harus ditunda hingga sekira 2,5 jam gara-gara seorang penumpang menolak untuk duduk sebelum lepas landas.

Insiden ini terjadi dalam penerbangan dari Tiongkok bagian selatan, di mana salah satu penumpang wanita dilaporkan menolak mengikuti instruksi dan bersikeras untuk tetap berbaring di dua kursi yang dipesannya.

Dalam sebuah rekaman video yang beredar, melansir SCMP, tampak seorang penumpang wanita mengenakan atasan berwarna kuning dan berselimut hingga bagian perut, memanfaatkan kursi pojok dekat jendela dan kursi tengah untuk berbaring. Ketika diminta untuk duduk sebelum lepas landas, wanita yang tak diungkap identitasnya tadi mengatakan bahwa dirinya memiliki kondisi kesehatan yang mengharuskannya berbaring. “Siapa pun yang mengusir saya dari pesawat hari ini akan menanggung akibatnya,” kata penumpang tersebut.

Laporan menyebutkan, penumpang itu memang membayar dua kursi untuk penerbangannya. Akan tetapi, ia tidak melaporkan kondisi kesehatannya kepada pihak maskapai, sehingga tidak dapat diantisipasi dan pada akhirnya menimbulkan perdebatan.

Sejumlah penumpang lain bahkan memintanya untuk turun dari pesawat. Sementara itu, petugas kepolisian dipanggil untuk membujuk penumpang tersebut. “Kru kabin dan pilot punya hak untuk menolak mengangkut penumpang,” kata salah seorang petugas polisi, seperti terekam dalam video yang beredar.

“Mereka menolak mengangkut saya karena saya tidak bisa duduk tegak?” demikian respons penumpang tersebut. “Mereka pikir mereka tidak punya kemampuan untuk memiliki Anda di penerbangan, jadi mereka meminta Anda untuk pergi,” jawab petugas tersebut.

Penumpang tersebut kemudian mempertanyakan nasib orang-orang disabilitas yang harus berhadapan dengan kondisi serupa. Ia juga mempertanyakan bahwa, jika ia diharuskan untuk duduk tegak, apakah itu artinya dirinya tidak bisa sakit. “Bagaimana dengan orang-orang penyandang disabilitas? Apakah maksud Anda saya tidak bisa sakit?” kata si penumpang.

Akhirnya, penumpang itu duduk tegak sesuai instruksi sekira 2,5 jam kemudian, memungkinkan pesawat untuk lepas landas. Insiden ini menimbulkan perdebatan di media sosial, dengan sejumlah netizen berpendapat penumpang tersebut seharusnya diusir dari pesawat.

“Tentu pesawat tidak bisa lepas landas ketika wanita itu masih berbaring di kursi. Jika ia terluka saat turbulence, perusahaan akan harus memberinya kompensasi,” tulis seorang netizen.

“Kru seharusnya mengusirnya dari kabin dan mem-blacklist-nya. Banyak penumpang terdampak karenanya. Siapa yang akan menanggung akibatnya?” tulis lainnya.

Sementara itu, ada juga yang berkomentar bahwa pihak maskapai seharusnya memahami kondisi kesehatan penumpang itu. “Ia tidak mengganggu penumpang lain dengan berbaring di kursi-kursinya. Ia punya kondisi medis. Saya pikir orang-orang harus lebih peka dengannya, dan pihak maskapai seharusnya lebih fleksibel,” komentar seorang netizen.

“Ia bisa berbaring di kursi-kursinya selagi ia membayar semua tiketnya. Tapi ia juga harus memberi tahu maskapai sebelumnya jadi para pramugari dapat membuat catatan saat sedang lepas landas,” sambung lainnya.(ilj/bbs)




Gunakan Parasut untuk Perlambat Jatuhnya Pesawat, Sebuah Keluarga di AS Selamat dari Kecelakaan Udara

Kabar6-Pasangan suami istri (pasutri), keduanya berusia 38 tahun, asal Amerika beserta anak mereka yang berusia dua tahun, selamat dari musibah kecelakaan pesawat kecil di dekat komunitas Whitehorn, Golden State, California, Amerika Serikat (AS).

Keluarga kecil yang tak disebutkan namanya ini, melansir Nypost, berhasil selamat setelah mengerahkan parasut untuk memperlambat jatuhnya pesawat ke daerah berhutan dan pegunungan. Mereka lolos dari maut hanya dengan luka ringan dan goresan.

“Cirrus SR22 tahun 2004 dilaporkan lepas landas dari Bandara Shelter Cove dalam perjalanan ke Santa Rosa, tempat tinggal keluarga tersebut, ketika mesin pesawat dengan cepat kehilangan tenaga,” kata juru bicara Kantor Sheriff Mendocino County. “Pilot mulai memecahkan masalah mengapa pesawat kehilangan tenaga mesin, namun menyadari ketinggian pesawat terlalu rendah untuk pemulihan.”

