1

Benarkah ‘Kematian’ Matahari Bakal Terjadi Miliaran Tahun Mendatang?

Kabar6-Para ilmuwan memperkirakan kematian akhir dari massa matahari terjadi miliaran tahun ke depan, tepatnya sekira lima miliar tahun dari sekarang.

Ahli astrofisika di Pusat Astrofisika bernama Paola Testa, melansir Sciencetimes, mengatakan bahwa saat ini Matahari berumur kurang dari lima miliar tahun, dan umurnya akan mencapai sekira 10 miliar tahun atau lebih. Matahari akan menemui akhir masa hidupnya, dan saat ini berada dalam fase ‘deret utama’, yakni ketika fusi nuklir hidrogen memungkinkannya memancarkan energi, dan memberikan tekanan yang cukup untuk menjaga Matahari agar tidak runtuh karena massanya sendiri.

Setelah Matahari membakar sebagian besar hidrogen di intinya, ia akan beralih ke fase berikutnya sebagai bintang raksasa merah. Pada titik ini, sekira lima miliar tahun ke depan, Matahari akan berhenti menghasilkan panas melalui fusi nuklir, dan inti matahari akan menjadi tidak stabil dan berkontraksi.

Sementara itu, bagian terluar Matahari yang masih mengandung hidrogen akan mengembang dan bersinar merah saat mendingin. Ekspansi ini perlahan-lahan akan menelan planet-planet tetangga matahari, seperti Merkurius dan Venus, serta meningkatkan angin matahari hingga menghancurkan medan magnet Bumi dan menghilangkan atmosfernya.

Menurut sebuah penelitian pada 2008 yang diterbitkan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society, dalam beberapa juta tahun setelah ekspansi awal ini, kemungkinan besar Matahari juga akan memakan sisa-sisa batuan Bumi.

Matahari kemudian akan mulai memadukan helium yang tersisa dari fusi hidrogen menjadi karbon dan oksigen, sebelum akhirnya runtuh hingga ke intinya, meninggalkan nebula planet yang indah di lapisan luarnya saat menyusut menjadi ‘mayat’ bintang seukuran Bumi yang sangat padat dan jauh lebih panas, yang dikenal sebagai katai putih.

Tesla menjelaskan, Nebula tersebut hanya akan terlihat dalam waktu sekira 10 ribu tahun. Dari sana, sisa-sisa matahari akan menghabiskan triliunan tahun untuk mendingin sebelum akhirnya menjadi objek yang tidak mengeluarkan emisi.(ilj/bbs)




Setelah Tertunda Karena Pandemi, India Luncurkan Roket ke Matahari untuk Pengamatan

Kabar6-Setelah berulang kali tertunda karena pandemi COVID-19, India meluncurkan misi Aditya L-1 untuk mengamati Matahari. Institut Astrofisika India menyerahkan muatan utamanya ke Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) untuk diintegrasikan dengan muatan lain di atas satelit.

Menurut keterangan ketua ISRO, S Somanath, melansir indianexpress, satelit itu dibawa oleh roket India bernama Kendaraan Peluncur Satelit Polar. “ISRO bertujuan untuk memainkan peran penting dalam eksperimen sains masa depan di luar angkasa dan ekosistem perlu dibuat untuk itu, termasuk peta jalan (roadmap),” terang Somanath.

Muatan yang diserahkan disebut Visible Emission Line Coronograph (VELC), berbobot 90 kg, akan menjadi muatan utama di antara tujuh muatan yang dirancang mempelajari berbagai aspek Matahari seperti atmosfer, percepatan angin Matahari, dan asal lontaran massa koronal.

Untuk mendapatkan pandangan Matahari yang tidak terhalang dan terus menerus, satelit akan menuju titik L1 atau Lagrange antara Matahari dan Bumi. Titik Lagrange yang berjumlah lima disebut sebagai tempat parkir ruang angkasa, karena tarikan gravitasi Matahari dan Bumi sama dengan gaya yang dibutuhkan untuk mempertahankannya di orbit.

