1

Fahri Hamzah Ajak Rakyat Aklamasi Pilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024

Kabar6-Menjelang akhir tahun 2023 dan memasuki awal tahun baru 2024, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengajak rakyat Indonesia untuk membulatkan tekad, serta memantapkan hati mendukung pasangan calon (paslon) nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Menurut Fahri, memang ini waktunya bagi Prabowo-Gibran untuk menjadi pemimpin masa depan Indonesia. Karena itu, seluruh rakyat Indonesia secara aklamasi memilih Prabowo-Gibran di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

“Sekali putaran saja, 50 hari lagi. Tuntaskan transisi ini untuk memasuki Indonesia Emas 2045. Ini saatnya negeri kita. Ayo sahabat, ajak semua kerabat menjemput martabat!” seru Fahri Hamzah dalam keterangan persnya, Senina (25/12/2023).

Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 itu, menyampaikan alasan kenapa Prabowo-Gibran yang harus dipilih, karena sangat pantas menjadi presiden dan wakil presiden (wapres) di 2024.

Sebab, karena hanya paslon nomor urut 02 yang sejak awal mempunyai konsep jelas tentang arah masa depan bangsa Indonesia.

“Prabowo-Gibran, bukan hanya akan melanjutkan pembangunan yang sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi sebelumnya, tetapi juga akan melengkapi dan menyempurnakan program-program pembangunan yang sudah ada, salah satunya melanjutkan mega proyek Ibu Kota Negara (IKN),” sebut Fahri yang juga menggaungkan Tagar #AklamasiPrabowoGibran Jelang 2024.

Sementara konsep yang disampaikan dua paslon lainnya, yakni paslon nomor urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskanda dan nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Fahri menyebut kalau konsep awal yang mereka bawa salah. Sehingga rakyat tidak mungkin memilih yang sejak awal salah konsep.

“Bahkan kesalahan konsep dari paslon nomor urut 01, dipertahankan sampai sekarang. Bilang perubahan atau opposisi, tapi masih aja nyambi jadi penguasa. Ya salah itu kontradiksi. Ini ganjil rakyat nggak bisa!” sindir Fahri.

Termasuk paslon nomor urut 03 dan partai pengusung utamanya, PDIP, menurut Fahri amat sangat aneh, karena selama 9 tahun selalu memuji dan bertekad ingin melanjutkan program pemerintahan sekarang ini, tapi diujung malah ngomel-ngomel.

**Baca Juga: Partai Gelora Luncurkan Program Peduli Petani dan Bagikan Pupuk Cair Gratis

“Capresnya jadi bingung mau ngapain? Dia juga dari awal disuruh-surih aja kok. Lah cawapres-nya menteri yang 4 tahun puji-puji bosnya (Presiden Jokowi) kemana-mana, terus sekarang masih ngomel? Kan rakyat bingung!” katanya lagi.

Karena kesalahan konsep dua paslon 01 dan 03 tersebut, menurut Fahri menjadi serius kalau rakyat pada akhirnya akan memilih paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, karena terlalu kuat argumennya.

Dan ini yang menjadi keyakinannya, kalau Pilpres 2024 akan berlangsung sekali putaran, mengingat rakyat mustahil milih pemimpin negara yang konsep awalnya sampai sekarang membingungkan.

“Rakyat itu perlu kemantapan sebagai jaminan masa depannya. Jadi, mohon maaf kalau teman-teman emosi dengan fakta ini. Masalahnya, yang 01 dan 03 tidak mau perbaiki posisinya yang salah sejak awal,” ujar Fahri seraya menambahkan, belajar dari politik NKRI ini, memang kalau sejak awal persepsi yang dibangun salah, maka seterusnya salah.

Kecuali, kata Fahri, ada keberanian untuk berubah! Makanya, ia mengajak semua rakyat aklamasi pilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, karena yang dua paslon lainnya tidak ada juga alasan yang kuat dan mendasar.

“Kalau mereka sekedar obat kecewa, sayang sekali. Jangan pertaruhkan masa depan, Kali ini kita kompak menatap Indonesia Emas 2045. Ini giliran Indonesia!” tutup Caleg DPR RI Partai Gelora Indonesia dari Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut.(Tim K6)




Fahri Hamzah : Agenda Umat Islam di 2024 adalah Menang

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, agenda umat Islam pada 14 Pebruari 2024 mendatang, adalah pertama adalah bersatu dan kedua menang.

“Kita harus mengkonsolidasi kekuatan umat, untuk kembali menyadari bahwa agenda terpenting adalah bersatu dan menang. Jangan ikut agenda orang lain,” kata Fahri Hamzah dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023).

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah saat Bincang Keumatan dengan tokoh se-Kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta di Hotel Hotel Holiday Inn, Jababeka, Cikarang Utara, Sabtu (16/12/2023) lalu.

Menurut Fahri Hamzah, agenda keumatan dan agenda kebangsaan adalah sama, yakni bersatu dan menang. Sehingga ia meminta kelompok ekstrem kanan dan eskstrem kini bersatu di tengah.

“Agenda umat itu, adalah bayi yang lahir jangan kurang gizi, anak-anak bersekolah gratis sampai kuliah. Lalu, militer kita kuat dan negara kita kuat,” katanya.

Jika militer dan negara Indonesia kuat, maka kata Fahri, Indonesia harus menjadi superpower baru agar bisa duduk sebagai anggota tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang memiliki hak veto.

“Ini kita perlukan untuk menghajar kezaliman kepada umat di seluruh dunia. Kita bisa bantu Rohingya, kita bisa bantu Palestina. Kalau sekarang cuma protes itu, iya bagus. Tapi itu selemah-lemahnya iman,” katanya.

Sehingga Pemilu 2024, lanjut Fahri, harus menjadi pintu masuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa maju secara militer dan negara kuat secara ekonomi melalui agenda keumatan dan kebangsaan tersebut.

“Kita harus luruskan pemahaman ini dan terjun ke basis-basis umat, bahwa agenda kita itu harus bersatu dan menang, bukan ikut agenda orang lain,” ujarnya.

Dengan bantuan gizi ibu hamil, sekolah dan kuliah gratis, menurut Fahri, generasi Indonesia akan memiliki otak kuat untuk memikirkan strategi-strategi yang rumit.

“Sedangkan untuk ekonomi rakyat, kita akan mengucurkan anggaran Rp 400-500 triliun yang ekonominya berbasis kepada kegiatan ekonomi rakyat,” katanya.

Fahri mengkritik ada partai yang tiba-tiba mengaku sebagai partai umat dan mengkonsolidasikan kekuatan umat Islam.

“Gara-gara partai ini, Partai Gelora tidak jadi partainya umat. Padahal Partai Gelora, ketua umumnya mengerti Al-Qur’an, mengerti hadist, seorang ulama dan alumni pesantren. Kok ada partai yang ngusung calon presiden dari kanan, tiba-tiba ngaku-ngaku jadi partainya umat,” katanya.

Fahri menegaskan, agenda keumatan tidak bisa diserahkan kepada partai tersebut. Karena partai itu, tidak mengerti dan serius untuk memperjuangkan kepentingan umat Islam. Ia menilai umat Islam hanya dijadikan kendaraan politik partai tersebut.

**Baca Juga: Anis Matta Ngevlog Bareng Ridwan Kamil, Partai Gelora Didoakan Kang Emil Lolos ke Senayan

“Saya ingin sampaikan supaya ini clear, karena umat sedang dikomporin orang-orang tertentu. Masa Viktor Laiskodat umat, Johnny G Plate umat, sejak kapan jadi umat. Agenda keumatan itu, tidak bisa diserahkan kepada orang-orang yang tidak pernah serius,” tegasnya.

Fahri mengungkapkan, Prabowo Subianto sejak zaman Orde Baru (Orba) telah membela umat Islam. Yakni dengan mendorong adanya dialog antara sipil dan militer melalui yayasan, serta lembaga studi yang dibentuk.

