1

Peneliti BRIN : Parpol Islam Masih Terjebak pada Isu Keagamaan

Kabar6-Data sejak pemilu pertama 1955 hingga pemilu terakhir pada 2019 menunjukkan penurunan agregat suara yang diraih seluruh partai politik Islam. Ini harus menjadi alarm bagi seluruh kekuatan politik keumatan agar energi politik umat Islam yang besar dapat diartikulasikan secara efektif.

Penurunan tersebut disebabkan kelompok politik Islam lebih tertarik pada isu-isu sosial keagamaan sempit, dibanding isu-isu luas, seperti keadilan ekonomi dan pemberdayaan kepada kaum pinggiran.

“Partai politik Islam masih terjebak pada isu-isu keagamaan. Tidak berpihak pada isu-isu kemanusiaan, keadilan dan apalagi keberpihakan kepada wong cilik seperti masalah kemiskinan, pencaplokan tanah petani dan harga gabah,” kata Profesor Siti Zuhro, peneliti senior BRIN, dalam Gelora Talks bertajuk “Menakar Arah Politik Keummatan” pada Pemilu 2024, Rabu (15/02/2023) petang.

Menurut dia, parpol Islam seharusnya bisa menjadi rumah besar bagi seluruh umat Islam. Namun, mereka justru lebih memprioritaskan untuk merangkul kelompok Islam tertentu.

Sementara, kelompok Islam pinggiran atau “abangan” yang jumlahnya mayoritas dari jumlah keseluruhan umat Islam yang mencapai 86,7 persen, justru tidak dijangkau karena beda pandangan politik.

“Secara politik mereka menginginkan berdirinya negara Islam, sementara bentuk negara kita adalah Pancasila. Mereka yang tidak sependapat dicap berafilisasi dengan PKI,” katanya.

Siti Zuhro juga mengkritik cara berdakwah parpol Islam yang hanya menyasar kalangan pesantren, santri dan kelompok pengajian, sementara kelompok Islam pinggiran tidak pernah disentuh.

“Kelompok Islam pinggiran atau abangan ini mayoritas buta huruf Al Quran, tidak bisa membaca Al Quran, serta pemahaman keagamaan dan Islamnya masih kurang. Kalau mau berdakwah, seharusnya ke kelompok Islam pinggiran,” katanya.

Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini menegaskan, tantangan parpol pada Pemilu 2024 akan semakin berat dibandingkan Pemilu 2019 lalu.

“Menurut saya tantangan partai politik Islam, terutama yang baru akan semakin berat dari Pemilu 2019, bisa jadi tidak satu pun partai politik Islam, terutama yang baru lolos ke Senayan. Saya kira ini tantangan buat Partai Gelora,” katanya.

Siti Zuhro berharap agar Partai Gelora menyentuh dan menggarap secara serius kelompok Islam abangan dalam perjuangan politiknya di Pemilu 2024. Sebab, ia memprediksi ada beberapa partai dari sembilan parpol inkumben yang akan terlempar dari Senayan.

“Partai Gelora harus bisa memutus rantai asosiasi dengan partai sebelumnya, termasuk ketokohannya, meski berazaskan Pancasila, bukan agama. Dengan menyentuh kelompok Islam abangan dalam perjuangan politiknya, mudah-mudahan akan lebih eksisting,” tegasnya.

Partainya Wong Cilik

Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Partai Gelora Mahfuz Sidik menyadari bahwa sebagian publik masih mempersepsikan Partai Gelora sebagai anak kembar dari partai lama.

Atas dasar hal itu, maka Partai Gelora diberi nama Gelombang Rakyat yang secara semantik atau terminologi sesuai dengan kaidah bahasa Arab dan Indonesia, serta perjalanan sejarah bangsa Indonesia, adalah partainya wong cilik (rakyat).

“Jadi kami sadar kenapa memilih istilah Partai Gelombang Rakyat, yang identik dengan spektrum kiri. Tetapi karena kita ingin mendekonstruksi persepsi-persepsi seperti itu,” kata Mahfuz.

Partai Gelora, partai bernomor urut 7 pada Pemilu 2024, saat ini tengah membangun kerangka berpikir baru mengenai pemaknaan tentang rakyat, yang mengalami penyempitan makna dan dianggap kekiri-kirian.

“Saya kira apa yang ingin ditampilkan Partai Gelora ini tidak terlepas dari pemikiran-pemikiran yang disampaikan Profesor Siti Zuhro. Basis pemikiran Partai Gelora jelas berbeda,” katanya.