Jadi, sebuah satelit dapat tetap berada di titik Lagrange di antara dua benda langit mana pun tanpa menghabiskan bahan bakar. ** Baca juga: Dalam Waktu Satu Menit, Remaja di Tiongkok Lompat Tali Sebanyak 374 Kali

VELC, yang dikonseptualisasikan dan dirancang dalam 15 tahun, dapat membantu memecahkan salah satu teka-teki utama astrofisika Matahari, yakni mengapa atmosfer Matahari yang disebut korona sejuta derajat panasnya padahal permukaannya hanya lebih dari 5.700 derajat Celsius.

Untuk menjawabnya, para ilmuwan harus mengamati korona langsung dari bagian paling bawah ke atas, yang sulit dilakukan karena cahaya terang yang memancar dari permukaan Matahari.

VELC dapat mencitrakan korona Matahari hingga 1,05 kali radius Matahari, yang merupakan citra terdekat dari muatan semacam itu. VELC juga dapat mengambil pengamatan ini kira-kira tiga kali setiap detik dan dengan resolusi tinggi 2,5 detik busur per piksel.

“Tidak ada koronagraf Matahari lain di luar angkasa yang memiliki kemampuan mencitrakan korona Matahari sedekat mungkin dengan piringan Matahari seperti yang dapat dilakukan VELC,” kata Prof Raghavendra, peneliti utama VELC.

Ditambahkan, “Ia dapat mencitrakannya sedekat 1,05 kali radius Matahari, juga dapat melakukan pencitraan, spektroskopi, dan polarimetri pada saat yang sama, dan dapat melakukan pengamatan pada resolusi (tingkat detail) yang sangat tinggi dan berkali-kali dalam satu detik.” (ilj/bbs)




Ilmuwan AS Ungkap Matahari Ternyata Punya Suara yang Sangat Keras

Kabar6-Matahari yang sering dikira tidak memiliki suara, ternyata mengeluarkan suara yang begitu keras. Namun suara tadi tidak dapat merambat melalui ruang hampa, sehingga terkesan matahari tak bersuara.

Seorang ahli heliofisika terkemuka dari Departemen Studi Antariksa Southwest Research Institute, Amerika Serikat (AS), bernama Craig DeForest, melansir Iflscience, menjelaskan seberapa keras suara Matahari, yang secara teoritis mengeluarkan suara sekira 100 desibel. Ukuran suara ini jika disederhanakan sama kerasnya dengan berdiri di samping sound sistem pada konser musik rock.

DeForest menjelaskan, kebisingan itu luar biasa jika menganggap Matahari berjarak 150 juta kilometer dari kita. “Suara Matahari sangat keras. Beruntung suaranya tidak menyebar melalui ruang angkasa,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Alex Young, ahli heliofisika NASA pada 2018. Menurut Young, Matahari memiliki suara seperti mendengung namun keras. “Matahari tidaklah diam,” terang Young. ** Baca juga: Disebut Bukti Penjelajah Waktu, Lukisan 1937 Gambarkan Orang Asli Amerika Seperti Sedang Melihat Handphone

DeForest melanjutkan, setiap sel matahari memancarkan sekira 100-300 watt energi suara per meter persegi. Ini hampir sama dengan sirene polisi. Dan karena luas permukaan Matahari sekira 10 ribu kali lebih besar dari Bumi, maka dapat dibayangkan 10 ribu Bumi diselimuti sirine polisi. “Suaranya akan sekeras itu,” jelas DeForest.(ilj/bbs)




Hindari Sinar Matahari dan Minum Darah Sebabkan Wanita Australia Ini Disebut Vampir

Kabar6-Georgina Condon (20), wanita asal Australia, menderita kondisi langka di mana ia menderita penyakit bernama Thalassemia. Karena kondisi inilah, sejak usia 12 tahun Condon menjadi sosok yang takut dengan sinar matahari.

Condon, melansir Metro UK, juga senantiasa membutuhkan asupan darah setiap pekan, agar kondisinya senantiasa baik-baik saja dan stabil. Selama ini, asupan darah untuk tubuhnya didapatkan dari rumah sakit di mana Condon pernah dirawat. Namun kini Condon tak lagi mendapat asupan darah dari rumah sakit.

Kekasih Condon, Zamael, bersedia memberikan darahnya untuk wanita tersebut. Darah dari tubuh Zamael diberikan kepada Condon, lalu wanita itu pun meminumnya.

