1

Salurkan Bantuan, Jaksa Agung : Kami Berduka dan Prihatin atas Musibah Gempa Bumi di Cianjur

Kabar6.com

Kabar6- Jaksa Agung ST Burhanuddin beserta jajaran melalui program ‘Kejaksaan RI Peduli’ menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada warga di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang menjadi korban musibah bencana alam gempa bumi yang terjadi pada Senin 21 November 2022 lalu.

Bantuan kemanusiaan tersebut berupa uang tunai sebesar Rp400 jutaan, 3 truk sembako berisi beras, minyak goreng, kecap, gula, kopi, teh, makanan siap konsumsi, air mineral, biskuit, mie instan dan obat-obatan.

Tak hanya itu, kejaksaan juga membangun tenda untuk berkantor sementara karena kondisi kantor tidak memungkinkan untuk ditempati, serta sarana pendukung operasional kantor seperti komputer dan printer.

Bantuan itu dikirimkan melalui Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang nantinya diberikan kepada warga Kabupaten Cianjur.

Jaksa Agung ST Burhanuddin mengemukakan, pihaknya berempati dan menyampaikan rasa prihatin serta duka mendalam kepada seluruh korban bencana alam gempa bumi di Kabupaten Cianjur.

Jaksa Agung mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan ini merupakan bentuk kepedulian sosial serta wujud rasa solidaritas, dan berharap bantuan ini dapat menumbuhkan rasa simpati dan mendorong seluruh warga Adhyaksa untuk membantu saudara-saudara yang sedang tertimpa musibah.

**Baca juga: Kejati Banten Berhasil Selamatkan Rp34,5 Miliar Dana Kredit Macet dari Tangan Debitur

“Dengan ketulusan hati, hari ini kita melepas bantuan kemanusiaan berupa 1.000 paket untuk korban bencana alam gempa bumi di Cianjur. Walau tidak seberapa dan tidak akan mampu menghapus rasa duka seluruh korban, kami berharap bantuan ini dapat digunakan sebaik-baiknya untuk meringankan beban korban,” ujar Jaksa Agung, Selasa (22/11/2022).

Diinformasikan, bencana alam gempa bumi di Kabupaten Cianjur mengakibatkan 162 orang meninggal, 362 orang mengalami luka- luka, 2.346 rumah mengalami kerusakan, dan 13.784 orang mengungsi.(Tim K6/Rls)




Lagi! Nasib Pilu Lansia di Pandeglang Tak Punya Rumah Gegera Musibah ini

Kabar6.com

Kabar6- Kisah pilu nasib warga dari Bupati Pandeglang Irna Narulita lantaran tak memiliki tempat tinggal usai roboh diduga sudah lapuk dan tidak kuat menahan terpaan angin sebulan lalu.

Ia adalah Mar’ah lansia warga Kampung Cikujang, Desa Tanjungan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Akibat peristiwa tersebut kini nenek Mar’ah numpang di rumah tetangganya karena rumah yang roboh miliknya belum bisa diperbaiki lagi.

Pasalnya hingga saat ini belum ada perhatian dari pihak Pemerintah, baik itu Pemerintah Desa, Kecamatan maupun Kabupaten Pandeglang.

“Kasihan memang kondisi rumahnya sudah tidak layak huni akan tetapi kami harap pemerintah untuk segera turun ke lokasi mengecek kondisi rumah yang benar benar sudah ambruk,” harap warga setempat Eko Susanto, Kamis (17/11/2022).

Eko mengaku prihatin atas musibah yang alami Mar’ah tersebut. Ia berharap pemerintah segera membantu nenek tersebut.

Sementara Kepala Dusun setempat membenarkan kalau kondisi rumah nenek Mar’ah sangat memprihatinkan sudah hampir satu bulan ambruk dan saat ini ia numpang tinggal dirumah tetangganya.

Memang pihaknya juga sudah merencanakan akan membangunkan kembali rumah nenek tersebut dari swadaya. Dari pemerintah Kabupaten memang belum ada yang datang untuk melihat kondisi rumah si nenek.

