1

Tekan Angka Inflasi Jadi Tantangan Pemkot Tangsel

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) dihadapkan pada suatu tantangan yang tidak mudah untuk mengembangkan iklim investasi.

 

Sebagai daerah perdagangan dan jasa, kota termuda di Provinsi Banten ini tak punya sumber daya alam yang melimpah, sehingga lebih mengandalkan kualitas sumber daya manusia untuk menggerakan bidang usaha unggulan.

 

Menurut Wakil Walikota Tangsel, Benyamin Davnie, ada paradigma yang perlu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dan para pelaku usaha dalam suatu indikator makro pengembangan investasi.

 

Jumlah penduduk di kota pemekaran dari Kabupaten Tangerang kini telah mencapai sekitar 1,4 juta jiwa, dipastikan setiap tahun populasi penghuninya akan terus bertambah.

 

“Pertemuan ini diharapkan mampu mencairkan kebekuan-kebekuan komunikasi antara para stakeholder (pemangku kepentingan),” kata Benyamin saat menghadiri acara diskusi publik di Kampoeng Anggrek Resto, Buaran, Kecamatan Serpong, Jumat (9/10/2015).

 

Menurut Bang Ben, sapaan akrab Benyamin, Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi pada 2030 mendatang jumlah pendudukan bakal tembus di angka tiga juta jiwa.

 

Berdasarkan berbagai komposisi yang ada, Kota Tangsel punya permasalahan ekonomi dan sosial yang berbeda dibandingkan dengan daerah lainnya.

 

Meskipun indikator makro laju pertumbuhan ekonomi di Kota Tangsel yang menyentul level 8,6 persen atau di atas rata-rata tingkat nasional. Tapi angka inflasi cukup tinggi.

 

Bang Ben menyebut, hal itu lebih kepada faktor psikologis masyarakat sekitar. Warga belum siap menghadapi kenyataan fluktuasi harga aneka kebutuhan pangan.

 

“Faktor-faktor menghadapi kenaikan harga komoditi, yang lain-lain relatif stabil. Angka inflasi setiap bulan masih tinggi berkisar dua sampai tiga persen,” jelasnya. ** Baca juga: Delapan Motor Tanpa Surat Dijaring Polsek Ciputat

 

Bang Ben menambahkan, faktor yang tak kalah pentingnya kondisi geostrategis. Potretnya posisi yang dipimpin oleh Walikota Airin Rachmi Diany ini berada di dekat daerah ibukota. Denyut nadi perekonomian DKI Jakarta diketahui telah masuk ke skala internasional.

 

Maka secara otomatis Kota Tangsel terkena imbas, selalu dilirik oleh para investor. Gambaran di atas tentu saja harus dapat dicerna Pemkot Tangsel. Aparatur daerah mesti bisa bersinergi dengan dunia usaha jika tak ingin kalah bersaing dengan wilayah lain di era pasar bebas.

 

“Nasional saja cuma 5,6 persen. Ada dua pendorong laju pertumbuhan ekonomi yakni, investasi dari pengusaha dan pemerintah daerah. Investasi yang begitu besar dapat dipilah, bahwa 80 persen lebih berasal dari sektor swasta,” tambahnya.(yud)