Ia mengatakan, Partai Gelora mengedepankan keberagaman masyarakat Indonesia, selain mengedepankan semangat moderat dalam pemikiran politiknya.

Dengan sifat moderat itu, lanjut Mahfuz, justru bisa mengajak publik untuk lebih religius sesuai dengan keyakinannya masing-masing.

“Agenda-agenda perjuangannya pun lebih kepada agenda kebangsaan, karena kita ingin merangkul seluruh masyarakat atau rakyat Indonesia,” kata Sekjen Partai Gelora ini.

Contoh Wali Songo dan Rasullah SAW

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud menilai ada kesalahan yang dilakukan para pimpinan umat Islam saat ini dalam berdakwah, sehingga mereka kehilangan suaranya dalam setiap pemilu.

“Kalau mau merebut hati umat secara keseluruhan, maka tokoh-tokoh umat Islam harusnya pakai cara Wali Songo yang mau membaur dengan masyarakat kecil. Jangan sampai ikannya banyak, tapi yang kita tebar jaring yang besar-besar matanya, maka tidak akan kena. Tetapi kalau kita pakai jaring kecil, pasti akan ketangkap,” kata Marsudi Syuhud.

Situasi ini, menurut dia, harus dipahami oleh Partai gelora jika ingin memenangi Pemilu 2024, karena masyarakat Indonesia memiliki budaya yang beragam, tidak bisa diseragamkan seperti keinginan kelompok Islam tertentu.

“Budaya di Indonesia ini tidak dipunyai negara lain, karena itu budaya ini harus dibina. Sehingga kepemimpinan nanti ini di 2024, tentang pilihan presiden itu prinsip dasarnya harus sepakat semua atau mendapatkan ridho dari seluruh rakyat,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum MUI ini juga berharap agar tokoh Umat Islam juga bisa mencontoh apa yang dilakukan Rasulullah, Nabi Besar Muhammad SAW dalam membentuk Negara Madinah, yang tidak membeda-bedakan agama karena sudah bersepakat membangun negara secara bersama-sama.

“Mau dia Islam, Nasrani atau Yahudi, mereka semua adalah Ummatan Wahidah, merupakan satu kesatuan umat berbangsa, karena sudah bersepakat bersama-sama dalam bernegara,” jelas tokoh Nahdatul Ulama (NU) ini.

Karena merupakan satu kesatuan umat berbangsa itu, maka tidak ada istilah politik identitas di Negara Madinah. Politik identitas malah justru terjadi di Indonesia, karena adanya permainan politik.

“Istilah politik identitas itu muncul, karena adanya hoax kebohongan, fitnah-fitnah serangan antar sesama umat. Ini yang terjadi di kita,” ungkapnya.

Politik identitas, katanya, membuat umat Islam terbelah, karena umat Islam dengan identitas keislaman tertentu menyerang umat Islam yang lain.

“Harapan kami ini tidak boleh terjadi lagi, karena sesuatu yang tidak tepat. Kita tidak boleh lagi saling mencaci maki, berkata kotor terhadap sesama umat. Mereka punya pilihan rasional dalam demokrasi, tidak mungkin pandangan dan pilihanya disatukan atau disamakan,” tandasnya.(Tim K6)




Waspada Tol Hujan, Peneliti BRIN: Inti Badai di Atas Wilayah Banten

Kabar6.com

Kabar6-Peneliti Klimatologi, pada Pusat Riset Iklim, dan Atmosfir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin memberikan imbauan kepada masyarakat untuk waspada adanya tol hujan di atas wilayah Banten dan sekitarnya.

Hal itu disampaikan Erma dalam unggahannya di Twitter, seperti dilihat tim Kabar6.com, Selasa 27 Desember 2022.

Menurut Erma, tol hujan dari laut ke darat sudah mulai terbentuk pada pagi ini 27 Desember 2022 dari pukul 03.00 WIB.

“Tol hujan ini bernama badai squall line di laut (Samudra Pasifik) yang bergabung dengan badai konvektif skala meso (MCC) yang terbentuk di darat dengan inti badai di atas wilayah Banten,” ungkapnya.

Erma mengungkapkan, jalan tol hujan ini tidak hanya menjadi penghubung bagi suplai kelembapan berkelanjutan dari laut ke darat

“Tapi sekaligus menjadi jalan bagai badai untuk mengakumulasikan dan mentransfer energinya sehingga badai yang terbentuk bisa bersifat long-lasting atau bertahan lama (lebih dari enam jam, red),” katanya.

