1

Dikremasi 9 Tahun Lalu, Seorang Pria di Tiongkok Muncul dalam Kondisi Sehat

Kabar6-Peristiwa menghebohkan terjadi di Chongqing, Tiongkok, saat seorang pria tua bernama Zhuo Kangluo mendadak muncul dalam kondisi hidup, padahal diketahui pihak keluarganya telah mengkremasi Kangluo, setelah dinyatakan tewas akibat musibah kecelakaan mobil.

Kangluo sendiri ditemukan ‘meninggal’ di pinggir jalan setelah melarikan diri dari sebuah panti jompo. Melansir thesun, laporan tentang seorang pria yang bertingkah aneh pertama kali diterima oleh otoritas Chongqing pada Agustus 2022. Awalnya, petugas mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi pria tersebut, mengingat penolakannya untuk menjawab pertanyaan. Namun hasil tes DNA dilaporkan cocok dengan saudara laki-laki Kangluo.

Disebutkan, sembilan tahun lalu seorang pria yang tewas akibat kecelakaan mobil, salah diidentifikasi sebagai Kangluo oleh kerabat dan penduduk desa. Jenazah pria itu dikremasi setelah keponakannya diduga tidak menginginkan autopsi, dan tes DNA tidak tersedia untuk kerabat dekat.

Kemiripan pria yang ditemukan baru-baru ini itu juga dikatakan dikenali oleh cucu Kangluo saat melihat poster orang hilang. ** Baca juga: Lahir pada Usia 22 Minggu, Adiah dan Adrial dari Kanada Jadi Bayi Kembar Paling Prematur di Dunia

Sewaktu mengunjunginya, pria itu dikabarkan menangis dan juga bisa mengeja dengan benar nama-nama orang yang terkait dengannya.

Kini pihak berwenang Tiongkok dikatakan bekerja untuk mengidentifikasi pria yang secara keliru dianggap sebagai Kangluo pada 2014. Perawatan telah diberikan kepada Kangluo setelah kemunculannya kembali.(ilj/bbs)




Layanan Krematorium Belum Tersedia, PDHI Tangsel: Terpaksa ke Daerah Lain

Kabar6-Layanan tempat pembakaran mayat hingga menjadi abu atau krematorium di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum tersedia. Akibatnya warga umat tertentu yang meninggal dan ingin dikremasi terpaksa harus ke luar wilayah setempat.

“Jadi kalau ada warga umat Hindu meninggal dunia dan harus dikremasi terpaksa ke daerah lain,” kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PDHI) Kota Tangsel, Ida Ketut Ananta, Selasa (31/1/2023).

Ia jelaskan, tempat kremasi yang kini tersedia lokasinya sangat jauh, yakni di Cilincing Jakarta Utara, Cibinong Bogor. Lokasi terdekat di Oasis, Kota Tangerang.

“Kami sebagai umat Hindu yang tinggal di Tangsel, ketika ada warga kami yang meninggal dunia, tentunya sesuai dengan ajaran kami. Orang yang meninggal itu harus melalui proses ngaben atau dibakar,” jelasnya.

Perlu diketahui, kremasi juga dikenal dengan sebutan pengabuan. Pengabuan ini diperbolehkan oleh beberapa agama, seperti Hindu dan Buddha. Kremasi merupakan salah satu pilihan selain mengubur jasad manusia yang telah meninggal.
Pembakaran dilakukan dengan suhu yang tinggi. Hasil proses kremasi berupa fragmen tulang dan partikel kemudian digiling menjadi debu halus. Abu tersebut dimasukkan ke dalam sebuah guci dan diserahkan kepada pihak keluarga. Selanjutnya pihak keluarga biasanya akan menabur abu tersebut.

Pengabuan atau kremasi adalah praktik penghilangan jenazah manusia setelah meninggal dengan cara membakarnya. Biasanya hal ini dilakukan di sebuah krematorium atau pancaka, atau biasa juga di sebuah makam di Bali yang disebut setra atau pasetran. Kremasi adalah proses pembakaran mayat yang dilakukan dengan api bersuhu 800 derajat Celsius atau lebih.

