1

Di Arab Saudi, Langgar Jarak Sosial Terancam Denda Hingga Ratusan Juta

Kabar6-Sanksi tegas diumumkan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, dengan menyebutkan daftar denda dari Rp20 juta hingga Rp398 juta, bagi pelanggar jarak sosial selama pandemi COVID-19 ini.

Dan peraturan untuk membatasi pertemuan publik, dikatakan sebuah sumber di kementerian, telah disetujui oleh dekrit Kerajaan Saudi. Aturan baru, melansir MSN, melarang pertemuan yang berisi orang-orang dari satu keluarga berbagi rumah yang sama, atau yang terdiri dari lima orang atau lebih yang tidak memiliki hubungan tempat tinggal.

Denda minimum Rp20 juta akan dikenakan pada setiap orang yang menghadiri atau mengorganisir pertemuan ilegal, tetapi mereka yang ditemukan melanggar aturan berisiko denda hingga Rp40 juta jika berkumpul dengan anggota keluarga yang tidak tinggal bersama mereka.

Sementara denda Rp60 juta untuk bersosialisasi di tempat tinggal atau area publik dengan anggota non-keluarga, dan denda Rp120 juta untuk acara termasuk pernikahan, pemakaman, pesta dan seminar, atau di salon dan bisnis lainnya.

Untuk pekerja yang berkumpul di rumah, bangunan yang sedang dibangun, rumah istirahat atau pertanian yang bukan tempat tinggal mereka, akan didenda sebesar Rp200 juta.

Kementerian juga telah mengenakan sejumlah denda mulai dari Rp20 juta hingga Rp398 juta untuk setiap pelanggan atau karyawan yang berkumpul di dalam atau di luar perusahaan komersial yang melebihi jumlah yang ditentukan.

Pelanggar berulang akan menghadapi kenaikan denda yang meningkat, dengan fasilitas sektor swasta menghadapi penutupan tiga bulan untuk pelanggaran pertama dan penutupan enam bulan dan diajukan ke Biro Investigasi dan Penuntutan Publik untuk pelanggaran yang kedua.

Menurut sebuah sumber, unit-unit keamanan telah dibentuk untuk memantau dan mengimplementasikan peraturan-peraturan ini. Tetapi anggota masyarakat juga didesak untuk melaporkan pertemuan ilegal menggunakan nomor bebas pulsa 999 (atau 911 di wilayah Mekah). ** Baca juga: Berkat TikTok, Seorang Anak Temukan Ayahnya yang Hilang 10 Tahun Lalu

Peraturan yang sangat ketat.(ilj/bbs)




Ada Sepeda Motor ‘Jaga Jarak Sosial’ di India

Kabar6-Seorang pria putus sekolah asal India bernama Partha Saha (39) berhasil membuat sebuah motor yang menjunjung tinggi pedoman social distancing. Saha, menciptakan sebuah motor yang punya jarak satu meter antara pengemudi dan penumpangnya.

Untuk membuat sepeda motor ‘jaga jarak sosial’ ini, melansir gulfnews, Saha membeli sebuah motor tua dan melepaskan serta memotong mesinnya menjadi dua, sebelum memasang sebatang tongkat yang sedikit lebih panjang dari satu meter untuk menghubungkan di antara rodanya.

“Kini aku bisa mengendarai motor dengan putriku yang berusia delapan tahun sambil mengikuti pedoman jarak sosial yang aman,” ujar Saha.

Diketahui, pemerintah India telah memberlakukan lockdown nasional dan mendesak warga untuk mempraktikkan jarak sosial demi menghentikan penyebaran COVID-19.

Saha menggunakan sedikit tabungannya untuk membuat kendaraan, yang rencananya akan digunakan untuk mengantar putrinya pergi dan pulang sekolah begitu aturan pembatasan dicabut.

“Aku tidak ingin dia naik bus sekolah karena akan ramai,” kata pria yang bekerja di bengkel perbaikan televisi itu. ** Baca juga: Gara-gara Kalah ‘Suit’ Batu-Kertas-Gunting, Pria Kanada Ini Nyaris Tekor Rp5 Miliar

Motor baru milik Saha berjalan dengan daya baterai dan memiliki kecepatan tertinggi 40 kilometer per jam. “Dibutuhkan tiga jam untuk mengisi baterai, yang memungkinkan sepeda untuk menempuh 80 kilometer,” jelasnya.