Erma menjelaskan, bahkan hal tersebut juga bisa mengalami multiplikasi energi ketika berada di Selat Sunda.

“Mekanisme inilah yang dapat menimbulkan banjir besar di Jabodetabek sehingga harus kita waspadai,” paparnya.

**Baca juga: Akhir Tahun, BMKG: Ada Potensi Gelombang Tinggi Capai 6 Meter di Selatan Banten

Erma menyebut, wilayah Tangerang, Jakarta dan Bekasi akan menjadi pusat hujan ekstrem di Jabodetabek. Ia memperingatkan agar warga di wilayah tersebut untuk bersiap menghadapi dampak dari hujan ekstrem tersebut.

“Potensi Banjir Besar Jabodetabek. Siapapun Anda yg tinggal di Jabodetabek dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022,” tutupnya.(eka)




Peneliti BRIN Prediksi Besok Tangerang Raya Potensi Hujan Ekstrem 

Kabar6.com

Kabar6- Peneliti Klimatologi, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, memprediksi wilayah Tangerang Raya akan dilanda banjir besar akibat curah hujan ekstrem pada Rabu (28/12/2022) besok.

Erma menyebut, hal itu karena wilayah Tangerang, Jakarta dan Bekasi akan menjadi pusat hujan ekstrem di Jabodetabek. Ia memperingatkan agar warga di wilayah tersebut untuk bersiap menghadapi dampak dari hujan ekstrem tersebut.

“Potensi Banjir Besar Jabodetabek. Siapapun Anda yg tinggal di Jabodetabek dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022,” kata Erma dalam unggahan akun media sosial Twitternya, Selasa (27/12/2022).

Erma menyatakan bahwa berdasarsn kajian BRIN hujan ekstrem akan bertahan cukup lama. Hal itu kata dia terjadi akibat pertemuan antara badai squall line di Samudra Hindia dengan badai konvektif skala meso (MCC) yang terbentuk di darat.

**Baca juga: Rotasi 312 Pejabat, Zaki Bupati Tangerang: Lanjutkan 15 Program Unggulan

“Berdasarkan hasil kajian kami di BRIN, badai squall line ketika menyeberang Selat Sunda, maka multisel badai dapat mengalami multiplikasi energi dan mengalami penggabungan sehingga menjadi badai yang meraksasa di atas Jabodetabek. Mekanisme inilah yang harus diwaspadai,” ujarnya.

Lanjutnya, hujan ekstrem juga berpotensi akan meluas ke wilayah Jawa Barat. Hal itu, dipengaruhi oleh konvergensi di darat yang terjadi secara masif. “Dimana, konvergensi merupakan area berkumpulnya massa udara yang memicu kenaikan suhu dan membentuk awan hujan,” jelas Erma. (Rez)




Peneliti BRIN Telisik Pemicu Gempa Cianjur dan Rekomendasinya

Kabar6.com

Kabar6-Bencana gempa di Cianjur, Jawa Barat, dengan magnitudo 5,6 kedalaman 10 kilometer mengakibatkan 58.049 rumah rusak. Banyak ahli mengatakan gempa ini adalah akibat dari pergerakan Sesar Cimandiri.

Perekayasa Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional, Nur Hidayat mengungkapkan, sebelum bicara tentang Sesar Cimandiri, sebaiknya paham terhadap geologi regional Ciletuh. Erat menjadi kunci keterkaitan dengan proses tektonik regional Jawa Barat yang merupakan bagian dari Busur Sunda hasil dari interaksi Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia.

“Yang memiliki karakteristik struktur yang khas yang membentuk sesar-sesar diantaranya adalah Sesar Cimandiri,” ungkapnya kepada kabar6.com di Setu, Kota Tangerang Selatan, Kamis (4/12/2022).

Jejak fosil dari penelitian sebelumnya, Nur Hidayat memaparkan, juga mengatakan bahwa subduksi jaman kapur erat kaitanya dengan pembentukannya. Hal yang menarik disini adalah beberapa peneliti meyakini bahwa Sesar Cimandiri merupakan sesar tertua yang aktif hingga sekarang akibat beberapa kali tektonik yang terjadi.

Sesar Cimandiri memiliki arah secara umum adalah N70o-80oE sepanjang Sungai Cimandiri yang hampir secara keseluruhan jejaknya tertutup oleh Endapan Volkanik Muda dengan panjang sekitar 100 km. Pendapat yang berbeda-beda juga disampaikan oleh beberapa peneliti ada yang mengatakan bahwa sesar Cimandiri adalah sesar mendatar dekstral sebagai hasil reaktivasi dari sesar-sesar tua ketika subduksi zaman di jaman Kapur.