Pilot memutuskan untuk menggunakan Sistem Parasut Badan Pesawat Cirrus untuk memperlambat jatuhnya pesawat ke bawah. Parasut raksasa tersebut membawa pesawat hingga akhirnya menabrak pepohonan di kawasan hutan lebat. “Kelihatannya ini adalah upaya terakhir,” kata Kapten Quincy Cromer dari Kantor Sheriff.

Kepala Pemadam Kebakaran Shelter Cove, Nick Pape, dengan blak-blakan mengatakan bahwa peluang untuk bertahan hidup tanpa parasut sangat kecil. Ditambahkan, keluarga yang beranggotakan tiga orang itu sudah keluar dari pesawat ketika sejumlah agen tiba di lokasi kejadian setelah pukul 13.00 waktu setempat.

Foto yang diambil oleh pemadam kebakaran menunjukkan parasut di atas pesawat dan satu lagi parasut yang tersangkut di pepohonan saat pesawat hancur.

Pape mencatat, ini adalah pesawat kecil kedua yang jatuh di wilayah di mana semua penumpangnya selamat dalam sembilan bulan terakhir. “Pesawat itu jatuh ke laut, namun dua korban berhasil mencapai pantai dengan bantuan tim penyelamat,” kata petugas pemadam kebakaran.(ilj/bbs)




Ketimbang ‘Ngekost’, Mahasiswa di Kanada Ini Lebih Pilih Pergi Kuliah Naik Pesawat 2 Kali Seminggu

Kabar6-Apa yang dilakukan Tim Chen ini membuatnya mendadak terkenal sekaligus menjadi berita utama. Ya, mahasiswa Universitas British Columbia (UBC) di Vancouver, Kanada, ini lebih memilih naik pesawat setiap kuliah ketimbang membayar sewa kos (indekos).

Chen yang merupakan penduduk Calgary, melansir ndtv, mengatakan bahwa naik pesawat setiap berangkat kuliah lebih murah dibanding membayar sewa bulanan di Vancouver. Pria itu menghabiskan sekira US$150 per penerbangan pulang pergi, atau sekira US$1.200 per bulan. Sementara itu, harga sewa apartemen satu kamar tidur di Vancouver sekira US$2.100. Chen sendiri hanya mengambil dua kelas per minggu.

“Seperti yang diberi judul, saya seorang komuter super di UBC dan saya tinggal di Calgary. Saya punya waktu dua hari untuk pergi ke sekolah untuk mengikuti kelas (Selasa dan Kamis), saya terbang ke Vancouver di pagi hari dan kembali ke Calgary di malam hari. Saya telah terbang dengan Air Canada untuk semua penerbangan ini, dan pada bulan Januari, saya melakukan 7 perjalanan pulang pergi seperti ini. Saya menemukan ada penghematan dalam sewa karena saya tidak perlu membayar sewa di Calgary (tinggal bersama orangtua saya) kecuali hanya sekadar membayar utilitas, dan itu jauh lebih murah daripada menyewa 1b seharga 2k lebih banyak di Vancouver,” tulis Chen di Reddit.

Meskipun beberapa pengguna Reddit terkesan dengan keputusannya, beberapa netizen merasa bahwa perjalanan udara yang sering dilakukan akan terlalu sibuk dan memakan waktu.

“Perjalanan satu jam tidaklah terlalu buruk. Tapi harus sering datang ke bandara akan menyebalkan. Selain itu, jadwal Anda akan sangat tidak fleksibel, saya yakin ketinggalan pesawat akan sangat memusingkan,” tulis seorang warganet.

“Bayangkan jarak frequent flyer yang ditempuh anak ini. Dia akan segera menghabiskan waktu di lounge, menerbangkan upgrade gratis ke bisnis,” komentar warganet lainnya.

Sementara itu, Wakil Presiden Asosiasi Perumahan Siswa dan Layanan Masyarakat UBC, Andrew Parr, mengatakan dirinya turut prihatin terhadap siswa yang menghadapi krisis sewa perumahan, dan menambahkan bahwa hal ini adalah kekuatan pendorong bagi sekolah untuk membangun perumahan di bawah harga pasar.

“Kami menyadari bahwa menemukan akomodasi sewa yang terjangkau di Vancouver dan Kelowna merupakan sebuah tantangan bagi sebagian siswa kami, seperti halnya bagi siswa lain yang menyewa di komunitas. Di Vancouver, hal ini sangat sulit,” kata Parr.(ilj/bbs)




Picu Kemarahan Publik, Wanita Inggris Duduk di Kelas Bisnis Pesawat dan Tinggalkan Anaknya di Kursi Ekonomi

Kabar6-Apa yang dilakukan Ellis Cochin sungguh tidak masuk akal hingga memicu amarah warganet. Bagaimana tidak, melalui platform TikTok @ellecochlin, wanita asal Inggris yang tinggal di California, Amerika Serikat (AS), ini dengan bangga memposting pengalaman terbang di kelas bisnis, sementara bayinya yang berusia 11 bulan dan sang suami duduk di kursi ekonomi.