“Aku bertemu dengannya tiga tahun lalu. Ia memberikan darahnya padaku. Aku mencoba minum darahnya secara langsung. Ini cukup sulit tapi aku menikmatinya,” kata Condon.

“Aku telah berhenti minum minuman keras. Itu agar dia bisa meminum darahku. Aku begitu menyayanginya. Ini sangat menyenangkan,” sambung Zamael. ** Baca juga: Nyeleneh, Wanita di Brasil Pura-pura Mati dan Minta Keluarganya Adakan Upacara Pemakaman

Selama ini, untuk menutupi wajahnya yang pucat, Condon selalu memakai make-up tebal. Ia juga senantiasa memakai make-up menyeramkan. Tapi kini, Condon mulai mencoba dandan dengan cara yang lebih ramah agar ia terlihat lebih mengesankan.

Meski kondisi Georgina sangat unik dan seperti manusia vampir, keluarganya selalu memberi dukungan kepada wanita tersebut. Ibu, ayah dan adik-adik Condon sangat menyayanginya.

Termasuk sang kekasih yang juga sangat melindungi, menghormati dan mencintainya.(ilj/bbs)




Juni atau Juli, India Bersiap Jalankan Misi untuk Daratkan Roket di Matahari

Kabar6-Pada Juni atau Juli tahun ini, Organisasi Riset Antariksa India (ISRO) akan meluncurkan misi ilmiah untuk mempelajari Matahari

ISRO, melansir Indiatimes, baru-baru ini menerima Visible Line Emission Coronagraph (VELC) yang merupakan muatan utama di pesawat luar angkasa Aditya-L1 dari Institut Astrofisika India (IIA). VELC adalah misi ilmiah pertama India untuk mempelajari matahari. Seremoni penyerahan VELC berlangsung di kampus IIA Center for Research and Education in Science and Technology (CREST) dihadiri oleh Ketua ISRO, Somanath.

Menurut IAA, pengukuran, perakitan, dan pengujian VELC berhasil diselesaikan dan merupakan muatan yang paling menantang di antara tujuh muatan/teleskop yang akan diterbangkan dengan pesawat luar angkasa Aditya-L1.

“Memahami dampak Matahari terhadap Bumi dan lingkungannya menjadi sangat penting sekarang dengan Aditya-L1 bertujuan untuk menjelaskan topik ini. Butuh waktu 15 tahun untuk pembangunan VELC dari konsep hingga penyelesaian, dan periode ini diperlukan untuk sistem yang kompleks seperti ini,” terang Somanath.

Aditya L1 adalah misi berbasis ruang angkasa pertama India yang bertujuan mempelajari Matahari dari orbit halo di sekitar titik Lagrangian sistem Matahari-Bumi 1 (L 1). ** Baca juga: Ditemukan Kedai ‘Tempat Nongkrong’ di Irak Berusia 5.000 Tahun dengan Kursi dan Kulkas dari Tanah Liat

Misi tersebut dioperasikan oleh tujuh muatan di atas kapal Aditya L1 untuk melakukan pengamatan kromosfer, lapisan terluar matahari (korona), dan fotosfer. Ini akan membuat berbagai pengamatan tentang aktivitas matahari serta pengaruhnya terhadap cuaca antariksa, demikian pernaytaan ISRO.(ilj/bbs)




Ilmuwan Sebut Mereka Tahu Kapan dan Bagaimana Matahari akan Mati

Kabar6-Dalam penelitian yang dipublikasi pada 2018 lalu, Matahari dan Bumi diprediksi akan mati sekira 10 miliar tahun dari sekarang. Namun karena hanya prediksi, para ilmuwan tidak dapat mengetahui pasti bagaimana peristiwa itu dapat terjadi.

Umat manusia masa itu pun harus mengalami peristiwa kepunahan massal itu. Meski tidak mengetahui persis, melansir Weather, para ilmuwan dapat mengetahui apa yang terjadi pada Matahari dan Bumi melalui observasi atas bintang dan planet lain. Observasi ini pun memberikan gambaran kepada para ilmuwan ketika Matahari telah mencapai akhir kehidupannya.

Penelitian yang dipublikasi dalam Jurnal Nature Astronomy itu menjelaskan, Matahari dan Bumi akan mati bersama ketika Matahari meledak sehingga meninggalkan nebula planeter, emisi nebula yang dikeluarkan bintang dalam siklus akhir hidup.