“Sampai-sampai Pak Prabowo punya panggilan di sekitar teman-temannya dengan panggilan Umar. Karena dia diberi gelar sebagai Umar Bin Khattab, berani membela mereka yang didzalimi,” katanya.

Karena memiliki kedekatan dengan umat Islam ini, kata Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019, Prabowo sengaja dikorbankan ketika Orde Baru runtuh, karena dianggap memiliki agenda lain, yakni memperjuangkan eksistensi umat Islam.

“Jadi Pak Prabowo ini dianggap punya agenda lain, membuka diri dengan kalangan umat. Sikap Prabowo ini didukung Pak Harto (Presiden Suharto). Makanya Pak Harto berubah, pakai nama Haji Muhammad Soeharto, dan kemudian merestui pendirian ICMI yang diketuai Professor BJ Habibie, serta mendirikan Bank Muamalat Indonesia,” ungkapnya.

Jadi, menurutnya, kejatuhan Soeharto juga dipicu adanya perubahan sikap penguasa Orba itu yang dianggap membuka diri dengan kalangan umat Islam. Hal itu tidak disukai oleh kelompok tertentu ketika itu.

“Soeharto merestui usulan Prabowo untuk membuka diri dan dialog kalangan umat Islam. Ini sebenarnya bagus, ada model dialog antara Islam dan militer. Kita sebagai aktivitas gerakan mahasiswa waktu itu, tidak sadar. Dan sekarang kita mulai sadar, diantara sebab-sebab Pak Harto dijatuhkan pastilah ada kaitannya saat dia mulai mengkonsolidasi kekuatan umat,” jelasnya.

Dengan realita tersebut, lanjut Fahri, seharusnya Prabowo menjadi pahlawan bagi umat Islam, karena sejak dari dulu hingga sekarang konsisten dalam memperjuangkan agenda keumatan.

“Jadi kemenangan Prabowo-Gibran nantinya adalah kemenangan umat, kemenangan bangsa dan kemenangan persatuan yang tidak mau melihat umat terpecah belah,” katanya.

“Tahun 2024, adalah kemenangan Umat Islam yang moderat. Dan rekonsiliasi nasional yang kita rancang pada tahun 2019 akan mencapai kemenangan,” pungkas Fahri.(Tim K6)




Punya Pemimpin Ulama dan Pemikir Islam, Fahri Hamzah Tegaskan:  Gelora Wakil Islam di KIM

Kabar6-Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan, bibit-bibit pembelahan luar biasa di tengah masyarakat seperti yang terjadi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019, mulai terlihat lagi di Pilpres 2024.

Hal ini bisa menjadi bibit disintegrasi baru bagi bangsa, sementara krisis besar yang sedang mengancam dunia saat ini sedang menuju puncaknya dan perlu mendapatkan perhatian serius dari pemimpin dan para elite nasional.

“Akibat peristiwa pembelahan sebelumnya, banyak korban yang meninggal dari umat Islam. Makanya, saya tidak pernah bisa memahami, pertarungan Pilpres pada tahun 2014 dan 2019 antara Presiden Jokowi (Joko Widodo) dengan Pak Prabowo (Prabowo Subianto) yang meninggal umat Islam,” kata Anis Matta dalam Dialog Keumatan dengan tokoh Kota Bandung, Minggu (17/13/2023).

Menurut Anis Matta, posisi politik umat Islam dalam politik di Indonesia sangat rapuh dan selalu menjadi korban setiap ada pertarungan Pilpres.

“Ini kegelisahan secara pribadi melihat betapa rapuhnya posisi politik umat kita di sini, bahwa setiap kali ada pertarungan Pilpres kita selalu menjadi korban,” katanya.

Bahkan ketika terjadi krisis besar yang menyebabkan perang supremasi antara negara adidaya, bangsa Indonesia selalu menjadi korban seperti terjadinya peristiwa G30S PKI.

“Kalau ada Pilpres yang korban umat Islam dan kalau ada pergolakan global, yang jadi korban Indonesia seluruhnya. Dua-duanya peristiwa ini, kita menjadi korban, sehingga kita sebagai bangsa perlu bersatu,” katanya.

Anis Matta menegaskan, ketika semua komponen bangsa bersatupun, belum tentu dapat menghadapi krisis berlarut saat ini, apalagi dalam kondisi terpecah belah.

“Disinilah kita perlunya kesadaran tentang krisis besar saat ini, karena keretakan besar dari krisis itu akan menimbulkan banyak korban. Kita harus bersatu sebagai bangsa,” katanya.

Sebagai perwakilan umat Islam di Koalisi Indonesia Maju (KIM), Anis Matta saat ini tengah gencar-gencarnya melakukan pendekatan kepada para tokoh dan ulama di berbagai daerah, untuk menyampaikan agenda keumatan yang diperjuangkan Partai Gelora dan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Anis Matta sudah melakukan dialog dengan tokoh dan ulama di Surabaya (Jawa Timur), Semarang (Jawa Tengah. Di Jawa Barat selain di Bandung, Anis Matta telah berdialog dengan tokoh dan ulama se-Bogor Raya, Kabupaten Bekasi, Kawarang dan Purwakarta.

“Jadi ketika ayat-ayat Al-Qur’an diterjemahkan ke dalam gerakan politik, kita mesti sadar untuk menyampaikan ayat-ayat itu tidak seperti kita ceramah di mimbar-mimbar masjid, tapi harus kita ubah menjadi cara berpikir, menjadi kebijakan politik dan ekonomi. Ini yang sedang dilakukan oleh Partai Gelora,” katanya.

Yakni seperti mendorong kebijakan kuliah gratis, yang akan menjadi alat pemberdayaan ilmu pengetahuan, karena di dalam Al Qur’an hal itu disebut 750 kali,

“Dengan kebijakan kuliah gratis itu, maka setiap orang bisa kuliah gratis. Kalau yang kaya bisa kuliah di luar negeri, tapi kalau yang miskin bisa kuliah gratis. Nah, penduduk miskin di Indonesia paling banyak umat Islam. Itulah cara kita memperjuangkan agenda keumatan,” katanya.

Dengan kuliah gratis, lanjut Anis Matta, akan menjadikan orang lebih berdaya, karena memiliki pengetahuan. Sehingga akan memutus mata rantai kemiskinan, serta memperpendek jurang antara orang kaya dan orang miskin.

“Disinilah perlunya kelanjutan dari rekonsiliasi yang telah dilakukan Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Intinya peristiwa rekonsiliasi itu, menjaga stabilitas kita semua. Semua bersatu menghadapi krisis yang sedang terjadi, sehingga berbagai program yang direncanakan bisa berjalan,” katanya.

**Baca Juga: TKD Prabowo Gibran di Banten Diisi Pesohor, Yandri Susanto: Masa Kita Kalah

Untuk menjaga stabilitas ini, Anis Matta telah mengusulkan kepada Presiden Jokowi agar membentuk koalisi besar.

Namun, disayangkan Partai Nasdem dan PKB keluar dari koalisi mengusung pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, sementara PDIP juga keluar dengan mengusung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

“Jadi kita usulkan ke Pak Jokowi, yang tersisa itu tetap bersatu, dan akhirnya disepakati pasangan Prabowo-Gibran sebagai kelanjutan dari rekonsiliasi tersebut,” pungkasnya.

Pemimpin Negara Islam

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah mengatakan, Partai Gelora dirancang untuk menjadi partai besar.

Partai Gelora, menurutnya, akan melahirkan pemimpin-pemimpin kelas dunia yang akan menjadi perwakilan umat Islam di dalam lembaga-lembaga multilateral dunia.