**Baca Juga: Hasil Reses Anggota DPRD Lebak Diserahkan ke Pemkab

Proses kremasi biasanya meninggalkan rata-rata 2,4 kg sisa-sisa mayat yang dikenal sebagai “abu”. Tidak semua bagian tubuh mayat menjadi abu, karena terdapat fragmen mineral tulang yang tidak terbakar, yang biasanya digiling menjadi bubuk. Mereka tidak menimbulkan risiko kesehatan dan dapat dikubur, dikebumikan di situs peringatan, disimpan oleh kerabat atau tersebar dengan berbagai cara.

Selain alasan-alasan teologis, praktik pembakaran mayat atau kremasi sering kali dilakukan berdasarkan pertimbangan praktis, yaitu lahan pekuburan yang semakin terbatas di kota-kota besar sehingga membuat orang memilih pengabuan daripada penguburan.(yud)




Trik Unik Atasi Kurangnya Lahan Pemakaman Ala Jepang dengan Mengubur di Pohon

Kabar6-Seiring jumlah populasi yang terus bertambah, Jepang memiliki trik unik untuk menangani berkurangnya lahan pemakaman. Cara unik yang dilakukan adalah dengan mengubur di pohon.

Dalam pemakaman ini, melansir smithsonianmag, keluarga menempatkan sisa-sisa kremasi di tanah dan pohon, ditanam di atas abu untuk menandai kuburan. Kuil induk Shounji membuka situs kuil lebih kecil yang dikenal sebagai Chishoin dengan hutan kecil. Di taman kecil itu, yang bebas dari batu nisan besar ala kuburan tradisional Jepang, para pendeta Buddha melakukan ritual tahunan untuk para mendiang. Keluarga juga masih dapat mengunjungi makam orang yang dicintai dan melakukan ritual keagamaan mereka sendiri di situs tersebut.

Gagasan penguburan pohon atau Jomokuso terbukti sangat populer di Jepang, sehingga kuil dan permakaman umum lainnya meniru model tersebut. Beberapa di antaranya menyediakan ruang pemakaman di bawah pohon individu dan ruang lainnya di kolumbarium yang mengelilingi satu pohon.

Cendekiawan Sebastian Penmellen Boret menulis dalam bukunya pada 2016 bahwa penguburan pohon ini mencerminkan transformasi yang lebih besar dalam masyarakat Jepang. ** Baca juga: Terlibat Aksi Kejar-kejaran, Wanita di Malaysia Tabrak Sejumlah Kendaraan Saat Ketahuan Curi Mobil

Penguburan pohon juga jauh lebih murah ketimbang praktik pemakaman tradisional, yang merupakan pertimbangan penting bagi orang Jepang untuk menghidupi banyak generasi. Tingkat kelahiran di Jepang adalah salah satu yang terendah di dunia, sehingga anak-anak sering hidup tanpa saudara kandung untuk mengurus orangtua dan kakek-nenek yang sakit dan meninggal dunia.(ilj/bbs)




Dua Minggu Setelah Dimakamkan, Seorang Lansia di India Pulang ke Rumahnya

Kabar6-Peristiwa menggemparkan terjadi di distrik Krishna, Andhra Pradesh, India. Berawal ketika seorang wanita bernama Muthlaya Girijama (75) didiagnosa positif COVID-19, dan harus menjalani isolasi di rumah sakit pemerintah.

Sayang, baru tiga hari diisolasi, pihak keluarga mendapat kabar bahwa Girijama meninggal dunia akibat komplikasi virus tersebut. Jenazah wanita itu tidak boleh dijenguk keluarga, dan mereka hanya bisa melihatnya dari kejauhan, karena harus menuruti protokol COVID-19.