Ini bukanlah satu-satunya penelitian memprediksi apa yang akan terjadi pada Matahari dan Bumi. Terdapat penelitian lain yang menyatakan kematian Matahari akan terjadi bertriliun-triliun tahun dari sekarang. ** Baca juga: Pecahkan Rekor Dunia, Pesawat Kertas di Korsel Berhasil Terbang Sejauh 77 Meter

Namun banyak penelitian memprediksi lima miliar tahun ke depan, komposisi hidrogen Matahari akan habis. Matahari juga akan menjadi bintang merah besar (red giant). Ketika masuk ke fase itu, Matahari dapat dinyatakan sudah mati.

Kehangatan pun sudah tidak dapat diproduksi Matahari lagi. Mulai dari fase itu, inti Matahari tidak akan stabil lagi, Matahari akan meluas hingga melahap Planet Merkurius, Venus, dan Bumi. Medan magnet Bumi pun akan hancur karena dilahap Matahari. Atmosfer Bumi hilang dan Bumi akhirnya lenyap.

Meski sains memprediksi kematian Matahari dan Bumi masih jauh, bukan berarti penduduk Bumi tidak bertanggung jawab atas kelestarian Bumi. Mulai saat ini, manusia harus mengatasi masalah perubahan iklim yang sudah mengancam kehidupan Bumi.(ilj/bbs)




Wow! Dubai Bakal Bikin ‘Bulan’ Buatan

Kabar6-Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), berencana membangun sebuah resor yang terlihat seperti Bulan, diharapkan bakal memberikan pengunjung pengalaman unik seperti sedang bepergian ke luar angkasa.

Mega resor berbentuk Bulan yang disebut Moon Dubai ini, melansir Mirror, diperkirakan bernilai sekira 4,28 miliar pound dan diharapkan dapat menarik 2,5 juta pengunjung setahun. Disebutkan, Moon Dubai juga memiliki sejumlah fasilitas termasuk klub malam dan pusat kesehatan.

Lingkar bola pada Moon Dubai diperkirakan mencapai 622 meter, yang artinya mampu menghasilkan keuntungan lebih dari 1,5 miliar pound hanya dalam satu tahun. ** Baca juga: Viral, Seorang Dokter Bedah Coba Keluarkan Ular Hidup dari Telinga Pasien

Para pengunjung juga dibawa dengan kendaraan shuttle ke gedung sambil berputar-putar, pada trek di tengah gedung. Sekira 23 persen dari lantai atas gedung akan menampung kasino, lalu sembilan persen akan menjadi klub malam, dan empat persen akan menjadi restoran.

Sepertiga dari area di inti mewah akan digunakan oleh klub, sepertiga lainnya menampung laguna dan empat persen amfiteater besar. Proyek ini akan membuat Anda membentang lebih dari 200 meter hingga ketinggian di bawah ukuran One Canada Square di Canary Wharf.

Rencana proyek Moon Dubai disiapkan oleh perusahaan arsitektur asal Kanada, Moon World Resorts. Sementara itu, co-founder Moon World Resorts, Sandra G. Matthews dan Michael R. Henderson, mengatakan bahwa Moon Dubai akan memengaruhi setiap aspek ekonomi UEA termasuk sektor pengaruh.

Dikatakan, aspek lain yang juga menjadi sasaran adalah transportasi, real estate komersial dan residensial, infrastruktur, jasa keuangan, penerbangan dan antariksa, energi, pertanian, teknologi dan pendidikan.

Diperkirakan akan memakan waktu satu tahun lagi untuk pengembangan sebelum proses konstruksi empat tahun.(ilj/bbs)




Menurut Studi Terbaru, Alien Mendapatkan Energi dari ‘Black Holes’

Kabar6-Sebuah studi terbaru menemukan fakta yang mengejutkan. Diungkapkan, alien bisa memberi kekuatan pada golongan mereka dengan ‘memanen’ energi dari black holes (lubang hitam).

Tim peneliti ilmiah, melansir Livescience, mengatakan bahwa secara teoritis makhluk luar angkasa dapat menggunakan megastruktur hipotetis, disebut bola Dyson, yang akan mengelilingi bintang dengan formasi ketat platform, mengorbit untuk menangkap cahaya bintang dan menghasilkan tenaga.