“Sekarang ini di lembaga multilateral seperti di Dewan Keamanan PBB, tidak ada perwakilan negara Islam atau mewakili mayoritas umat Islam. Suatu hari Partai akan memimpin Indonesia, membawa Indonesia menjadi superpower baru supaya bisa duduk sebagai pemimpin dunia,” katanya.

Indonesia, kata Fahri, bisa menjadi pemimpin dunia, karena berpenduduk muslim terbesar di dunia. “Itu bisa terjadi asalkan umat Islam tidak terpecah dan tidak menjadi bahan bakar terus setiap ada Pilpres, sehingga bisa menjadi negara superpower baru,” katanya.

Menurutnya, Indonesia sedang ditunggu negara-negara Islam untuk menjadi pemimpin negara Islam. “Umat Islam paling strategis sekarang ini, namanya bangsa Indonesia karena secara populasi besar, sumber daya alamnya juga. Tinggal memperkuat teknologi, ekonomi dan militer untuk menjadi superpower baru,” katanya.

Karena itu, Fahri berharap agar umat Islam mendukung pasangan Prabowo-Gibran, karena membawa agenda yang jelas dalam memperjuangkan kepentingan umat Islam.

“Jangan ikut-ikutan orang lain, kita punya agenda sendiri. Umat punya agenda sendiri, jangan mau dipakai partai yang sudah mau habis, lalu ngambil posisi kanan dan tiba-tiba menjadi partai Islam,” katanya.

Fahri tak habis pikir terhadap partai tersebut, yang tiba-tiba menjadi partai Islam dan terus mengkonsolidasikan kekuatan umat.

Padahal selama ini, partai tersebut memusuhi umat Islam, namun hanya karena mendukung capres kanan Anies Baswedan menjadi partai Islam, dimana dia saat kita berdarah-darah memperjuangkan umat?

“Jangan percaya dengan pemimpin partai itu, Tidak benar dia memperjuangkan kepentingan umat. Yang benar itu partai kita, dipimpin oleh seorang ulama, seorang pemikir Islam dan pemikir dunia,” tegasnya.(Tim K6)




Fahri Hamzah Optimistis Partai Gelora Bakal Jadi Partai Terbesar di Indonesia

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah yakin Partai Gelora suatu saat akan menjadi partai terbesar di Indonesia.

Sebab, Partai Gelora punya mimpi besar menjadikan umat Islam lebih berwibawa, serta menjadikan Indonesia sebagai negara superpower baru.

Hal itu disampaikan Fahri Hamzah dalam Bincang Keumatan dengan tokoh se-Bogor Raya di Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/12/2023) sore.

“Partai Gelora itu dasarnya Pancasila seperti dasar negara, jatidirinya Islam. Sehingga Partai Gelora dengan Indonesia tidak ada bedanya. Itulah sebabnya, kita yakin suatu hari Partai Gelora akan menjadi partai terbesar di Indonesia,” kata Fahri Hamzah.

Menurut Fahri, Pancasila sebagai dasarnya dan Islam sebagai jatidirinya itu merupakan satu kombinasi nilai-nilai dasar ideologi yang digali dan di temukan para pendiri bangsa, termasuk di dalamnya para ulama.

“Kita dulu itu negara kerajaan, kesultanan Islam, maka kita mendirikan negara Indonesia, digali dasarnya, ketemulah 5 poin itu di dalam Pancasila. Nah, ketika kita mencari dasar bagi partai, ketemulah Pancasila. Tapi jatidirinya Islam, sebagaimana jatidiri bangsa. Itu kita tulis di AD/ART partai,” katanya.

Sehingga, kata Fahri kembali menegaskan, bahwa antara Indonesia dan Partai Gelora, tidak ada bedanya. Hal ini, yang diyakini Partai Gelora suatu hari nanti akan menjadi partai terbesar di Indonesia, karena tidak adanya perbedaan itu.

“Dasarnya Pancasila seperti dasarnya negara kita, jatidirinya Islam seperti jatidirinya bangsa Indonesia,” tegas Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini.

Karena itu, Partai Gelora akan mendorong Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa mewakili umat Islam sebagai bangsa yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Sedangkan Kristen Protestan bisa diwakili Amerika Serikat, Katolik mewakili Eropa, China mewakili agama Budha dan Hindu diwakili India.

“Jadi kalau Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB yang beragama Islam terbesar, maka mimpi besar Partai Gelora menjadikan Indonesia sebagai superpower baru itu, bukan hanya cuma protes soal Palestina nggak didengar. Tapi kita bener-bener bisa kirim kapal induk dan pesawat tempur untuk mencegah kekejaman Israel,” katanya.

Dengan demikian, kata Fahri, Indonesia akan membuat Islam punya wibawa di mata dunia, karena memiliki power atau kekuatan dalam menegakkan keadilan di Palestina maupun di Myanmar yang berkaitan dengan pengungsi Rohingya, serta di negara-negara yang umat Islam didzalimi.

“Jadi bagaimana caranya supaya Indonesia menjadi superpower baru dan bisa menjadi anggota Dewan Keamanan PBB yang punya power, adalah dengan cara memenangkan Partai Gelora di 2024,” katanya.

Sebab, Partai Gelora adalah satu-satunya partai yang memimpikan Indonesia sebagai superpower baru, sehingga umat Islam punya wibawa di dunia.

“Jadi siapa yang akan membuat umat Islam punya wibawa di Indonesia dan dunia. Indonesia sebagai superpower baru, namanya Partai Gelora. Menangkan Partai Gelora sebagai partai terbesar yang memimpin Indonesia,” katanya kembali menegaskan.

**Baca Juga: Caleg Srikandi Partai Gelora Indonesia, Evi Eni Koesrini, Mulai Beraksi

Fahri menambahkan, untuk menjadikan Indonesia sebagai superpower baru harus memiliki mimpi besar, tidak hanya sekedar mendirikan partai untuk mengajukan calon anggota legislatif (caleg) saja.

“Jadi mimpinya harus besar, kalau bikin partai hanya mau nyaleg, itu cemen banget itu. Kita bikin partai ini supaya negara kita punya mimpi besar. Karena sekarang banyak mimpi yang cemen-cemen mimpinya itu,” katanya.

Fahri berharap Indonesia punya mimpi besar kembali. Partai Gelora ingin membangkitkan bangsa Indonesia agar punya mimpi besar sebagaimana mimpi para pendiri bangsa.

Yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

“Itu mimpi pendiri bangsa kita dan mimpi inilah yang ingin dihidupkan kembali oleh Partai Gelora. Karena itulah Partai Gelora, adalah Indonesia itu sendiri. Partai Gelora itu, jantung dan jiwanya Indonesia. Ini mimpi kita, suatu hari rakyat Indonesia akan sadar, bahwa kita akan membangkitkan Indonesia, membangkitkan umat, menjayakan partai ini, Inilah harapan Partai Gelora” pungkasnya.(Tim K6)




Fahri Hamzah : Kekuatan Umat Islam Bisa Jadikan Indonesia Negara Superpower Baru

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, Pemilu 2024 adalah momentum persatuan nasional bagi bangsa Indonesia untuk bangkit menjadi negara kuat.

“Artinya kita perlu figur pemersatu, yang hatinya besar dan tidak ada kata bencinya, serta bisa diterima semua orang,” kata Fahri Hamzah dalam diskusi Gelora Talks bertajuk ‘Pilpres 2024: Kembalinya Suara Umat ke Prabowo, Rabu (13/12/2023).

Fahri berharap agar umat Islam bisa kembali terkonsolidasi mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto seperti pada dua pemilihan presiden (Pilpres) sebelumnya.

Sebab, Prabowo adalah sosok yang paling konsisten dan memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan kepentingan umat Islam, sehingga perlu diperkuat lagi pada Pemilu 2024.

“Pak Prabowo tidak pernah berubah, dan tidak pernah bereskperimen untuk sekedar mohon maaf, ada partai yang mengambil tokoh kanan untuk memperbesar ceruknya sendiri dan memperbesar partainya sendiri,” katanya.