**Baca juga: Terseret Ombak di Pantai Carita Pandeglang Pelajar Ditemukan Tewas

“Insyalllah dalam Minggu ini kami warga akan melakukan swadaya membangun rumah nenek Mar’ah. Terkait bantuan dari pemerintah kami juga sangat berharap pemerintah bisa membantu baik pusat maupun daerah,” paparnya.

Tidak hanya Kadus, Asep sekertaris Desa Tanjungan juga menyampaikan bahwa kondisi rumah sudah ambruk lama.

“Mudah-mudahan dalam Minggu ini kami akan melakukan pembangun rumah nenek secara swadaya. Agar nenek bisa kembali menempatinya,”pungkasnya.(aep)




Bystander Effect, Fenomena ‘Menonton’ Sebuah Kecelakaan & Bukan Membantu Si Korban

Kabar6-Mungkin Anda pernah melihat di tayangan televisi, saat terjadi musibah kecelakaan atau perkelahian, orang-orang di sekitar hanya ‘menonton’ saja, bahkan mengambil gambar atau merekam kejadian tersebut, tanpa ada tindakan memberi pertolongan atau menolong.

Dengan kata lain, tidak semua orang akan memberikan pertolongan. Kondisi tersebut disebut sebagai bystander effect, yaitu sebuah fenomena dalam psikologi sosial ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu. Hal ini karena orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.

Orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong sambil berharap orang lain akan membantunya. Menurut Bibb Latane dan John Darley yang merupakan pencetus istilah bystander effect, melansir Hellosehat, terdapat dua alasan mengapa fenomena ini dapat terjadi. Apa sajakah itu?

1. Difusi tanggung jawab
Merupakan kondisi ketika orang tidak merasa harus menolong dan bertanggung jawab terhadap keadaan korban karena ada banyak orang di sekitarnya. Mereka merasa bahwa membantu orang lain di ruang publik adalah tanggung jawab bersama, sehingga harus ada yang memulai agar korban dapat tertolong.

Semakin banyak orang dalam ruang publik, keinginan mereka untuk menolong akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut merasa tidak bertanggung jawab atas individu itu.

2. Terlalu melihat situasi
Pada saat menolong seseorang, terutama korban kecelakaan, diperlukan cara dan langkah-langkah yang benar serta diterima secara sosial. Biasanya, ketika ada seseorang yang meminta bantuan, mungkin Anda akan melihat reaksi orang lain terlebih dahulu.

Selain itu, Anda atau orang lain mungkin merasa takut untuk menolong karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk memberikan bantuan. Kemudian, Anda akan memperhatikan keadaan sekitar, apakah orang lain akan ikut membantu atau tidak. Jika yang menolong hanya sedikit, Anda atau orang lain cenderung tidak akan menolong karena merasa sudah selesai.

Ada berbagai latar belakang mengapa seseorang takut menolong orang lain. Mulai dari takut salah hingga merasa dirugikan setelah membantu orang tersebut. Oleh karena itu, orang-orang menjadi pemilih ketika membantu orang lain.

Hal lain, manusia lebih cenderung menolong ketika orang tersebut mereka kenal karena terdapat sebuah ikatan. Bila kejadian ini terjadi pada orang asing, Anda mungkin lebih takut dianggap mencampuri urusan orang lain dibandingkan dampaknya terhadap korban.

Meskipun mungkin tidak ada dampak buruk yang terlihat secara langsung, bystander effect akan mempengaruhi nilai moral Anda kepada sesama manusia. Sebenarnya, menghadapi fenomena bystander effect dapat dilakukan dengan mudah bila ada niatan yang kuat untuk membantu.

Jadi, bystander effect adalah fenomena yang tergantung pada setiap individu. Apakah mereka ingin mengelompokkan diri sebagai kelompok apatis atau tidak menimbulkan kejadian ini. ** Baca juga: Pria Ganteng & Wanita Cantik Sulit Punya Hubungan Cinta yang Awet?

Bagaimana dengan Anda? (ilj/bbs)