Menurut tim ilmiah, teknologi luar biasa semacam ini mungkin terjadi, dan mereka percaya itu dapat memancar dengan cara yang cukup aneh untuk memungkinkan teleskop di Bumi menemukan keberadaan alien.

Pada 1960, fisikawan dan astronom bernama Freeman J. Dyson mengusulkan untuk menggunakan kolektor surya yang mengorbit untuk memanfaatkan semua energi bintang atau Matahari, menciptakan megastruktur raksasa yang diperlukan untuk melakukannya menjadi bola Dyson.

Pemimpin tim peneliti, astronom Tiger Yu-Yang Hsiao dari Universitas Nasional Tsing Hua di Taiwan, melihat apakah salah satu dari ini benar-benar dapat dibangun di sekitar lubang hitam, seperti tertuang di makalah mereka yan berjudul ‘A Dyson sphere around a black hole’ diterbitkan pada Juli dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Dalam studi tersebut, mereka melihat kemungkinan emisi dari piringan akresi di sekitar lubang hitam, koronanya, dan bahkan pancaran relativistik yang dipancarkan oleh lubang hitam.

“Biasanya, piringan akresi dapat menyediakan 10.000 dan bahkan lebih banyak lagi energi yang Anda dapatkan dari bintang seperti Matahari,” terang Hsiao. “Jadi, alih-alih memburu 10.000 bintang seperti Matahari kita, kita bisa menemukan satu lubang hitam dan membangun bola Dyson di sekitarnya dan itu akan jauh lebih efisien.”

Tidak hanya itu, tim mengatakan, membangun bola Dyson di sekitar lubang hitam daripada bintang akan ‘menghemat banyak material’ karena lubang hitam jauh lebih kecil. ** Baca juga: Tanpa Alasan, Seorang Pria di Kosovo Telan Ponsel Jadul

Diterangkan rekan penulis studi Tomotsugu Goto, juga dari Universitas Nasional Tsing Hua, alien dapat menempatkan satelit besar dalam orbit yang stabil di sekitar lubang hitam untuk mengumpulkan energi sinar-X menggunakan sesuatu yang mirip dengan panel surya.

Tim sekarang berencana untuk menjaring miliaran objek yang dikatalogkan oleh Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) NASA dan teleskop Pan-STARRS di Hawaii untuk melihat apakah mereka dapat melihat tanda-tanda bola Dyson yang ada.

Dikatakan, energi yang dipancarkan kembali dari struktur akan bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang, sehingga bola Dyson di sekitar lubang hitam mungkin mengeluarkan tanda energi yang tidak dapat dijelaskan dalam ultraviolet atau inframerah.

“Lubang hitam adalah salah satu objek paling terang di langit,” kata Profesor Hsiao. “Jika itu benar-benar dapat ditemukan, saya akan merasa gembira.” (ilj/bbs)




Mengapa Matahari di Tiongkok Berubah Jadi Biru?

Kabar6-Sebuah pemandangan aneh terjadi di langit Tiongkok, warna matahari berubah menjadi biru dan langit menjadi kuning. Administrasi Meteorologi Tiongkok menerangkan, fenomena yang menghebohkan publik itu disebabkan oleh badai pasir.

Badai pasir kedua, melansir SCMP, telah melanda negara itu dalam waktu kurang dari dua minggu setelah badai pasir pertama. Badai yang kedua inilah yang mengubah warna langit dan matahari. Badai pasir dipicu oleh angin dari Mongolia yang dilanda kekeringan dan Tiongkok barat laut. Jarak pandang di kota berkurang, dengan puncak beberapa gedung pencakar langit tertutup oleh badai pasir.

Sementara pejalan kaki terpaksa menutupi mata mereka saat embusan debu menyapu jalanan. Administrasi Meteorologi Tiongkok mengeluarkan peringatan kuning pada Jumat pekan lalu, memperingatkan bahwa badai pasir menyebar dari Mongolia ke Provinsi Tiongkok utara termasuk Mongolia Dalam, Shanxi, Liaoning dan Hebei, yang mengelilingi Beijing.

Menurut indeks kualitas udara realtime Beijing, saat badai pasir melanda Beijing pada Minggu pagi, tingkat polusi udara naik ke level maksimum 500. Kadar polutan PM10 yang dapat menembus paru-paru melampaui 2.000 mikrogram per meter kubik.