Untuk satu kali pengisian, bBiaya yang dibutuhkan sebesar 10 rupee India. Saha juga telah mencoba sepeda motor buatannya itu di jalan, dan membuat orang yang melihatnya terpana. Bahkan, Saha bahkan mendapat pujian dari Biplab Kumar Deb, Kepala kementerian Tripura.

Dalam akun Twitter miiknya, Deb mencuit, “Keterpaksaan adalah induk dari penemuan! Saya ucapkan selamat kepada Partha Saha yang telah membuat motor unik untuk menciptakan kesadaran selama wabah virus corona.”

Benar-benar kreatif.(ilj/bbs)




Apa Beda Physical Distancing dengan Social Distancing?

Kabar6-Selama pandemi COVID-19, Anda tentu sering mendengar istilah social distancing dan yang belakangan ini marak adalah physical distancing.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mulai menggunakan istilah physical distancing atau jarak fisik sebagai cara untuk menghindari penyebaran COVID-19 lebih luas.

Para ahli menyebut, langkah ini sebagai ‘arah yang tepat’. Diketahui, penyebaran COVID-19 tergolong cepat dan telah menjangkit ratusan negara. Dalam sebuah konferensi pers harian 20 Maret lalu, pejabat badan kesehatan global tersebut mengatakan, menjaga jarak fisik sangatlah penting dilakukan di tengah pandemi COVID-19.

Langkah ini, melansir Kompas, tidak berarti bahwa secara sosial seseorang harus memutuskan hubungan dan komunikasi dengan orang yang dicintai atau dari keluarganya. “Saat ini, berkat teknlogi yang telah maju, kita dapat tetap terhubung dengan berbagai cara tanpa benar-benar berada dalam ruangan yang sama dengan orang-orang lain secara fisik,” urai Maria Van Kerkhove, ahli epidemiologi WHO.

WHO, dikatakan Maria, mengubah istilah dengan jarak fisik atau physical distancing secara sengaja karena ingin agar orang-orang tetap terhubung. Penyebaran utama COVID-19 melalui tetesan pernapasan, terutama saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Jadi, menjaga jarak fisik yang aman dianjurkan untuk mengurangi penularan.

Rekomendasi WHO untuk menjaga jarak lebih dari satu meter dari orang lain. Sementara, beberapa pakar kesehatan menyarankan untuk menjaga jarak setidaknya dua meter dari orang lain.

Sejumlah langkah dapat diambil untuk meningkatkan ruang fisik antara orang-orang, termasuk tinggal di rumah lebih banyak, bekerja dari rumah jika mungkin, membatasi tamu di rumah, menghindari pertemuan besar dan transportasi umum.

“Social distancing atau jarak sosial terdengar seperti orang-orang harus berhenti berkomunikasi satu sama lain. Sebaliknya, kita harus menjaga sebanyak mungkin komunitas yang dapat dijaga selama melakukan physical distancing atau jarak fisik,” kata Jeremy Freese, Profesor Sosiologi di Universitas Stanford AS.

Ditambahkan Freese, jarak fisik diperlukan untuk melindungi kondisi fisik semua orang, tetapi kesehatan mental juga penting. Oleh karena itu, isolasi sosial tidak baik untuk kesehatan mental.

Seorang Profesor Psikologi Sosial dan Metodologi Penelitian di London School of Economics bernama Martin W Bauer, menyambut baik perubahan WHO dalam penggunaan terminologi ini.

“Sejak awal saya berpikir bahwa ini adalah pilihan bahasa yang kurang tepat jika berbicara tentang ‘jarak sosial’ atau social distance. Padahal, yang dimaksud sebenarnya adalah ‘jarak fisik’ atau physical distance,” ungkap Bauer.

Bauer menjelaskan, jarak fisik diukur dalam metrik meter atau sentimeter. “Ini adalah jarak geografis dari orang A ke orang B, sedangkan jarak sosial adalah ukuran jarak melintasi batas sosial.” ** Baca juga: Bahaya Mudik Saat Pandemi COVID-19

Menurut Bauer, penting untuk membedakan antara kedua istilah ini. “Dalam masa-masa ‘aneh’ saat wabah virus ini, kami ingin jarak fisik yang jelas, tetapi pada saat yang sama, kami ingin orang-orang tetap dekat satu sama lain secara sosial,” katanya lagi.(ilj/bbs)