1

Mimpi Keluarga Miskin di Pandeglang Perbaiki Rumah yang Nyaris Ambruk

Kabar6.com

Kabar6- Sebuah keluarga di Kampung Kadu Maung, Desa Babakanlor, Kabupaten Pandeglang tinggal di rumah yang sudah tak layak huni selama belasan tahun.

Di rumah tak laik huni itu, pasangan suami istri Rohman Subhi(45) dan Aminah (44) empat anaknya tinggal. Dua dari empat anaknya masih duduk di bangku SD dan SMK, sementara anak pertama dan keduanya sudah berumahtangga, terkadang  masih tinggal bersama Rohman.

Keadaan ekonomi membuat keluarga ini tak bisa memperbaiki tempat tinggalnya yang sudah lapuk di makan usia

Rumah berukuran 5×6 meter persegi tersebut, ruang tamu dan dapur bersebelahan dengan terdapat kamar mandi dan tiga kamar, satu kamarnya hanya berukuran diperkirakan 1 meter yang biasa digunakan oleh Rohman beristirahat.

Jika anak-anak dan cucu-cucu kumpul, rumah tersebut diisi oleh sepuluh orang. Mereka pun harus berdesak-desakan saat tidur, apalagi saat musim hujan kamar yang berukuran satu meter tak bisa dipakai lantaran kebocoran.

“Kalau lagi kumpulan semua 10 orang, anak dan cucunya di bagi, ada yang di kamar. Ada yang dipertentangkan juga. Kecuali kalau lagi muslim hujan yang di belakang pindah ke sini (ke tengah) bocor kalau hujan gak bisa diperbaiki,”ujar Aminah, Selasa (16/6/2020)

Keluarga  ini tak kecil hati ingin memperbaiki rumahnya supaya bisa nyaman beristirahat. Sayang, hingga kini hal itu hanya masih sebagai harapan, lantaran penghasilan Rohman sebagai kuli bangunan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kalau keinginan untuk memperbaiki ada, kalau lihat rumah kaya gini dari dulu juga pengen, di rubah. Tapi yang namanya kebutuhan. Kalau ada rejeki ya buat sehari-hari doang.  Yang namanya hidup di proyek kadang-kadang ada kadang gak ada.
Kadang adanya satu hari liburannya satu minggu,” ungkap Rohman.

Mirisnya, kerja keras yang dilakukan Rohman sebagai kuli di Jakarta kadang-kadang tak membuatkan hasil. Ia mengaku beberapa kali tak mendapatkan bayaran dari bosnya, akibatnya ia harus pulang dengan tangan hampa. Padahal anak dan istrinya menanti untuk biaya kebutuhan sehari-hari termasuk biaya anak sekolah.

“Sudah sering gak dibayar, yang namanya di proyek udah tahu lah semuanya bagaimana kehidupan di proyek. Kadang ada kadang-kadang gak ada,”keluh warga penerima bantuan PKH ini.

**Baca juga: Sekolah di Lingkungan Kemenag Pandeglang diwajibkan Sediakan Alat Kesehatan, Jika.

Rohman mengaku sudah tiga bulan tidak bekerja, karena sulit mencari pekerjaan di Jakarta dampak dari penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) setelah merebaknya virus Corona. Selama tak bekerja ia hanya mengandalkan bantuan dari saudaranya untuk menyambung hidup.

Lanjut Rohman, pihak desa setempat sempat datang untuk melihat kondisi rumahnya. Namun belum ada informasi apakah ia akan mendapatkan bantuan. Sebagai warga kurang mampu, ia berharap ada perhatian dari pemerintah supaya ia bisa tinggal di rumah yang layak. (Aep)




Rumah Nyaris Ambruk, Pemulung di Pakuhaji Butuh Bantuan Pemerintah

Kabar6.com

Kabar6 – Seorang pemulung bernama Marni (47), warga Kampung Gaga Rt 04/02, Desa Kiara Payung, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, membutuhkan bantuan program bedah rumah.

