1

Kohati Tangerang Raya, Hapus Budaya Patriarki, Perempuan Merdeka

Kabar6.com

Kabar6-Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tangerang Raya yang tergabung Kops HMI-Wati (Kohati) menggelar Panggung Perempuan. Hal tersebut menyusul peringatan Internasional Women Day yang diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Aktivis Kohati Tangerang Raya, Shinta Eka menyatakan, dewasa ini berbagai isu dan problematika dihadapkan dengan perempuan. Seperti hegemoni budaya dan stigma menjadi penjara bagi perempuan dari mereka yang melenggangkan budaya patriarki.

Sehingga perempuan dianggap sebagai manusia kelas dua, mahluk inferioritas, dan menjadi objek dalam kacamata misoginis, sehingga menimbulkan pendeskreditan terhadap esensi manusia. konsep dan pola pikir perempuan diabaikan dan dianggap tidak relevan, tubuhnya di exploitasi.

“Maka dari itu seorang perempuan harus membebaskan dirinya dari stigma dan hegemoni budaya patriarki sehingga ia bisa menjadi perempuan yang merdeka, merdeka dari segala bentuk penindasan dan pembodohan pola pikir,” ujar Shinta di Cikokol, Kota Tangerang, Senin (8/3/2021).

Perempuan yang tergabung dalam HMI-wati Cabang Tangerang Raya mengajak seluruh perempuan untuk merefleksikan kembali nilai-nilai perjuangan perempuan, keberanian perempuan menantang ketidakadilan, menghapus budaya kolot yang memenjarakannya.

Meski demikian, Kabid Intelektual dan Kebudayaan itu menjelaskan, melalui kegiatan dalam bentuk kesenian ini. Kemudian mengajak seluruh perempuan untuk tetap saling bergandengan tangan melawan pendindasan serta bentuk kekerasan, pelecehan dan stereotip individu terhadap Perempuan.

“Bahwasanya setiap perempuan mempunyai nilai dan maknanya sendiri terlepas apapun yang menjadi pilihan hidupnya. Setiap perempuan harus memiliki hak yang sama, hak atas keamanan, hak pendidikan, upah yang layak, hak kebebasan berpendapat, hak berekpresi, serta bebas dari berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan,” tegasnya.

Dirinya berujar, mengutip sebuah buku hak-hak perempuan relasi gender menurut tafsir Al-sya’rawi bahwa lelaki dan perempuan tidak ada yang superior ataupun inferior keduanya saling berkomplementer.

**Baca juga: Muscab Serentak, PKS Kota Tangerang Siap Gaspol

Islam sejak awal menegaskan bahwa diskriminasi peran dan relasi gender adalah salah satu pelanggaran hak asasi manusia yang harus dieleminir. Islam mengamanahkan manusia untuk memperhatikan konsep keseimbangan, keserasian, keselarasan, keutuhan baik sesama umat manusia maupun dengan lingkungan alamnya,” tandasnya.

Sebagai informasi, panggung perempuan tersebut menampilkan sejumlah aksi kesenian seperti monolog, musikalisasi puisi, akustik, paduan suara, serta teatrikal dan sebagainya.(Oke)