1

Katakombe Capuchin, Kampung Bagi Ribuan Mayat di Bawah Tanah Italia

Kabar6-Upacara pemakaman dengan menguburkan jenazah seseorang yang meninggal dunia menjadi hal umum, dan dilakukan masyarakat di seluruh penjuru dunia.

Namun di sisi lain, beberapa kelompok masyarakat justru mengawetkan jenazah demi kepentingan tertentu, yang dinamakan sebagai mumifikasi. Salah satunya adalah ‘kampung mayat’ yang berada di Italia. Di sana terdapat ribuan mayat yang telah diawetkan.

Salah satu kampung mayat yang cukup terkenal adalah Katakombe Capuchin, di wilayah Palermo, Italia Selatan. Awalnya, melansir keepome, Katakombe Capuchin dibangun dengan tujuan menyimpan mayat seperti lainnya. Namun semakin ke sini, Katakombe Capuchin menjadi semacam simbol tentang bagaimana rasanya ketika mereka yang masih hidup berbaur dengan yang sudah meninggal dunia.

Mayat-mayat yang ada di sana dipajang dalam posisi sedang berdiri atau pun duduk, mengenakan pakaian lengkap. Pemandangan seperti itu menggambarkan seolah-olah mereka tengah menyapa para wisatawan yang datang ke tempat tersebut.

Sejarah dibangunnya katakombe ini berawal dari abad ke-16. Pada saat itu, kelompok biarawan Capuchin melakukan penggalian di bawah biaranya. Kemudian pada 1599, mereka melakukan proses pengawetan atau mumifikasi pertama di sana terhadap anggotanya yang bernama Silvestro dari Grubbio.

Proses pengawetannya pun terbilang cukup sederhana. Pertama mereka memindahkan mayat Silvestro ke dalam katakombe dan membiarkannya begitu saja. Karena katakombe ini memiliki kondisi yang sangat kering, cairan dalam tubuh Silvestro pun menguap secara alamiah.

Setelah cairan dalam tubuh habis, anggota Capuchin kemudian melumuri jasad Silvestro dengan menggunakan cuka. Selang setahun kemudian, jasad Silvestro diberikan pakaian lengkap dan dipajang di tembok katakombe.

Seiring waktu, Katakombe Capuchin ini mengalami perluasan wilayah. Jumlah mayat yang ada di sini pun terbilang banyak dan terus bertambah tiap tahunnya. Setidaknya terdapat 1.252 mayat yang sudah diawetkan dari 8.000 mayat yang ada di sini.

Mayat-mayat yang diawetkan di katakombe pun dibagi ke dalam beberapa bagian. Misalnya pada bagian aula yang ditempati oleh mayat dari para tokoh agama, perawan, anak-anak, serta orang kaya yang sengaja memesan tempat agar dimakamkan di sini.

Mereka yang kaya raya biasanya akan memesan tempat di sini ketika masih hidup. Mayatnya pun akan diberikan keistimewaan, yakni didandani dengan pakaian terbaik sebelum dipajang di tembok katakombe atau pun cukup disimpan di dalam peti mayat.

Mereka yang melakukan hal tersebut berharap agar sanak famili masih bisa merasa dekat dengannya meski telah meninggal dunia. Dan mereka akan dikenai pembayaran secara berkala. ** Baca juga: Bisnis Unik, Mencari Nama ‘Barat’ untuk Bayi di Tiongkok dengan Omzet Rp5,72 Miliar

Jadi ketika keluarga jenazah telah menghentikan pembayaran, maka jasad anggota keluarga yang disimpan di katakombe akan dipindahkan ke tempat lain yang lebih tertutup, hingga pihak keluarga bersedia untuk melanjutkan proses pembayaran.

Katakombe Capuchin sempat secara resmi ditutup, yakni pada 1880. Namun katakombe tetap melayani jasa penampungan mayat hingga awal abad ke-20. Sementara itu, jenazah biarawan terakhir yang dimakamkan di sini bernama Ricardo, pada 1871.(ilj/bbs)




Katakombe Capuchin, Kampung Mayat di Italia

Kabar6-Katakombe adalah sebutan untuk lorong bawah tanah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan mayat. Nah, dari sekian banyak katakombe, satu di antaranya yang cukup terkenal adalah Katakombe Capuchin, yang berada di wilayah Palermo, Italia Selatan.