Faktanya partai tersebut, tidak memperjuangankan kepentingan umat, tapi hanya sekedar mencari suara elektoral agar lolos ke Senayan dalam setiap Pemilu. Umat Islam hanya diperalat partai tersebut, untuk kepentingan elektoral saja.

“Ceruknya diambil, suara umat sudah diambil oleh partai tersebut. Tetapi, partai tersebut tidak pernah ada dalam kebenaran untuk memperjuangkan umat, terus dan terus begitu,” katanya.

Fahri mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia yang mayoritas beragama Islam, harusnya Indonesia bisa berperan lebih ditingkat global, seperti mendorong gencatan senjata antara Hamas-Israel.

Indonesia bisa menjadi penyeimbang bagi China yang penduduknya beragama Budha dan India yang beragama Hindu, serta Amerika Serikat yang beragama Protestan.

“Untung ada Ibu Retno, Menteri Luar Negeri kita yang memperjuangkan Palestina dengan gigihnya. Tetapi itu, tidak cukup, karena kita belum menjadi negara superpower, sehingga tidak didengarkan,” katanya.

Karena itu, Indonesia harus menjadi negara superpower yang mengisi kelembagaan multilateral yang ada di dunia ini, sehingga tatanan dunia baru betul-betul demokratis dan stabil.

“Kekuatan umat ini, yang akan menjadi fondasi kita untuk mendirikan negara besar yang kuat, negara superpower. Dari situlah dunia baru akan memperhitungkan kita,” kata Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019.

Menurut Fahri, kebijakan ekonomi Prabowo tidak hanya meningkatkan pertumbuhan, dan mengatasi kebocoran sumber daya alam saja, tetapi juga akan menjadikan Indonesia sebagai negara maju dan kuat yang memiliki bergaining position secara politik di tingkat global.

“Syarat dari sebuah negara kuat itu, adalah pemenuhan gizi-gizi anak. Inilah yang sedang dikejar Pak Prabowo memberikan makan anak-anak Indonesia sejak dalam kandungan. Mudah-mudahan Pak Prabowo akan menjadi pemimpin kita semua,” katanya.

Bukan Benar Salah

Sementara itu, Ketua Umum Aswaja center KH Misbakhul Munir mengatakan, umat Islam tidak perlu bermusuhan, karena berbeda pilihan dalam Pilpres. Berbeda plihan dalam masalah kebangsaan itu, dibolehkan oleh agama.

“Ukurannya itu bukan benar salah, tetapi saya harus mengatakan, bahwa karena semua sudah diterima KPU, maka yang harus dipahami adalah kalau umat Islam punya pilihan bebeda. Boleh berbeda, yang penting jangan berantem,” kata Misbakhul Munir.

Misbakhul meminta semua pihak harus bersaing secara sehat, tidak sampai menjelekkan satu dengan yang lain. Namun, ia berpandangan, bahwa Prabowo adalah sosok yang memberikan banyak hal-hal positif dan luar biasa kepada umat Islam.

“Salah satu ciri pemimpin itu, dia mau rekonsoliasi. Makanya saya mengapresiasi ketika Pak Prabowo dan Presiden Jokowi (Joko Widodo) itu rekonsiliasi. Dari sudut pandang manapun, orang melihat memberikan hal positif untuk umat dan rakyat Indonesia,” kata Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Sehingga kata, Pakar Ajaran Aswaja (Ahlussunnah Wal Jamaah) Nahdatul Ulama (NU) ini, penting bagi umat Islam untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai kelanjutan upaya rekonsiliasi. Karena mereka telah mengupayakan hal-hal baik bagi umat dan rakyat Indonesia.

“Ada 9 alasan untuk menjadi pemimpin itu, diantaranya dia orang yang ikhlas terhadap rakyat seperti kata Gus Dur. Pak Prabowo itu tegar, jatuh bangun sejak Pemilu 2009, 2014, 2019, dan saya lihat beliau begitu ikhlasnya untuk rakyat luar biasa dan terus berjuang untuk rakyat Indonesia,” katanya.

Karena ikhlas tersebut, kata Misbakhul, Prabowo diyakini akan menjadi Presiden RI ke-8 pada Pemlu 2024 mendatang. Ia menilai doa-doa para ulama dan umat Islam selama ini untuk Prabowo agar jadi Presiden tertunda. Bisa jadi akan dikabulkan di 2024, karena doa pada dasarnya tidak ada yang kadaluarsa.

“Doa itu tidak ada yang kadaluarsa, ketika mulai didoakan ulama sejak berpasangan dengan Pak Hatta (Hatta Radjasa) pada Pilpres 2014, dan kemudian dengan Pak Sandi (Sandiaga Uno) di Pilpres 2019 itu luar biasa doanya. Bisa jadi doanya akan dikabulkan dengan situasi dan kondisi sekarang, di Pemilu 2024. Doa tidak ada yang kadaluarsa, hanya Allah SWT yang tahu kapan akan dikabulkan. Jadi kalau nanti Pak Prabowo jadi Presiden itu adalah berkah dari umat Islam,” jelasnya.

Opini Nyinyir

Sedangkan Mubaligh dan Cendikiawan Muslim Yusuf Burhanuddin mengatakan, fenomena Prabowo ini sangat luar biasa dan perlu disikapi pasca debat pertama Pilpres 2024 pada Selasa (12/12/202) malam, karena memiliki banyak investasi dan aset yang tidak sedikit dalam membangun negeri.

“Jadi beliau sudah teruji, bahkan kita menginginkan adanya pandangan obyektif dari opini-opini yang nyinyir, terutama pasca debat kemarin, saya mengamati di kalangan grasroot umat itu banyak yang ‘nyiyiriun wal nyinyirian’,” katanya.

Yusuf menilai umat tidak memandang itu, sebagai opini yang obyektif, tetapi sebagai opini nyinyir. Hal ini bisa menjadi hasutan yang liar.

**Baca Juga: Anis Matta Puji Gaya Debat Prabowo Lebih Jujur dan Santai

“Kita memang harus menikmati perbedaan ini sebagai khazanah. Tetapi kita tidak hanya melihat dari satu segi, satu perspektif, atapun satu sisi saja. Kalau seperti itu, justru saya melihat akan merusak,” katanya.

Ia melihat dalam debat perdana kemarin, Prabowo terlihat lebih santun dan santuy, faktual dan fairplay, mengakui kekuranganya serta gentlemen dibandingkan dua kandidat lainnya.

“Pak Prabowo juga memberikan apresiasi terhadap mereka ketika berbeda pandangan. Saya melihat posisinya beliau sangat halus, sementara yang lainnya pandangannya menghasut, tidak produktif, tidak jujur dan tidak objektif. Sementara Pak Prabowo lebih terlihat membangun spirit kebangsaan,” kata Yusuf Berhanuddin.

Sedangkan KH Arip Rahman, Ketua DPP Aliansi Ulama Alumni Timur Tengah menambahkan, Prabowo adalah sati-satunya capres yang memiliki kepedulian secara langsung kepada perjuangan kemerdekaan Palestina.

Prabowo juga memiliki hubungan internasional yang luas, tidak hanya terbatas di Timur Tengah saja, tetapi juga di seluruh dunia.

“Bantuan Pak Prabowo bagi Palestina itu nyata, Semua bantuan untuk Palestina yang ada itu, juga dipastikan Pak Prabowo sampai ke Palestina. Tidak hanya itu, Pak Prabowo juga memberikan bantuan dari kantong pribadinya Rp 5 miliar, sementara adiknya Hashim 1 miliar,” katanya.

Arip berharap umat Islam mendukung Prabowo di Pilpres 2024, karena upaya untuk memperjuangkan kepentingan umat lebih nyata, termasuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel.