Cochin yang memiliki 23.700 pengikut di TikTok, melansir Nypost, menjelaskan bahwa suaminya yang bernama Rob setuju untuk mengawasi putri mereka selama penerbangan berdurasi 11 jam itu, sebagai ucapan terima kasih kepada sang istri atas usahanya dalam proses persalinan dan kehamilan. Penerbangan mewah yang dinikmati Cochin menuai perdebatan di media sosial, meski pada akhirnya wanita itu mengakui rasa bersalahnya karena Rob dan bayi mereka harus duduk di kelas ekonomi.

Selama perjalanan, Cochin menikmati fasilitas seperti handuk hangat, anggur, serta layanan makanan dan minuman terbaik. Bahkan, dia dapat tidur di tempat sangat nyaman

“Apakah saya buruk karena terbang dengan kelas bisnis sementara suami dan bayi saya terbang dengan kelas ekonomi?” kata Cochin seraya menjelaskan bahwa meski gemar menghabiskan uang untuk perjalanan mewah, Rob lebih suka makan di restoran.

Ditambahkan, “Penerbangan dari Paris ke LA memakan waktu sekira 11 jam lebih, dan ide untuk memiliki penerbangan tanpa bayi terdengar begitu menarik bagi saya. Saya sangat mencintai Prim (bayi Cochin), dan saya dengan sepenuh hati menyayangi putri saya, tetapi biarkan saya katakan ini, terbang jarak jauh sendirian dengan bayi tidaklah mudah.”

Keputusannya tersebut lantas menjadi perdebatan di kalangan warganet. “Agak aneh tapi setiap orang punya caranya sendiri, komentar salah satu netizen. “Saya pikir Anda berdua seharusnya berada di sana untuk satu sama lain dan berbagi tanggung jawab,” timpal lainnya.

“Tidak ada masalah sama sekali, beberapa orang hanya suka mengeluarkan pendapat negatif tentang segala hal! Selamat kepada ibu dan pasangan yang bahagia. Kamu layak mendapatkannya, sayang,” komentar salah satu pengguna TikTok.(ilj/bbs)




Penguin Berdiri di Rute Landasan Sebabkan Pesawat di Selandia Baru Terlambat Terbang 20 Menit

Kabar6-Seekor penguin biru, dikenal oleh masyarakat lokal dengan sebutan korora, membuat penerbangan di Bandara Wellington beberapa waktu lalu terhambat.

Apa yang telah terjadi? Rupanya, melansir People, penguin tersebut terlihat berdiri di depan pesawat Chatham 521 ketika hendak lepas landas sekira pukul 13.00 waktu setempat, hingga mengakibatkan jadwal penerbangan menjadi terlambat sekira 20 menit. Bukannya kesal, para penumpang pesawat malah dengan senang hati menunggu staf bandara mengangkut penguin itu dengan handuk.

Petugas Margasatwa Bandara, Jack Howarth, mengatakan bahwa penguin kecil ini merupakan pemandangan yang sangat tidak biasa muncul di siang hari dan di darat. Howarth menduga, hewan tersebut mungkin terganggu oleh suhu permukaan yang tinggi.

“Sensor landasan pacu kami membaca 50 derajat, jadi tidak mengherankan jika mereka tidak terlalu senang,” kata Howarth.

Penguin itu kemudian dibawa ke rumah sakit hewan di Kebun Binatang Wellington untuk menjalani perawatan usai terpapar suhu tinggi.

“Kami tidak yakin sudah berapa lama mereka terkena sinar matahari tanpa perlindungan, jadi saya pikir yang terbaik adalah membawanya ke The Nest di Kebun Binatang Wellington karena mereka telah membantu kami memulihkan satwa liar lainnya di masa lalu. Mereka dengan senang hati membawanya untuk menenangkan diri dan memantau kondisinya lebih lanjut,” terang Howarth.

Penguin yang lantas diberi nama ‘Manu’ ini adalah burung pertama yang dilihat staf di bandara. Diperkirakan hewan itu mengakses landasan pacu melalui lubang di pagar, yang menurut Howarth akan segera diperbaiki.

“Sensor kami mendeteksi banyak hal, tapi bukan penguin. Mereka sangat langka, dan dalam kasus ini, pilotlah yang melihat penyusup tersebut,” ujar Howarth.

Manu dilaporkan saat ini dalam kondisi baik-baik saja, makan dengan normal bahkan nampak bersantai di salah satu sarang di kebun binatang.

Juru bicara Kebun Binatang Wellington mengatakan, penguin tersebut baru saja menetas dan ‘berusia sekira enam minggu ketika ditemukan, dan baru saja berkembang biak’, diperkirakan berasal dari Teluk Lyall.

“Meskipun kurus, lapar, dan berat badannya di bawah normal, anak (penguin) tersebut dalam keadaan sehat,” kata Howarth lagi.

Program pemulihan Kebun Binatang The Nest Te Kōhanga memiliki koloni kecil penguin biru, atau kororā. Meskipun beberapa kawanan penguin penyelamat tidak dapat dilepaskan karena cedera yang mereka alami, Manu diharapkan dapat kembali ke pelabuhan dalam beberapa minggu ke depan.(ilj/bbs)