Saat diserahkan ke pihak keluarga, tubuh Girijama sudah dibungkus plastik, sehingga tidak ada yang bisa mengidentifikasi jasadnya. Girijama kemudian dibawa pulang untuk dikremasi dan dimakamkan di hari yang sama. ** Baca juga: Bersekongkol, Tiga Wanita di Malaysia Pura-pura Diculik Demi Dapat Uang dari Ayah Mereka

Namun dua minggu berselang, melansir Indiatoday, pihak keluarga dikejutkan dengan kemunculan Girijama yang dalam kondisi sehat. Wanita lansia itu pulang ke rumah tepat satu hari sebelum pemakaman finalnya. Belakangan diketahui, telah terjadi kesalahan administrasi di rumah sakit yang menyatakan bahwa Girijama telah meninggal dunia. Padahal, jasad yang dikremasi adalah pasien COVID-19 lain.

Sementara itu, Girijama yang tidak tahu kalau dia telah dinyatakan meninggal dunia mengeluhkan karena tidak ada keluarga yang menjemputnya di rumah sakit. Alhasil, Girijama harus menggunakan uang santunan yang didapatnya dari pemerintah untuk pulang.

Peristiwa ini tentu mengagetkan warga hingga jadi perhatian publik nasional di India. Namun hingga berita ini diturunkan, masih belum diketahui identitas jasad yang dikremasi keluarga Girijama.(ilj/bbs)




Sadis! Pria Sindrom Down Dikremasi Hidup-hidup Demi Gantikan Posisi Jenazah Orang Kaya

Kabar6-Sungguh sadis, seorang pria Tiongkok bernama Lin Shaoren (36), mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Pria dengan sindrom Down itu diculik, dibius, serta dimasukkan ke peti mati, dan dikremasi hidup-hidup.

Sindrom Down atau Down syndrome adalah kelainan genetik yang menyebabkan penderitanya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah, dan kelainan fisik khas.

Bagaimana Lin bisa diperlakukan seperti itu? Rupanya, melansir SCMP, tubuh Lin ditukar dengan jenazah seorang pria kaya bernama belakang Huang yang meninggal dunia karena kanker. Pihak keluarga ingin menguburkan Huang sebagaimana layaknya pemakaman biasa, sesuai permintaan pria tersebut sebelum menutup mata, dan bukan dikremasi. Itulah sebabnya rencana ‘pertukaran tubuh’ pun dijalankan.

Keluarga Huang lantas menyewa seseorang untuk menemukan jenazah pengganti yang dapat dikremasi, untuk menggantikan jenazah pria tersebut. Tetapi tanpa mereka ketahui, seseorang yang mereka sewa melakukan pembunuhan untuk menyediakan jenazah pengganti.

Sasaran pun tertuju pada Lin yang saat itu sedang memungut sampah di sepanjang jalan, dekat rumahnya di Lufeng. Saat itulah, Lin diculik dan dipaksa minum alkohol dalam jumlah banyak.

Dalam kondisi pingsan akibat minuman beralkohol, penculik memasukkan Lin ke peti mati dan menyegelnya dengan empat paku baja. Peti mati itu kemudian ditukar dengan peti mati Huang, ketika hendak dikirim untuk kremasi.

Lin dikremasi, sementara tubuh Huang dibawa ke daerah terpencil untuk dimakamkan oleh keluarga secara tradisional. Kerabat Huang membayar 107 ribu yuan untuk pertukaran tubuh itu, di mana 90 ribu yuan untuk si penculik yang nama pendeknya juga Huang, sementara sisanya untuk perantara yang diidentifikasi dengan nama belakang Wen.

Lin sendiri terdaftar sebagai orang hilang selama dua tahun sebelum keluarganya menemukan dia telah dibunuh pada November 2019, setelah polisi menggunakan rekaman surveillance untuk memecahkan misteri kejahatan tersebut.

Si penculik dijatuhi hukuman mati yang eksekusinya ditangguhkan oleh pengadilan. ** Baca juga: Perusahaan di Denmark Tawarkan Produk Pakaian Dalam yang Tak Perlu Sering Dicuci

Diketahui, penguburan dilarang di sebagian besar Tiongkok, terutama di kota-kota besar. Pihak berwenang berpendapat, kremasi menghemat ruang lahan dan lebih ramah lingkungan.