Di sinilah tersimpan ribuan mayat yang telah diawetkan, dan disusun sedemikian rupa. Awalnya, melansir thesun, Katakombe Capuchin ini dibangun dengan tujuan menyimpan mayat layaknya katakombe pada umumnya. Seiring waktu, Katakombe Capuchin menjadi semacam simbol tentang bagaimana rasanya ketika mereka yang masih hidup berbaur dengan mereka yang sudah mati.

Mayat-mayat yang ada di sana dipajang dalam posisi sedang berdiri atau pun duduk dengan mengenakan pakaian lengkap. Pemandangan seperti itu menggambarkan seolah-olah mereka tengah menyapa para wisatawan yang datang ke tempat tersebut.

Katakombe ini berawal dari abad ke-16. Saat itu, kelompok biarawan Capuchin melakukan penggalian di bawah biaranya. Kemudian pada 1599, mereka melakukan proses pengawetan atau mumifikasi pertama di sana terhadap anggotanya yang bernama Silvestro dari Grubbio.

Proses pengawetannya pun terbilang cukup sederhana. Pertama mereka memindahkan mayat Silvestro ke dalam katakombe dan membiarkannya begitu saja. Karena katakombe ini memiliki kondisi yang sangat kering, cairan dalam tubuh Silvestro pun menguap secara alamiah.

Setelah cairan dalam tubuh habis, anggota Capuchin kemudian melumuri jasad Silvestro dengan menggunakan cuka. Selang setahun kemudian, jasad Silvestro diberikan pakaian lengkap dan dipajang di tembok katakombe.

Selanjutnya, Katakombe Capuchin ini mengalami perluasan wilayah. Jumlah mayat yang ada di sini pun terbilang banyak dan terus bertambah tiap tahnnya. Setidaknya terdapat 1.252 mayat yang sudah diawetkan dari 8.000 mayat yang ada di sini.

Mayat-mayat yang diawetkan di katakombe pun dibagi ke dalam beberapa bagian. Misalnya pada bagian aula yang ditempati oleh mayat dari para tokoh agama, perawan, anak-anak, serta orang kaya yang sengaja memesan tempat agar dimakamkan di sini.

Mereka yang kaya raya biasanya akan memesan tempat di sini ketika masih hidup. Mayatnya pun akan diberikan keistimewaan, yakni dengan didandani dengan pakaian terbaik sebelum dipajang di tembok katakombe atau pun cukup disimpan di dalam peti mayat.

Mereka yang melakukan hal tersebut berharap agar sanak familinya masih bisa merasa dekat meski ia telah mati. Meski bisa memesan tempat, mereka akan dikenai pembayaran secara berkala.

Jadi ketika keluarga jenazah telah menghentikan pembayaran, jasad anggota keluarga yang disimpan di katakombe akan dpindahkan ke tempat lain yang lebih tertutup, hingga pihak keluarga bersedia untuk melanjutkan proses pembayaran.

Sistem pembayaran berkala ini ditetapkan seiring dengan banyaknya permintaan orang-orang agar bisa dimakamkan di tempat ini. Sejalan dengan semakin banyaknya orang-orang kaya yang minta dimakamkan di sini, pengaruh dan reputasi yang dimiliki oleh kelompok biara Capuchin pun semakin meningkat.

Katakombe Capuchin sempat secara resmi ditutup pada 1880. Namun katakombe ini tetap melayani jasa penampungan mayat hingga awal abad ke-20. ** Baca juga: Ratusan Harta Karun Langka dari Bangsa Viking Ditemukan Saat Gletser di Norwegia Mencair

Diketahui, jenazah biarawan terakhir yang dimakamkan di sini bernama Ricardo, yang dimakamkan pada 1871.(ilj/bbs)