“Mari kita berbahagia dan bergembira menghadapi Pemilu 2024 ini. Kaum muslimin, umat Islam, mari kita sama-sama berbagi kebenaran, bukan sebaliknya menyebarkan informasi yang tidak benar. Kita kembalikan suara umat ke Pak Prabowo. Pak Prabowo adalah orang paling ikhlas, dan perlu diketahui Pak Prabowo adalah orang yang menciptakan pemimpin di daerah, ada Pak RK (Ridwan Kamil) di Jawa Barat. Lalu, ada Pak Anies Baswedan di DKI, dia jadi gubernur itu perannya Pak Prabowo,” pungkasnya.(Tim K6)




Fahri Hamzah Kritik Pedas Paslon Peserta Pilpres 2024 yang Usung Perubahan

Kabar6-Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Fahri Hamzah melontarkan kritikan pedasnya ke pasangan calon (paslon) peserta pemilihan presiden (Pilpres) 2024, yang mengusung tema ‘perubahan’ dan tidak abu-abu alias hitam putih, di berbagai pertemuan dengan rakyat.

Sebab di sisi lain, lanjut Fahri, para pendukungnya masih menikmati posisi ‘empuk’ sebagai anggota keluarga besar kabinet Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma’ruf Amin yang jelas-jelas sedang mereka kritik.

“Kan kesannya jadi nggak serius pertarunganya, kalau semua masih jadi anggota kabinet koalisi Pak Jokowi,” kata Fahri melalui keterangan tertulisnya, Senin (4/12/2023).

Bahkan, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini menyebut kalau yang dilakukan paslon bersama partai-partai koalisinya, terkesan mengadu domba rakyat dengan tema perubahan dan tidak abu-abu alias hitam putih-nya itu.

**Baca Juga: Gelora Menang Kuliah Gratis, Sarah Azzahra : Ini Program Logis dan Bisa Dieksekusi

“Apa namanya kalau begini? Ingat dong, kalian masih merupakan anggota keluarga besar kabinet Jokowi-Ma’ruf,” sentil Fahri lagi.

Lanjut Fahri, Partai Gelora sebagai yang di luar kabinet, sangat prihatin kalau bertengkar kabinet Jokowi-Ma’ruf,” sentil Fahri lagi.

Lanjut Fahri, Partai Gelora sebagai yang di luar kabinet, sangat prihatin kalau bertengkar yang terlalu keras dalam kontestasi di Pemilu 2024 ini.

“Mendingan kalian ikut aku jadi caleg dan bertempur meminta mandat rakyat, daripada ngomong perubahan ternyata oh ternyata … ,” sindir Caleg DPR RI dari Partai Gelora Indonesia untuk Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut.(Tim K6)




Gelora Menang Kuliah Gratis, Sarah Azzahra : Ini Program Logis dan Bisa Dieksekusi

Kabar6- Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia berkomitmen akan merealisasikan program kuliah gratis jika mendapatkan mandat dari rakyat pada pemilu yang digelar pada 14 Februari 2024 mendatang.

Kuliah gratis ini menjadi program andalan partai bernomor urut 7 yang dinakhodai sejumlah tokoh intelektual muda seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, Mahfudz Sidik dan Achmad Rilyadi.

Caleg DPR-RI Dapil Banten 3 Tangerang Raya Sarah Azzahra mengatakan, program kuliah gratis yang dirancang Partai Gelora Indonesia ini tentu dilakukan melalui pendekatan keilmuan serta berbasis data.

Berdasarkan hasil riset tim Gelora bahwa program kuliah gratis sangat masuk akal dan bisa dieksekusi oleh pemerintah.

Jka dilihat dari postur APBN, untuk tahun 2024 mendatang pemerintah menggelontorkan anggaran untuk sektor pendidikan sebesar Rp680,8 triliun.

“Program kuliah gratis yang ditawarkan Gelora bukan isapan jempol belaka. Program ini memang benar- benar dirancang khusus supaya rakyat bisa menikmati pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Sejalan dengan itu juga Indonesia secara otomatis bisa menyiapkan sumber daya manusia yang melimpah sehingga kelak bisa menjadi negara superpower baru dunia,” ungkap Caleg muda berparas cantik nomor urut 1 ini.

**Baca Juga: Gelar Bimtek Sikadeka, Partai Gelora Indonesia Undang KPU Kabupaten Tangerang

Program kuliah gratis ini, kata Sarah, hanya menyedot anggaran sekitar Rp95 triliun dari total Rp680,8 triliun yang dialokasikan pemerintah untuk sektor pendidikan pada tahun anggaran 2024.

Dia merinci bahwa saat ini ada 2 juta guru dan dosen di sekolah dan universitas negeri yang tersebar seluruh pelosok tanah air.

Jika digaji dengan rata-rata Rp10 juta sebulan, maka anggaran yang dibutuhkan untuk gaji guru dan dosen sebesar Rp200 triliun.

Selain itu, lanjutnya, saat ini ada sekitar 200 ribu sekolah dengan jumlah siswa mencapai 25 juta orang. Jika biaya operasional sekolah sebesar Rp50 triliun dan biaya perawatan sebesar Rp50 triliun, maka total biaya pendidikan hanya sebesar Rp340 triliun.

“Merujuk pada hasil riset yang dipublikasikan Bang Rico Marbun, salah satu pengurus DPN Partai Gelora Indonesia, maka dari total anggaran Rp680,8 triliun untuk sektor pendidikan yang dialokasikan pemerintah ternyata masih ada sisa sekitar Rp300 triliun. Dari sini tergambar jelas bahwa kuliah gratis untuk seluruh mahasiswa hanya membutuhkan biaya sebesar Rp95 triliun saja dan itupun masih ada sisa Rp200 triliun. Tapi untuk merealisasikan program itu tentunya Gelora harus menang supaya rakyat bisa kuliah gratis,” tutupnya.(Tim K6)




Didukung Tiga Gubernur, Pasangan Prabowo-Gibran Optimistis Menangi Kontestasi di Jatim

Kabar6- Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, semua pihak saat ini tengah mengarahkan pandangannya untuk membaca ‘fenomena Gibran’ dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Sebab, kehadiran Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menjadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto itu, tidak hanya menggerus basis suara PDIP di Jawa Tengah, tapi juga mengalahkan klaim atas kepemilikan suara tradisional di Jawa Timur (Jatim).

“Kita memang sedang membaca fenomena gibran ini dimana-mana cukup mengagetkan. Saya sendiri menganggap memang di Jawa Timur sedang terjadi guncangan yang cukup kuat,” kata Fahri Hamzah saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema ‘Kemana Suara di Jawa Timur: Muhaimin atau Gibran?, Rabu (29/11/2023).

Menurut Fahri, kehadiran Gibran telah menggeliatkan suara pemilih pemula, milenial dan zelenial yang cukup masif. Sebab, Gibran dianggap sebagai politisi muda yang berani, sehingga kontroversi-kontroversi di tingkat pusat dilupakan.

“Rupanya Gibran itu cukup menyentak akar rumput pemilih pemula dan pemilih muda. Nah, saya kira ini menarik untuk dibedah. Gibran ini merepresentasikan pemilih baru, pemula, mileinal dan zelenial yang mampu mengalahkan klaim-klaim tradisional tentang kepemilikan suara di Jawa Timur. Afiliasi-afliasi berbasis tradisional itu dikalahkan,” ujarnya.

Fahri menduga akan ada mobilisasi pemindahan pemilih ke pasangan Prabowo-Gibran yang cukup besar dalam 20 hari terakhir masa kampanye. Sekarang, katanya, baru pada tahap awal pendahuluan.

“Selain kehadiran mas Gibran yang membuat guncangan di Jawa Timur. Pak Prabowo juga memiliki basis pengenalan yang luas di kalangan kiai dan santri di basis-basis pesantren sejak dulu. Makanya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) itu kawannya Pak Prabowo,” katanya.