Tetapi beberapa keluarga berusaha keras untuk menghindari kremasi, dengan banyak yang percaya penguburan adalah satu-satunya cara bagi orang mati untuk mendapatkan kedamaian.(ilj/bbs)




Disangka Meninggal Dunia, Seorang Anak Selamatkan Ibunya yang Nyaris Dikremasi

Kabar6-Seorang lansia berusia 89 tahun asal Kota Resistencia, Argentina, yang tidak disebutkan namanya, nyaris dikremasi hidup-hidup karena disangka telah meninggal dunia.

Beruntung sang anak segera meminta pihak krematorium untuk menghentikan proses kremasi ibunya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Berawal ketika lansia tadi dirawat di sebuah klinik swasta. Keesokan harinya, melansir Dailystar, saat sang anak yang berusia 54 tahun berkunjung, dia diberitahu pihak rumah sakit bahwa ibunya telah meninggal dunia.

Pihak rumah sakit mengatakan, kematian lansia itu akibat cardiorespiratory arrest, yaitu kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Kemudian, pihak rumah sakit menyerahkan sertifikat kematian dan segera memindahkan sang ibu untuk dikremasi.

“(Putrinya) pergi ke sanatorium pada jam 8.45 pagi di mana dia bertemu dengan seorang dokter yang menceritakan tentang kematian ibunya setelah menderita serangan jantung, dan dia dikirim ke krematorium di Velez Sarsfield Avenue dan menyewa layanan pemakaman dan kremasi,” demikian laporan polisi setempat.

Namun hanya beberapa menit sebelum ibunya dikremasi itulah, sang anak melihat ada tanda-tanda vital dari ibunya. Dia pun segera meminta petugas krematorium untuk menghentikan proses kremasi. Selain itu, perempuan tadi juga mengirimkan pesan kepada para kerabat untuk menginfokan bahwa ibunya itu masih hidup.

“Saya hanya ingin memberitahu kamu bahwa ibu masih hidup. Pada akhirnya, kami berada di ruang kremasi dan kami melihatnya dengan tanda-tanda vitalnya. Sekarang kami akan pergi ke klinik,” bunyi pesan tersebut.

Lansia itu pun segera dilarikan kembali ke klinik untuk mendapatkan perawatan intensif. Sementara sang anak segera melaporkan klinik tersebut kepada pihak berwajib. ** Baca juga: Terungkap, Isi Perut Dinosaurus Berusia 110 Juta Tahun

Kini kasus mengerikan tersebut sedang dalam proses penyelidikan.(ilj/bbs)




Tempat Kremasi Tertua di Dunia Berusia 9.000 Tahun Ada di Timur Dekat

Kabar6-Sebuah situs kremasi manusia tertua di dunia berumur 9.000 tahun berhasil ditemukan. Para ilmuwan mengungkapkan, penggalian situs tempat kremasi manusia tertua menunjukkan bahwa orang-orang kuno di Timur Dekat mulai membakar mayat sekira 7.000 SM.

Penggalian tersebut, melansir smithsonianmag, menunjukkan sisa-sisa orang dewasa muda yang tulangnya mengalami kerusakan akibat pembakaran tubuh yang disengaja. Studi yang dipimpin oleh Fanny Bocquentin dari French National Center for Scientific Research (CNRS) dan timnya, melakukan penggalian di situs Neolitikum Beisamoun di Israel Utara.

Para Ilmuwan menemukan lubang kremasi kuno yang tampaknya berisi sisa-sisa mayat lengkap yang sengaja dibakar sebagai praktik penguburan. Meskipun beberapa bagian kerangka telah bergeser, ilmuwan mencatat bahwa tubuh sebagian besar tetap teratur, menandakan itu masuk secara keseluruhan dan bukan potongan-potongan tubuh.

Investigasi terhadap tulang tersebut mengungkapkan bahwa itu adalah orang dewasa muda dari sekira 7013-6700 SM, menjadikannya contoh kremasi tertua yang pernah diketahui di Timur Dekat.