Kadar PM2.5, partikel lebih kecil yang dapat menembus aliran darah, mencapai 462. Diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan konsentrasi PM2.5 harian rata-rata hanya 25.

Badai tersebut menyebabkan kekacauan di bandara di Mongolia Dalam, dengan lebih dari separuh penerbangan dibatalkan dari bandara Baotou dan Chifeng karena jarak pandang yang buruk.

Administrasi Meteorologi Tiongkok mengungkapkan, badai pasir baru-baru ini berasal dari Mongolia, di mana suhu yang relatif lebih hangat pada musim semi ini dan berkurangnya curah hujan mengakibatkan lebih banyak area tanah kosong.

“Dinamika badai pasir dan transmisi debu bagus sekarang,” kata Zhang Tao, kepala peramal Pusat Meteorologi Observatorium Tiongkok. ** Baca juga: Dikira Bom, Ternyata Sebuah Mesin Cuci di Skotlandia Meledak

Zhang mengatakan, Tiongkok utara dan barat laut memiliki lebih sedikit tutupan salju serta hujan tahun ini dan suhu sejak Februari lebih tinggi, yang menyebabkan kekeringan lebih lanjut dan cuaca berdebu.

Suhu rata-rata di Mongolia dan Tiongkok utara, disebutkan Zhang, sekira enam 6 derajat Celsius lebih tinggi dari biasanya pada Maret.

Tiongkok utara telah lama mengalami badai pasir karena gurun di wilayah tersebut menyebar lebih jauh ke selatan, dengan penggundulan hutan yang meningkatkan frekuensi selama periode ‘Lompatan Jauh ke Depan’ Mao Zedong dari 1958 hingga 1961.

Deforestasi skala besar juga dianggap sebagai faktor penyebab badai debu di Tiongkok. Beijing telah menanam ‘tembok hijau besar’ dari pepohonan untuk memerangkap debu yang masuk, serta mencoba membuat koridor udara yang menyalurkan angin dan memungkinkan pasir dan polutan lainnya lewat lebih cepat.(ilj/bbs)




Matahari Punya Kembaran yang Memisahkan Diri dari Orbitnya Ribuan Tahun Lalu?

Kabar6-Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, Matahari kemungkinan memiliki kembaran. Penelitian ini diterbitkan dalam The Astrophysical Journal Letters.

Menurut penelitian, melansir livescience, Matahari memiliki kembaran yang telah lama hilang, namun puing-puingnya menghilang dalam ruang antarbintang. Karena itulah, belum ada yang berhasil melihat kembaran Matahari ini. Pasalnya, kembaran Matahari memisahkan diri dari orbitnya dengan Matahari pada ribuan tahun yang lalu.

Para ilmuwan percaya, jika dua Matahari telah mengitari galaksi selama belasan kali, namun keduanya sama-sama berakhir di wilayah ruang angaksa yang jauh berbeda.

Namun, catatan mengenai kembaran Matahari ini dicurigai masih terekam dalam awan Oort, yang dipercaya merupakan lingkungan misetrius untuk komet dan batuan ruang angkasa yang berada di luar pengaruh Matahari.

Awan Oort dikenal sebagai bagian paling aneh karena terletak pada piringan datar yang mengelilingi Matahari dan membentuk bola puing berlubang. ** Baca juga: 5 Aktor Hollywood yang Dijuluki ‘Super Jangkung’

Objek terjauh di awan Oortini kemungkinan tidak terkait dengan Matahari sama sekali, dan melayang 100 ribu kali lebih jauh dari Matahari ke Bumi. Walaupun tidak dipenuhi banyak hal, awan ini justru menyimpan banyak memori terkait aktifitas di luar angkasa.

Seorang sarjana Harvard bernama Amir Siraj menyebutkan, Matahari kemungkinan bekerjasama dengan saudara kembarnya yang hilang untuk menangkap objek yang lewat dari luar angkasa.

Namun perlu penelitian mendalam untuk memahami bagaimana kinerja Matahari yang kemungkinan punya kembaran ini. Hingga kini, masih belum ada penjelasan lebih jelas untuk memahami hal tersebut.(ilj/bbs)