Fahri juga mengatakan, elektabilitas suara PDIP salah satu pemenang di Jatim, berikut suara capresnya akan terguncang hebat, karena kemenanganya selama ini ada kontribusi dari Jokowi bakal terganggu.

“Dengan adanya Mas Gibran yang dianggap terafiliasi langsung dengan Pak Jokowi, maka elektablitas PDIP yang dipengaruhi dan dikontribusikan oleh Pak Jokowi, akan guncang juga mengganggu basis suara capres nomor 3,” katanya.

“Nah, terkait calon nomor 1, terutama Pak Muhaimin Iskandar, dimana afiliasi cukup besar kepada PKB di Jawa Timur. Tetapi kita temukan justru afiliasi terhadap pribadi Pak Muhaimin selama ini tidak terlalu besar,” imbuhnya.

Ia menambahkan, Partai Gerindra akan mendapatkan coat-tail effect atau efek ekor jas di Jawa Timur sebagai kekuatan politik baru di Jatim, karena dukungannya kepada calon presiden (capres) Prabowo Subianto.

“Battleground di Jawa Timur selama ini menjadi persaingan PDIP dan PKB, dan sekarang masuk Gerindra. sebagai kekuatan baru. Dugaan saya Partai Gerindra akan mendapatkan coat-tail effect Pak Prabowo,” pungkas Fahri.

Menanggapi hal ini, Co-Kapten Timnas AMIN Jumhur Hidayat mengaku tidak percaya terhadap hasil-hasil survei yang selalu menempatkan elektabilitas pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapatkan perolehan suara paling rendah.

“Saya tidak percaya dengan lembaga survei, bahwa apapun yang disampaikan buat saya tidak ada artinya. Kenapa dari fakta-fakta yang ada berbicara lain. Saya kasih contoh soal Sudirman di Jawa Tengah beberapa hari menjelang pencoblosan hanya mendapatkan 13-14 persen. Tapi begitu nyoblos dapat 43 persen,” kata Jumhur.

Tiga Gubernur Dukung Prabowo-Gibran

Sementara itu, Ketua Pengarah Tim Kampanye Daerah Jatim Anwar Sadad mengatakan, Gubernur Jatim Khofifah Indah Parawangsa bersama dua mantan gubernur, Soekarwo (Pak Dhe Karwo) dan Imam Utomo siap memenangkan pasangan nomor 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

“Di TKD Jatim itu ada tiga gubernur, ada Imam Utomo, Pak Dhe Karwo dan Ibu Khofifah. Sehingga memberikan optimisme, bahwa ketokohan dan figur dua orang ini akan memberikan spririt di Jawa Timur,” kata Anwar.

Apalagi, kata Anwar, dari Pemilu ke Pemilu, pemenang suara di Jatim selalu berubah-ubah. Yakni pernah dimenangkan PDIP, PKB dan Partai Demokrat, itu menandakan bahwa kontestasi partai politik di Jatim begitu dinamis.

“Satu hal yang memberikan kami optimisme, terlepas dari fahta bahwa dua paslon di sebelah mewakili dua entitas yang tidak dimiliki paslon nomor 2, yaitu Jawa Timur dan NU. Tapi justu dengan itu kita punya optimisme,” katanya.

Pertama soal Jatim, menurut Anwar, pemilihan Gibran sebagai pendamping Prabowo adalah pilihan strategis untuk memenuhi kebutuhan mengenai tren pemilih muda di masa depan.

Sebab, hal itu tidak hanya sekedar menjadi jargon, karena 56 persen pemilih milenial dan negeri z yang menjadi pemilih di Pemilu 2024. Mereka tumbuh bukan melalui sekat-sekat promodialimse dan identitas.

**Baca Juga: Soal Gemoy, Mahfuz Sidik: PKS Terbukti Plin-Plan

“Mereka tumbuh dari masyarakat yang tidak tumbuh dari mana mereka berasal, tapi yang paling penting adalah kompetisi mereka miliki. Inilah pentingnya menggandeng Mas Gibran,” katanya.

Sedangkan yang kedua soal Nahdtul Ulama (NU), lanjut Anwar, hubungan Prabowo dengan nahdliyin selama ini sudah cukup dalam terjalin sejak Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

“Seperti kata Pak Fahri Hamzah, itu sudah terjalin sejak Pilpres 2014, 2019 dan hubungan dengan para kiai dan tokoh-tokoh NU selama telah di maintance secara substantif. Misalkan 15 Anggota DPRD Partai Gerindra di Provinsi Jawa Timur, itu 11 orang merupakan kader-kader NU. Jadi kader NU itu diapresiasi, diberi ruang oleh partai yang kelahirannya tidak dari rahim NU,” katanya.

Selain itu, para Ketua DPD/DPW Jatim partai koalisi pengusung Prabowo-Gibran juga merupakan kader NU seperti Ketua DPW Partai Gelora Jatim Muhammad Sirot.

Sehingga dalam pandangan publik, akan lebih substantif memberi ruang kepada kader NU untuk berkiprah di partai yang kelahirannnya bukan difasilitasi NU.

“Itu jauh lebih subtantif, daripada mengambil sekedar identitas NU, jargon-jargon NU, tetapi dalam praktiknya tidak memberikan ruang yang besar kepada NU. Inilah optimisme kami, kehadiran kader NU di partai pendukung Pak Prabowo akan memenangkan pasangan nomor 2 Prabowo-Gibran,” tandasnya.(Red)




Fahri Hamzah Dimata Mendiang Dulatip

Kabar-6  Saya mengenal Dulatip pada awal 2018. Saat saya sedang mengurus acara Ngopi Bareng Fahri di depan gedung Golkar DKI Jakarta di bilangan Menteng.

Dia datang bersama kawan-kawannya, Enggal, Lukman, Ajeng, dan yang lainnya. Mereka anak-anak muda, yang menurut pengakuan mereka, kagum dengan bang Fahri dan gelombang histeria di tengah suasana politik saat itu.

Seusai acara, kami sempat foto bersama dan setelahnya kami saling bertukar nomor.

Hari-hari setelah itu, satu persatu berdatangan jejaring kawan-kawan yang lain yang ingin terlibat, terhubung dan ikut dalam kegembiraan dalam acara-acara bersama bang Fahri. Ada Iyut, Ajeng, Dimas Akbar, dan seterusnya.

Mereka terlibat sebagai semacan volunteer yang sedikit banyak setuju dengan gagasan-gagasan bang Fahri. Mereka terhubung oleh satu larikan panjang cita-cita yang mereka rasa harus mereka perjuangkan.

**Baca Juga: Partai Gelora Temukan 3 Model Potensi Kecurangan yang Bakal Terjadi di Pemilu 2024

Lalu, setelah Pilpres usai, dan mendapati cita-cita politik tak lagi berjalan sesuai dengan rencana, kebanyakan mereka mulai mencari jalan. Menyusun rencana baru, mencari kesibukan baru, membangun masa depan sendiri-sendiri.

Satu hal yang sebagian tak lupa; saling berkontrak dan berbagi cerita.

Hari ini, semua telah menemukan jalannya masing-masing. Enggal Pamukty jadi Jubir Muda PAN lalu keluar dan belajar jadi pedagang emas. Dimas Akbar jadi Jubir Muda PAN dan sekarang menjadi caleg di Tangerang Selatan.

Lukman ikut dengan salah satu jenderal dan mulai bisnis pengadaan. Ajeng meneruskan kerja di Kemenpora dan sekarang tak lagi lajang. Ajeng Cute jadi pejabat teras Demokrat dan terkenal di Twitter. Iyut masih konsisten menjadi aktivis buruh dan sering mendaki gunung.

Kang Dul, salah satu yang paling senior diantara mereka, berkelana dari satu kawan ke kawan lain, dari kantor ke kantor lain. Semuanya masih berkomunikasi dan saya senang dengan pencapaian tiap-tiap orang.