Tulang tadi juga menunjukkan tanda-tanda distorsi, penyusutan, pemecahan, dan retakan longitudinal, yang mengindikasi bahwa tulang tersebut dipanaskan hingga sekira 500 derajat Celcius. Ilmuwan yakin, acara yang dilakukan adalah kremasi mayat segar dan bukan sisa-sisa kebakaran yang tidak disengaja.

Kremasi ini berlangsung selama periode waktu yang signifikan untuk praktik penguburan di Timur Dekat karena praktik-praktik tradisional, seperti pemindahan kepala orang meninggal atau penguburan orang di dalam pemukiman semakin menjauh. ** Baca juga: Benarkah Hiu Bisa Tersenyum, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Bocquntin dan timnya sekarang berusaha menemukan bukti lebih lanjut tentang kremasi kuno tersebut, untuk lebih memahami praktik awal dan transisi sikap manusia purba terhadap orang meninggal.(ilj/bbs)




Saat Hendak Dikremasi, Seorang Bayi di Tiongkok Hidup Kembali

Kabar6-Peristiwa menggemparkan dialami oleh seorang bayi laki-laki di Tiongkok bernama An An. Semula, bayi ini dinyatakan telah tidak bernyawa lagi. Namun siapa sangka, An An ternyata bangun dan menangis setelah menghabiskan malam di kamar mayat dengan suhu di minus 12 derajat Celsius.

Kejadian tersebut, melansir mirror.co.uk, berlangsung hanya beberapa saat sebelum An An dikremasi. Diketahui, bayi malang ini tengah berjuang mempertahankan hidup dalam ruangan unit perawatan intensif di Rumah Sakit Rakyat Pan’an. Ya, An An lahir secara prematur dengan berat hanya 49 ons.

Setelah menghabiskan waktu selama 23 hari dalam inkubator, keluarga An An pun memutuskan untuk membawanya pulang sebelum Hari Raya Tahun Baru Tiongkok.

Sesampainya di rumah, ternyata kondisi An An mulai memburuk, hingga akhirnya bayi laki-laki itu dibawa kembali ke rumah sakit untuk menjalani perawatan khusus. Namun yang terjadi, bayi malang An An malah mengalami serangan jantung yang fatal.

“Saat saya mengeluarkan dia dari kamar mayat, saya mendengar ada suara kencang, dan pada saat saya mendorongnya untuk memasuki ruang kremasi, suara itu semakin kencang,” kata seorang petugas bagian kremasi.

Petugas itu pun langsung membuka kontainer tempat An disemayamkan, dan melihat bayi tadi bergerak. Tak membuang waktu, petugas itu langsung memberitahu ayah An An bahwa anaknya masih hidup.

Tim medis rumah sakit sendiri menganggap, peristiwa ini sebagai hal yang ajaib. “Saya belum pernah melihat hal ini selama saya menjadi seorang dokter selama lebih dari 20 tahun,” kata dr. Chen, kepala rumah sakit. ** Baca juga: Dermawan Asal Polandia Ini Ternyata Pembunuh Berdarah Dingin yang Jual Daging Manusia

Mukjizat memang dapat terjadi kapan saja.(ilj/bbs)




60 Tahun Jadi ‘Pajangan’ di Museum Thailand, Jasad Kanibal Tiongkok Ini Akhirnya Dikremasi

Kabar6-Jasad Si Quey, pria asal Tiongkok yang menjadi pelaku pembunuh berantai pertama di Thailand, akhirnya dikremasi setelah 60 tahun dipajang dalam Museum Forensik, di Rumah Sakit Siriraj, Bangkok.

Jasad pria kanibal ini, melansir newssky, tampak sudah berkerut dan menghitam dalam posisi berdiri. Si Quey dikremasi di kota Nonthaburi, dan sembilan biksu Buddha melantunkan doa serta meletakkan bunga di dekat peti matinya. Kremasi di dekat Penjara Bang Kwang ini diawasi oleh Departemen Pemasyarakatan Thailand, karena tidak ada kerabatnya yang datang.

Ritual tersebut dihadiri oleh kerumunan kecil penduduk setempat yang datang untuk belajar tentang tokoh terkenal dan mitologis tersebut. Si Quey yang dianggap sebagai pembunuh berantai pertama di Thailand, datang ke Negeri Gajah Putih itu sebagai seorang imigran puluhan tahun silam.

