Perkebunan Negara di Cilenggang Serpong, Kini Tinggal Kenangan
Kabar6-Siapa yang tahu jika di Cilenggang, Serpong, Kota Tangerang Selatan, dulunya adalah sebuah perkebunan yang sangat luas. Bahkan, pada zamannya perkebunan ini menjadi sentra perekonomian di Tangerang Raya.
Sejarawan Asal Kota Tangsel, TB Sos Rendra menjelaskan, luas dari Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII itu terbentang dari Cimulang Bogor, Pondok Aren, Serpong, Cihuni, hingga Pagedangan.
Pada zaman dulu nya, Sos Rendra mengatakan, nama belanda dari PTPN adalah Onder Nemmeng Serpong yang dipimpin oleh Van Der Legh, namun orang Serpong sering menyebutnya Kideleh.
“Onder Nemmeng Serpong Serpong yang dipimpin oleh Van Der Legh disebutnya Kideleh, jadi daerah kita (Cilenggang, red) ini sebelum karet adalah tebu, karena ada pabrik gula di Onder Nemment Serpong yang sekarang PTP dulu PPN (Perusahaan Perkebunan Negara, red) dan segala macem kan, nah lalu bangun-bangun itu (perkantoran, red) tahun 1924,” ujarnya kepada Kabar6.com, ditulis Minggu (29/8/2021).
Pada zamannya, Sos Rendra mengatakan, ada sungai yang membentang untuk membuat tebu yang nantinya dikirim ke pabrik gula yang berada di Cilenggang.
“Sekarang sungai itu tinggal lekukannya aja, untuk membawa Tebu. Dulu tebu, sekarang karet,” ungkapnya.
Menurutnya, saat ini PTPN seharusnya sudah masuk kedalam cagar budaya, karena dalam Undang-undang nomor 11 tahun 2010 benda yang bergerak atau yang tidak bergerak buatan manusia atau jadi sendirinya diatas 50 tahun keatas termasuk cagar budaya harus dilestarikan.
“Dalam Undang-undang nomor 11 tahun 2010 benda yang berherak atau yang tidak bergerak buatan manusia atau jadi sendirinya diatas 50 tahun keatas termasuk cagar budaya harus dilestarikan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua RT 12/04 Cilenggang, Leman mengatakan, PTPN VIII dulunya adalah pusat perkebunan dan pusat perekonomian di wilayah Tangerang Raya.
Dulunya, menurut Leman sebagai penduduk lama di PTPN, daerahnya menjadi kawasan pabrik-pabrik dan perkantoran demang-demang.
Bahkan, ada beberapa tokoh yang menjadi pendiri dari Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) tersebut, yaitu Abah Dahlan, Abah Atief, Abah Demang Jaya Sampurna, dan tokoh yang berada di Sampora Cisauk.
“(Para tokoh, red) itu semacam delegasi untuk kerajaan yang di Banten, jadi seperti ada tugas dalam perdagangan lah gitu,” ungkapnya.
Karena dulu zaman penjajahan Hindia Belanda, Leman menerangkan, disini menjadi komoditi perkebunan, namun sekali lagi yang dinamakan penjajah, pasti ada kelicikan dalam perdagangan, maka dari itu ada utusan dari Banten untuk PPN.
“Jadi kan ilmu perdagangan itu kalau disini khusus perkebunan komoditi karet terus tebu. Cuma kita bahasanya dulu udah ada perdagangan dan masih di wilayah Banten,” terangnya.
Pada tahun 1991, Leman mengatakan, gedung-gedung di PTPN masih sangat bagus-bagus dan mentereng, bangunan juga masih sangat terawat. Nah pada tahun 1991 itu, Leman mengatakan, PTPN menjadi pusat perdagangan khusus perkebunan.
“Jadi, per April 1991 itu kita pusat nya itu dulu khusus perkebunan peninggalan dari Belanda, ada 32 perkebunan, dulu jadi pusat nya disini untuk regional Tangerang disini,” paparnya.
Menurutnya, dari 32 perkebunan peninggalan Belanda di Indonesia, kini tinggal sisa 14. Karena di Cilenggang adalah pusatnya, Leman menjelaskan, dulu hampir menjadi kaya istana.
“Jadi yang mengelola (PTPN) itu ada direktur nya, direksi lah, waktu zaman Hindia Belanda itu, ya kalau kita mah ada walikota nya gitu,” paparnya.
Bahkan, diterangkannya, di Cilenggang ada air yang mengalir sangat indah, dan bekasnya pun masih ada hingga sekarang, begitu juga rumah dinas milik Hindia Belanda.
“Ada air yang mengalir sangat indah, sekarang tinggal itu (menunjuk bekas lekukan sungai) tinggal begitu aja, rumah belanda yang dulunya puluhan, sekarang tinggal 2, dulu juga ada demang-demang Belanda disini,” terangnya.
Luas lahan perkebunan, diterangkan Leman, mencapai ratusan hektar yang kini hanya tersisa 7 hektar saja. “Tanah luas ratusan hektar sekarang tinggal 7 hektar ini sisa sisa nya,” ungkapnya.
Dirinya berharap, Pemerintah Kota Tangsel seharusnya memperhatikan, merenovasi, memelihara, menciptakan, mempertahankan, dan menumbuh kembangkan cagar budaya yang tersisa, jangan malah dibiarkan.
“Jadi pengennya tuh disini tidak ada hanya kenangan cerita. Pengennya saya itu warga Tangsel minimal lah jadi disini dulu ada istilah perkebunan ada buktinya dijadikan museum gitu, pengennya sih gitu,”
**Baca juga: BRSAMPK Handayani Catat Ada 10 Kasus Kekerasan Anak Hingga TPPO di Tangsel
Jadi suatu hari nanti, Leman memaparkan, menjadi destinasi wisata baik mahasiswa maupun warga untuk memfoto, dan memperjelas apakah di Cilenggang ada perkebunan.
“Puluhan rumah disini kantor pusat dan sisanya tinggal dua, itu pun kondisinya sangat memperhatikan. Jadi bicara ada Icon Tangsel juga,” tutupnya.(eka)