Kembali ke cerita kang Dul. Saya tak terlalu dalam mengenalnya. Sependek pengetahuan saya, dia asli dari Majalengka, kuliah di Bandung dan sejak 2018 memutuskan bolak balik ke Jakarta mencari perundingan.

Saat masa-masa sebelum Pileg 2019, dia serius sekali membantu Adam Wahab yang biasa disapa Don Adam. Sempat membuka kantor di sebelah Plasa Senayan lalu tutup begitu saja, saya tak paham penyebabnya.

Lama tak mendengar kabar, sekira dua atau tiga bulan, saya berjumpa lagi dengan Dulatip, Lukman dan Bayu. Mereka ikut dengan seorang pengusaha mantan direktur di salah satu perusahaan survey kenamaan. Mereka membuka kantor di sekitaran Tebet.

Senang sekali saya mendengarnya. Kami beberapa kali berjumpa dan berbincang di sana. Atau saya ajak makan di sekitar Tebet. Sambil bercerita tentang apa saja. Kadang kami kumpul berempat, kadang bertiga, kadang bersama kawan mereka. Yang tak saya kenal sebelumnya. Tapi menyenangkan.

Masa-masa itu, saya sering ajak mereka untuk pengajian di tempat Ustadz Khalid Basalamah. Atau di Blok M. Tapi mereka cuma ketawa. Belum ketemu titiknya

Pandemi Corona melanda, saya tak banyak berjumpa. Kecuali perbincangan dan telepon berjam-jam perihal usaha pengadaan gloves mereka yang katanya kacau. Iyut, Dulatip, Lukman, Ridwan. Semuanya saling bercerita. Saya cuma mendengarkan. Karena tak paham bisnisnya.

Beberapa bulan kemudian, saya mendengar Lukman pulang ke Bandung, Enggal sudah sibuk dengan aktivitasnya, dan Dulatip bersama Adam, mereka berdua pindah kantor ke Jalan Praja. Tak jauh dari Pondok Indah Mall. Saya, lagi-lagi senang mendengar kabar gembira kawan-kawan saya.

Di tempat Adam di Jalan Praja itulah, saya biasa berjumpa dengan Dul, Don Adam, Enggal, atau yang lainnya. Sejak 2020 atau 2021, mereka berkantor di sana, dengan hubungan kerja yang putus nyambung putus nyambung.

Saya dengar kemudian, Dul coba melamar menjadi pemegang akun media sosialnya Ketua Alumni salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Lalu ikut dengan salah satu pengusaha yang pengusaha tersebut menjadi konsultan media salah satu menteri dari partai berwarna biru.

Dul masih yang sama. Dengan curhat-curhat nya. Dengan rencana-rencananya. Dengan obsesinya. Dengan cerita tentang sesuatu yang kadang saya rasa terlalu tinggi.

Sebelum lupa, Dul juga pernah bercerita kalau dia sedang dalam proses mengirimkan proposal untuk menjadi pemegang akun media sosial beberapa orang; anggota DPR RI dapil Jabar dari partai berlambang burung garuda, anggota DPR RI Dapil Jatim dengan partai berwarna kuning.

Juga anggota partai dari partai merah Dapil Jakarta dan mantan aktivis buruh, juga anggota partai kuning mantan ketua organisasi pengusaha muda, yang bapaknya salah satu pengusaha kenamaan asal Indonesia Timur. Banyak sekali yang dia hubungi.

Dulatip menurut saya memang lumayan jago di media sosial. Dia bisa membuat sebuah tuit jadi menarik, mampu menarik engagement dengan audiensi, dan, satu lagi, dia bisa membuat video-video pendek yang nyaman dinikmati, tapi mengena pesannya.

Ada eksposure ada impact nya. Sesuatu yang bisa dijual mahal dalam dunia media dan politik.

Minimal dua pekan sekali saya pasti berjumpa dengan Dulatip. Sebagai seorang kawan, sahabat, teman ngobrol dan sebagainya. Sering kami berjumpa di sekitar Kemang atau Blok M, atau Senayan, untuk sekadar makan soto atau makan nasi lalapan. Sambil bercerita perkembangan ini itu terkait dunia politik, situasinya, atau peluang lainnya.

Atau malah cerita soal keluarga dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Mulai anak kuliah, kiriman untuk istri, kabar kawan-kawan, hingga suasana kehidupan di Jakarta.

Namanya juga kawan, nasihat dan perhatian pasti selalu muncul di tengah-tengah obrolan. Waktu dia berkonflik dengan beberapa kawan karibnya, saya tak bosan untuk menasihati agar tak menaruh dendam, agar ikhlas, agar tak membalas keburukan yang ditimpakan orang.

Terus terang, bagi yang mengetahui bagaimana konfliknya Dulatip dengan beberapa kawannya, akan begidig juga, karena melibatkan institusi penegak hukum yang kantornya di sekitar Blok M.

Karena konflik dengan kawan-kawannya itu jadi menyerempet dan dihubung-hubungkan dengan kasus besar yang baru-baru ini melanda Republik ini. Pokoknya terlalu resiko dan menyeramkan bagi saya.

Saat dia mulai batuk-batuk dan pernah dia mengirimkan foto dalam kondisi setengah sadar, saya langsung marah dan bilang, berhenti merokok dan begadang. Begadang itu bahaya sekali buat tubuh. Dia sudah beberapa kali dirawat di Rumah Sakit sejak setahunan yang lalu.

Beberapa kali, dalam situasi sulit dan sedang saya ajak jalan, mau saja dia kalau saya ajak dan bawa ke masjid. Saya tak bisa memberi banyak kalau dia dalam kesulitan. Tapi setidaknya, dengan ke masjid, dia akan menemukan solusi ketika berbincang dengan diri sendiri.

Suatu waktu, tahun 2022, bulan berapa saya tak ingat, waktu saya ajak makan malam di Kemang, dia bilang ke saya dengan mimik serius;

“Bep, gw ini seperti elo, sangat mengagumi bang Fahri. Dan gw akan bantu dia dan Gelora secara gratis”

“Gw bukan mengagumi kang. Gw adiknyeee. Tapi, ente serius kang?. ”

“Iyalah. Gw akan buktikan nanti ada gebrakan gw untuk bang Fahri”

“Mantap dong. Gw dukung kang”, jawab saya. Senang sekali saya.

Juni atau Juli 2022, beberapa bulan kemudia karya-karya dia mulai muncul. Dia buat akun TikTok, dengan nama akun @klipfahri. Kalau di Twitter namanya @golora7. Mungkin karena sudah tidak bisa membuat akun dengan nama “gelora”, dia buat akun dengan nama “golora”.

Beberapa videonya meledak, viral. Tapi orang tak tahu siapa pembuat akun tiktok tersebut.

Belakangan, mungkin sekitar 8 atau 7 bulan lalu, Dulatip cerita bahwa bang Fahri mulai membantu keuangan untuk menghidupkan semua kanal media yang sudah dibuat agar makin mapan dan establish. Sekarang, Instagram, Youtube, Twitter, TikTok ada akun Klip Fahri semua.

Di sela-sela itu, Dulatip masih sering menghubungi saya sepekan mungkin dua kali, bertanya kabar, meminta saran dan ide, minta bantuan untuk ini itu, macam-macam lah. Tiap pekan selalu ada kabar.

Kira-kira empat bulan lalu, Dulatip menghubungi saya dia ingin berjumpa di Plasa Senayan. Rupanya dia bersama Cak Lukman dan baru saja berjumpa dengan salah satu petinggi partai kuning yang kebetulan bapaknya, taipan pribumi asal Indonesia Timur.