Polisi pertama kali menangkapnya setelah seorang bocah laki-laki berusia delapan tahun diketahui hilang. Si Quey kemudian dikaitkan dengan sekira enam pembunuhan anak-anak yang belum terpecahkan sejak beberapa tahun sebelumnya.

Kisah itu menyebar secara grafis ke berbagai surat kabar, yang merinci bagaimana Si Quey telah mengaku memiliki selera terhadap daging, hati, dan usus manusia sepanjang Perang Dunia II (PD II), ia yang saat itu menjadi prajurit muda Tiongkok dipaksa untuk bertahan hidup dengan tubuh orang-orang yang membusuk.

Si Quey diadili dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan Thailand saat usianya 32 tahun. Dia kemudian dieksekusi oleh regu tembak pada 16 September 1959.

Nama Si Quey kemudian dicatat dalam kamus budaya, dan digunakan sebagai peringatan oleh orangtua kepada anak-anak yang berbunyi, “Jika kamu bertingkah, Si Quey akan datang dan menjemputmu.”

Kisah Si Quey lantas menjadi komoditas para penggemar fiksi dan film-film horor, yang akhirnya mendorong mayat Si Quey untuk dimumikan. ** Baca juga: Ditemukan Kerangka dalam Kondisi Berciuman Selama 2.800 Tahun di Lembah Solduz

Namun dalam beberapa tahun terakhir, kondisi di sekitar keyakinannya dan dugaan pengakuannya telah dipertanyakan. Di mana para aktivis menyerukan pemakaman Si Quey yang bermartabat dan menunjukkan bahwa penegak hukum pada saat itu dikenal karena membuat pengakuan paksa dan menaikkan popularitas dengan cerita-cerita tabloid.

Pemerintah militer Thailand juga terkenal karena melanggengkan sikap anti Tiongkok dalam pergolakan Perang Dingin. Tempat peristirahatan terakhir untuk abu Si Quey sendiri belum ditentukan.(ilj/bbs)




Cetar, Sebuah Perusahaan di Inggris Jual Peti Mati Berlapis Glitter

Kabar6-Sebuah perusahaan bernama Glitter Coffin Company asal Inggris membuat terobsan baru, peti mati berkilau atau berlapis glitter, sehingga terlihat lebih cetar dari peti mati biasa.

Peti mati bernuansa kelap-kelip itu, melansir businessinsider, disebut cocok bagi mereka yang semasa hidupnya memiliki gaya nyentrik. Ada banyak pilihan warna glitter, mulai dari lilac hingga rose gold yang merah jambu. Dan semua peti mati itu dibuat sesuai pesanan, dilapisi dengan kristal. Untuk jenazah yang dikremasi, terdapat pilihan rupa-rupa kotak abu yang juga berkilauan.

Glitter Coffin Company memastikan siap mengirimkan peti mati buatannya itu ke seluruh dunia. Hal yang unik, bukan hanya untuk manusia, Glitter Coffin Company juga menyediakan peti mati untuk hewan peliharaan kesayangan, seperti anjing atau kucing.

“Peti mati kami yang menakjubkan adalah cara yang indah untuk mencerminkan dan merayakan kehidupan seseorang. Glitter kami terdiri dari glitter chunky yang menangkap cahaya indah memberikan efek kilau pamungkas pada hari yang cerah atau ketika cahaya menangkap flex glitter,” demikian tulis Glitter Coffin Company dalam situs mereka.

Harga peti mati ini dibanderol mulai sekira Rp2,5 juta. Apabila ingin ditambahkan ukiran kalimat khusus yang bersifat personal, ada tambahan biaya sekira Rp225 ribu. ** Baca juga: Selama 16 Tahun Pria Ini Tidur Bersama Tulang Belulang Istrinya

Sepertinya peti mati berlapis glitter ini ingin membuat keluarga yang ditinggalkan tidak terlalu larut dalam kesedihan.(ilj/bbs)