1

Tulang dari Tubuh Anggota Keluarga yang Sudah Meninggal Dunia Digunakan Sebagai Senjata

Kabar6-Senjata tradisional merupakan produk budaya yang lekat hubungannya dengan suatu masyarakat. Selain digunakan untuk berlindung dari serangan musuh, senjata tradisional juga digunakan dalam kegiatan berladang dan berburu. Lebih dari fungsinya, senjata tradisional kini menjadi identitas suatu bangsa.

Nah, beberapa penduduk tradisional yang ada di Papua Nugini memiliki dua buah jenis pisau dengan bahan yang berbeda. Pertama adalah pisau yang berasal dari tulang burung kasuari, dan kedua merupakan pisau yang berasal dari tulang kerabat atau keluarga yang telah meninggal dunia.

Seorang pemimpin penelitian bernama Nathaniel Dominy, melansir keepome, mengungkapkan bahwa pisau yang terbuat dari tulang manusia lebih kuat dibanding pisau yang terbuat dari tulang burung kasuari. Padahal apabila dilihat, ukuran tubuh burung kasuari jauh lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh manusia. Dijelaskan Dominy, hal yang membedakan pisau dari tulang burung kasuari dengan tulang manusia adalah proses penciptaannya.

“Nampaknya kedua jenis tulang sama-sama bisa diolah menjadi pisau. Perbedaannya adalah saat mereka membuat pisau tulang manusia, mereka mempertahankan lekukan pada tulangnya, sehingga pisaunya secara alamiah menjadi lebih kuat,” terang Dominy.

Tulang burung kasuari memang cenderung lebih pipih dibandingkan dengan tulang manusia. Hal ini membuat volume pada tulang burung kasuari lebih kecil, sehingga kekuatannya pun tidak sekuat tulang manusia.

Untuk membuktikan perbedaan kedua pisau tulang tadi, Dominy melakukan sebuah uji coba dengan menggunakan alat CT Scan. Hasilnya, tulang burung kasuari mampu menahan beban hingga 200 Newton sebelum benar-benar patah.

Sementara tulang manusia mampu menahan beban dua kalinya. Pembuktian tersebut tidak lantas membuat pisau tulang kasuari menjadi tidak berguna. Pasalnya terdapat kekurangan dari pisau tulang manusia. Kekurangannya adalah tulang yang digunakan tidak boleh berasal dari sembarang orang.

Karena sulit didapatkan, maka proses penciptaannya pun membutuhkan waktu dan tingkat ketelitian yang lebih tinggi agar pisau menjadi awet. Sementara pisau tulang burung kasuari ketika patah dapat lebih mudah diganti.

“Dari cara kami melihatnya, Anda pasti bakal melakukan segalanya untuk mempertahankan pusaka keluarga,” kata Dominy. “Pisau tulang manusia dalam praktiknya adalah benda yang tak tergantikan. Jadi saat Anda membuatnya, Anda harus memastikan kalau pisaunya bisa awet selama mungkin supaya tidak mudah patah.”

Pada hakikatnya, fungsi utama dari pisau tulang yang digunakan penduduk tradisional Papua Nugini adalah untuk menaklukan lawan-lawannya, terutama dalam pertarungan jarak dekat. Hal ini biasa dilakukan oleh penduduk lokal yang tinggal di Sepik, Papua Nugini, pada saat menyerang kampung incaran ataupun saat mempertahankan kampungnya sendiri.

Mereka akan mulai menyerang musuh dengan menggunakan anak panah dan tombak. Setelah itu, barulah mereka menyerbu dan menghunuskan pisau tulangnya ke arah leher lawan. Taktik seperti ini setidaknya bertahan hingga akhir tahun 1970-an.

“Pisau tulang manusia haruslah dibuat dari orang yang benar-benar penting,” tambah Dominy. “Anda tidak bisa mengambil tulang begitu saja dari orang biasa. Orang itu haruslah ayahmu, atau orang yang benar-benar disegani dalam kelompokmu.” ** Baca juga: Seorang Turis Kembalikan Artefak yang Dicuri dari Italia 15 Tahun Lalu Karena Dihantui Kutukan

Tentu saja hal tersebut tak terlepas dari keyakinan penduduk setempat bahwa saat sebuah pisau tulang dibuat, maka akan membawa kekuatan spiritual, hak, dan kemampuan dari sang pemilik tulang.(ilj/bbs)