Ada juga peneliti yang menyatakan bahwa Sesar Cimandiri adalah sesar naik pada akhir tersier atau post miosen tengah. Bahkan ada pula yang menyebut sebagai sesar normal berdasar hasil dari investigasi geologinya. Pada akhirnya Sesar Cimandiri dapat dikelompokkan menjadi 2 sesar regional, yaitu sesar naik yang dicirikan oleh deformasi lipatan batuannya dan sesar normal dengan ciri munculnya gawir sesar dengan kemiringan 50o.

“Nah itulah sedikit historis Sesar Cimandiri. Sesar Cimandiri tidak seperti yang dibayangkan berupa garis tegas yang menerus dan berarah Timur Laut-Barat Daya,” papar Nur Hidayat.

Namun sebenarnya berupa segmen-segmen sesar melintasi wilayah kabupaten-kabupaten Sukabumi, Cianjur, dan Bandung. Segmen-segmen Sesar Cimandiri ini telah sejak dahulu menjadi pusat-pusat gempa dan menyebabkan kerusakan di Kabupaten Sukabumi maupun Cianjur.

Nur Hidayat sebutkan, perbedaan pendapat penyebab gempa yang bukan oleh Sesar Cimandiri oleh beberapa ahli. Di antaranya adalah :

(1) penyebab gempa bukan dari sesar cimandiri karena pusat gempanya berada 10 km dari sisi terluar zona Sesar Cimandiri lebih tepatnya berada di area lereng tenggara Gunung Gede. Jika benar maka hal ini menjadi menarik karena sesar ini tentu memiliki pola mekanisme dan pola kompresi yang tentunya berbeda dengan pendahulunya. Sehingga perlu segera diteliti lebih detail untuk mengetahui jalur dan zonanya.

(2) Reaktivasi sesar tua yang merupakan cikal bakal Sesar Cimandiri namun tak terpetakan dengan baik karena tertutup endapan vulkanik.

(3) Pergerakan sesar orde ke sekian dari sesar utamanya. Sedangkan yang setuju bahwa gempa tersebut disebabkan oleh Sesar Cimandiri karena beberapa kali subduksi di selatan Jawa bagian barat sudah menimbulkan beberapa kali gempa baik di laut maupun di darat di zona Sesar Cimandiri. Selain itu zona Sesar Cimandiri itu sendiri belum terpetakan dengan tegas terutama investigasi bawah permukaan pada lapisan batuan dibawah sedimen kuarter yang mengalami rapture.

“Mengapa gempa itu begitu merusak bahkan getarannya dirasakan cukup kuat hingga jakarta dan sekitarnya?. Pusat gempa darat dangkal 10 kilometer,” sebutnya.

Nur Hidayat bilang, dimana gempa dangkal hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan. Gempa tersebut berada pada lapisan bagian atas dari kerak bumi yang tebal lapisannya ini tidak sama di semua tempat. Secara garis besar tebalnya berkisar antara 20 sampai dengan 50 kilometer.

Kedua, daerah yang terparah berada pada lembah dan perbukitan yang tersusun oleh sedimen vulkanik kuarter yang yang tidak stabil. Sehingga jika terjadi gempa maka teramplifikasi kuat bahkan pada lerengnya mengakibatkan longsor.

Konstruksi bangunan yang tidak tahan terhadap gempa. Hal yang harus menjadi pelajaran penting adalah kembali menelaah tata ruang khususnya pada area yang rawan terhadap gempa untuk di overlay dengan historis episenter gempa, jejak-jejak sesar terupdate serta morfologi di area zona tersebut.

**Baca juga: Retribusi Turun Drastis gegara Marak Tenaga Asing Ilegal di Tangsel 

Area tersebut hendaknya mendapatkan perhatian khusus dalam peruntukannya dan standard bangunan yang akan didirikan. Kasus longsor yang beberapa kali terjadi akibat gempa memiliki karakteristik tersendiri belum terpetakan dengan baik karena lebih jarang terjadi kecuali pada daerah dengan tingkat sesimisitas yang tinggi.

“Berbeda dengan longsor akibat aktivitas hidromet yang sumber utamanya adalah dari curah hujan. Longsor akibat gempa nampaknya kedepan juga merupakan ancaman yang tidak bisa diremehkan dalam menyusun tata ruang,” jelas Nur Hidayat.(yud)