Kami berbincang cukup lama di Victoria. Dan setelah itu lama sekali tak jumpa. Whatsapp dan saling telepon masih sering kami lakukan. Terakhir waktu saya ke Yogya berjumpa Cak Lukman, kami bertiga Farlin lagi-lagi berbincang tentang Dulatip

7 November 2023, Kang Dul kirim pesan dan gambar sedang tepok jidat dan tangan diinfus. Saya ketawa dan mengerti maksudnya. Ada yang harus digeser.

19 November 2023, dia tiba-tiba mengabari saya. Urusan seperti biasa. Dan setelahnya, dia mengirimkan pesan suara;

“Bantu gw Bep. Gw lagi di RS nih sudah berapa hari”

“Ente sakit apa? Kok lama banget”

“Jantung, paru”

Bersama jawaban itu, dia kirimkan gambar cairan berwarna kuning. Dia kirim pesan;

“nih, cairan di paru kiri 700 ml, ini dari paru kanan 1200 ml”

Ah, tentu saja saya langsung lemas.

“Itu kayak kakak ipar gw kang 😭. Itu paru-paru kerendem. Bisa karena ginjal bisa karena jantung atau kanker”.

21 November 2023, saya yang inisiatif bertanya

“Gimana kabar kesehatan kang?”

“Baru mau keluar RS nih”

“Alhamdulillah ya Allah. Biaya gimana kang?”

“Pokoknya rawat kesehatan gw mah bang FH ga ada lawan”

Semua biaya memang ditanggung bang Fahri. Saya tahu sejak awal.

Sejak beberapa bulan, sebelum sakit, dia cerita ke saya kalau dia tinggal di rumah bang Fahri di bagian belakang yang khusus untuk sopir dan aspri. Dul ikut di situ. Saya pesan; jaga diri, jangan bikin masalah. Dia iyakan.

Waktu anaknya butuh uang sekolah, bang Fahri juga yang bantu, katanya juga dibelikan laptop untuk selesaikan urusan media. Syukur alhamdulillah, kata saya.

23 November 2023 saya godaan dia karena dua hari tak dengar kabar;

“gimana politik dalam negeri kang?”

“sakit parah boro mikirin gituan”, katanya

“Hahaha”

“Sabar atuh kang. Sakit itu penggugur dosa. Kalau ikhlas”

Jumat, Sabtu kemarin saya masih berkirim Whatsapp. Dia bertubi-tubi mengirimkan voice note.

Inti-inti pesannya; minta saya segera ke Bandung. Kapan lagi katanya. Dia akan ke Jakarta tanggal 9 Desember. Dia mau pemulihan karena masih sakit.

Hari minggu pukul 15.50, saya kirimi dia tulisan panjang. Sekadar mendengarkan jawaban dan respon Kang Dul. Tapi dia tak menjawab.

Selasa pagi ini, pukul 11, saya mendapatkan pesan dari kawan kalau Kang Dul sudah meninggal. Saya awalnya tak percaya. Karena hari-hati terakhir kami masih berbincang. Tak ada tanda-tanda. Kecuali kalimat pendek;

“main sini lah ke Bandung, lah”

Ya Allah. Rupanya itu “pesan”.

Saya masih tak percaya. Saya kirim pesan

“Dul, kok ente ga jawaaaaaab 😢”

Tapi nomernya sudah tak aktif. Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun. Sedih sekali. Sedih bener.

Iyut saya hubungi karena dia yang pertama kali menyebarkan cerita tersebut. Berkali-kali saya minta kepastian soal bahwa yang meninggal itu Kang Dul. Terakhir saya juga crosscek ke Rumah Sakit Hasan Sadikin. Kronologis singkatnya;

Kebetulan Kang Dul mengontrak di Bandung di sekitar Geger Kalong kalau tak salah. Dan Kang Dul dua hari ini tak muncul keluar kamar. Pukul 11 malam tanggal 27 November, tetangga merasa ada yang aneh dengan Kang Dul.

Karena janggal, tetangga kontrakan membuka paksa pintu dan Kang Dul ditemukan sudah meninggal dunia. Tetangga kontrakan tersebut langsung lapor polisi dan selanjutnya dibawa ke RS. Hasan Sadikin.

Sejak siang, saya berkomunikasi terus dengan Iyut untuk meminta kabar terbaru perkembangan Kang Dul. Sekaligus meminta kepastian soal bahwa yang meninggal itu benar Kang Dul. Tapi petugas melarang kawan kami di sana untuk mengambil gambar KTP.

Kabar ini juga saya update ke bang Fahri. Saya tahu bang Fahri juga sedih luar biasa.

Alhamdulillah setelah semalaman di Rumah Sakit, tadi sore saat maghrib lebih keluarganya bisa membawa jenazah Kang Dul ke Majalengka. Rencananya almarhum akan dibawa kesana.

Duh, si Dul…

Saya dan Iyut berbincang. Kami rencanakan untuk ziarah hari Kamis lusa. Kami akan datangi tempat istirahat mu, Dul.

Saya mendengar banyak cerita tentang Dulatip. Dari banyak orang. Ada cerita baik. Ada cerita buruk. Ada cerita-cerita sumir. Tapi, entahlah. Saya berkawan apa adanya dengan Dulatip. Lima tahun dia sudah menjadi salah satu kawan terbaik saya. Dia dan saya tak pernah saling pergi meninggalkan. Tak juga memusuhi kalau ada cerita keburukan.

Sering kali saya ulang-ulang pesan saat kami sedang berdua makan di pinggir jalan. Seperti nasihat untuk diri sendiri. Jangan benci, jangan dendam dengan siapapun, jangan menyimpan api amarah. Bersabar.

Kalau ada yang menceritakan keburukan kita, mungkin itu cara Allah menegur. Jangan dibalas. Justru bersyukur. Pelan-pelan, berubahlah. Kalau keburukan itu sebenarnya tak ada, bergembiralah, Allah sedang menggugurkan dosa.

Saya percaya, setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah. Menjadi lebih baik. Menjadi versi terbaik dirinya. Saya yakin dan percaya kamu orang yang baik, Dul. Dan sebelum pergi, kamu sudah menjadi versi terbaik dari dirimu, Dul. Selamat jalan.

28 November 2023
Tulisan Bambang Prayitno, Alumni KAMMI (***)




Fahri Hamzah: Politik Aliran Tak Ada Untungnya, Harus Diakhiri!

Kabar6-Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menyebut jika politik aliran dan ekstrim kiri-kanan dalam politik Indonesia, harus diakhiri.

Alasannya, karena praktik politik seperti itu, tidak berdasar dan tidak menguntungkan secara nasional.

“Saya adalah korban dari politik aliran dan pembelahan ekstrim pada 2 (dua) pemilu terakhir,” ungkap Fahri Hamzah melalui keterangan tertulisnya, Selasa (28/11/2023).

**Baca Juga: Fahri Hamzah Ingatkan Akademisi Tidak Terjebak Perdebatan Politisi Jelang Pilpres 2024

Karenanya, menurut Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 itu, diperlukan intrupsi sebagai rekonsiliasi, terutama elit dan bangsa Indonesia untuk menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka.

“Dan untuk itulah, saya mendukung rekonsiliasi Prabowo-Jokowi pasca Pemilu 2019. Kita harus akhiri pertempuran ekstrim di kiri-kanan,’ tegas Fahri lagi.

Banga Indonesia, lanjut Fahri, harus menjadi moderat, ke tengah, berlabuh dan bersatu membangun negara yang kuat.

Selain itu, semua pihak juga harus bersyukur sekarang, karena ketegangan seperti ini tidak terlalu besar.

Namun, untuk itulah rekonsiliasi bangsa diperlukan dan mengakhiri konflik partisan dan politik aliran.

“Kita harus bersatu mendukung Pak Jokowi-Prabowo untuk menyatukan bangsa kita ke depan,” demikian Caleg DPR RI dari Partai Gelora Indonesia untuk Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I itu.(red)