Marni (47) yang kesehariannya mencari rongsokan gelas aqua dan kardus bekas, tinggal bersama keluarga di rumah berukuran 4X5 meter persegi, berdinding dan beratap plastik ditopang bambu, luput dari perhatian pemerintah.

“Saya tinggal disini sudah cukup lama, tapi belum pernah dapat bantuan bedah rumah dari pemerintah,” kata Marni dikediamannya Desa Kiara Payung, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Sabtu (11/4/2020)

Ditengah-tengah kehidupan dengan penghasilan yang serba pas-pasan, Marni (47) menunggu adanya kepedulian dari donatur, atau pihak pemerintah yang mau merenovasi tempat tinggalnya yang tidak layak huni menjadi layak huni seperti yang lainnya.

“Saya kumpulin rongsokan, kalau sudah banyak baru dijual, duitnya buat makan saja kurang, gimana mau bangun rumah, semoga ada orang baik atau pemerintah bantu bedah rumah saya,” inginnya.

Ketua Rt 04/02, Desa Kiara Payung, Murta menyebut warganya yang bernama Marni tidak pernah mendapatkan bantuan bedah rumah dari donatur atau pemerintah, yang selama ini telah dicanangkan dalam program gebrak pak kumis.

“Belum ada yang bantu sama sekali, yang ajuin bedah rumah juga  tidak ada, kalau sodara Marni itu sudah layak untuk dibantu bedah rumah, seperti yang lain dari pemerintah,” ucapnya.

**Baca juga: Kapolresta Tangerang: Orang Terpapar Covid-19 Bukan Aib.

Murta memaparkan, bahwa Marni hanya mencari nafkah dengan cara mengumpulkan barang-barang rongsokan yang sudah tidak terpakai, ia juga berharap adanya kepedulian dari donatur atau pemerintah untuk memberi bantuan  warganya yang kurang mampu.

“Kasihan kalau dilihat, tiap hari cuma cari gelas aqua sama kardus bekas, dikumpulin biar banyak baru mereka jual, bukannya mereka tidak mau bangun rumah, tapi duitnya habis buat makan,” pungkasnya. (Vee)




Diguyur Hujan, Semarak Gemilang Tangerang Festival Tetap Berjalan

Kabar6.com

Kabar6-Diguyur hujan dan angin kencang, panggung karnaval budaya pada perhelatan HUT Kabupaten Tangerang ke-76 dikawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang, Kecamatan Tigaraksa, nyaris ambruk, Kamis, (26/12/2019).

Panggung yang diisi sejumlah istri pejabat tersebut terlihat bergoyang saat terkena angin serta hujan yang cukup deras. Bahkan, bagian atap panggung merosot kebawah karena menahan air yang mengakibatkan pejabat yang berada dipanggung tersebut berhamburan keluar area.

Salah seorang petugas panggung, Ahmad mengatakan, bagian atas panggung hanya merosot sedikit lantaran diterpa angin kencang serta, terpal yang tidak mampu menahan beban air hujan.

“Tidak sampai ambruk, tadi merosot saja, dan pejabat langsung mengevakuasi diri,” katanya.**Baca juga: Hujan Deras Guyur Karnaval Budaya Tangerang Gemilang.

Menanggapi hal tersebut pun, Wakil Bupati Tangerang, Mad Romli akan menyiagakan petugas lebih untuk menjaga area-area vital pada pelaksanaan hari jadi Kabupaten Tangerang.

“Kita memang siagakan petugas penuh, di area-area panggung, khawatir hal-hal yang tidak diinginkan. Kita juga kerjasama dan selalu koordinasi dengan pihak BMKG dan BPBD Tangerang. Tapi kita harap semua baik-baik saja,” ujarnya.

Walaupun diguyur hujan deras, namun semarak Gemilang Tangerang Festival tetap berjalan.

Hingga malam, perform dari para artis tetap menggema dibumi kota seribu industri itu. apalagi saat penampilan artis ibukota Didi Kempot, ribuan penonton tampak antusias dan turut mengiringi lagu yang dibawakannya, mantap.(Vee)