1

Pakar Cemas AI Bakal Musnahkan Manusia Seperti Alien

Kabar6-Belum lama ini, Elon Musk beserta pendiri Apple Steve Wozniak dan pakar lainnya menandatangani surat yang meminta pengembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ditunda setidaknya enam bulan sampai ada aturannya.

Namun menurut pakar, upaya itu belum cukup untuk membendung bahaya AI. Melansir Independent, seorang pakar AI dan pendiri Machine Intelligence Research Institute (MIRI) bernama Eliezer Yudkowsky, menyatakan bahwa situasinya sangat serius karena bisa saja AI akan lebih pintar dari manusia dan memberontak, mirip seperti di film fiksi ilmiah.

“Masalah kuncinya adalah apa yang terjadi setelah AI menjadi lebih pintar dari kecerdasan manusia,” ujar Yudkowsky. “Banyak peneliti mendalami masalah ini, termasuk saya, memperkirakan hasil yang paling mungkin dari membangun AI yang sangat cerdas adalah bahwa setiap orang di Bumi akan mati. Itu adalah hal jelas yang akan terjadi.”

Yudkowsky cemas AI nanti tak lagi mematuhi penciptanya dan mungkin tak peduli dengan nyawa manusia. “Visualisasikan peradaban alien, berpikir jutaan kali kecepatan manusia, awalnya terbatas pada komputer, di antara makhluk yang dari sudut pandang mereka sangat bodoh dan sangat lambat,” tutur Yudkowsky.

Menuruta Yudkowsky, enam bulan tak cukup untuk membuat rencana bagaimana menghadapi teknologi AI yang berkembang pesat. “Butuh waktu lebih dari 60 tahun sejak gagasan Kecerdasan Buatan pertama kali diusulkan dan dipelajari. Memecahkan keamanan kecerdasan super, keamanan dalam arti ‘tidak membunuh semua orang secara harfiah’, bisa memakan waktu setidaknya setengah dari waktu itu,” terang Yudkowsky.

Saran Yudkowsky tentang isu ini adalah kerja sama internasional untuk menghentikan pengembangan sistem AI yang kuat. “Tutup semuanya. Matikan semua klaster GPU besar. Matikan semua pelatihan besar berjalan. Tetapkan batas atas berapa banyak daya komputasi yang boleh dipakai siapa pun dalam melatih sistem AI. Tak terkecuali bagi pemerintah dan militer,” kata Yudkowsky lagi.(ilj/bbs)




Lulusan Termuda, Bocah Laki-laki Usia 14 Tahun Asal AS Langsung Diterima Kerja di SpaceX

Kabar6-Kairan Quazi (14), bocah laki-laki dari Bay Area, Amerika Serikat (AS), bakal menjadi lulusan termuda dari Universitas Santa Clara (SCU) pada Sabtu (17/06/2023).

Hal yang membanggakan, Quazi dipastikan akan memulai pekerjaan barunya di SpaceX setelah lulus nanti. Melansir abc7news, Quazi akan menerima gelar sarjana dalam ilmu komputer dan teknik yang memberinya pekerjaan di perusahaan manufaktur pesawat ruang angkasa Elon Musk. Quazi yang berasal dari Pleasanton, Alameda County, diketahui sudah bisa berbicara dalam kalimat penuh pada usia dua tahun.

“Selama kelas tiga, menjadi sangat jelas bagi guru saya, orangtua saya, dan dokter anak saya, bahwa pendidikan umum bukanlah jalur yang tepat untuk kemampuan belajar akselerasi saya,” kata.

Pihak keluarga mengetahui bahwa Quazi memiliki IQ yang sangat tinggi, serta kecerdasan emosional, membuatnya tampak jauh lebih dewasa. Di usianya yang baru sembian tahun, Quazi mendaftar di Las Positas Community College, sebelum pindah ke SCU saat berusia 11 tahun.

Sementara sebagian besar siswa tidak lulus dari perguruan tinggi sampai usia 22 atau lebih, Quazi tidak menganggap pengalaman kuliahnya aneh. ** Baca juga: Nikahi 50 Wanita yang Dikenal Lewat Situs Pencarian Jodoh, Pria India Ini Kabur Setelah Kuras Uang Korbannya

“Tidak ada yang bisa dibandingkan untuk mengatakan oh ini berbeda. Tapi, saya sangat menikmatinya, saya punya banyak teman dekat. Saya pikir setelah beberapa hari kebaruan saya berada di sana memudar,” ujar Quazi.

Bocah ini menemukan kuliah jauh lebih bermanfaat daripada kurikulum Sekolah Dasar. “Saya berubah dari seorang pemberontak kelas tiga menjadi benar-benar merasa divalidasi secara intelektual,” lanjutnya.

Sebelum pindah ke SCU, Quazi sudah mulai bekerja di Intel Labs. Quazi adalah satu-satunya magang sarjana di timnya. Bocah itu juga mengatakan, dia tidak merasa ‘kehilangan masa kanak-kanak’ seperti yang dikatakan beberapa orang, tetapi malah menghargai kesempatan untuk memiliki pengalaman di luar usianya.

“Saya berpikir lagi pola pikir itu akan membuat saya lulus sekolah menengah sekarang dan menurut saya tidak masuk akal bagi seseorang yang dapat mengambil pilihan lulusan yang ketat untuk bekerja di perusahaan bergengsi, saya bergabung dengan SpaceX sebagai insinyur perangkat lunak,” ungkap Quazi.(ilj/bbs)




Pemerintah AS Tolak Klaim Elon Musk Perihal Tanam Chip pada Otak Manusia Bisa Sembuhkan Lumpuh

Kabar6-Pemerintah Amerika Serikat (AS) menolak permintaan Elon Musk sebagai CEO Neuralink, untuk menanamkan chip otak dalam uji coba manusia, yang disebut akan menghasilkan kemajuan dalam penyembuhan kondisi seperti kebutaan dan kelumpuhan.

Menurut laporan, melansir Forbes, baru-baru ini Food and Drug Administration (FDA) AS menolak permohon Elon, karena mereka mengkhawatirkan masalah keamanan pada uji coba tersebut dengan menolak aplikasi Neuralink untuk mulai menanamkan chip ke dalam otak manusia. FDA membeberkan lusinan masalah yang harus ditangani perusahaan sebelum pengujian manusia, tonggak penting dalam perjalanan menuju persetujuan produk akhir.

Masalah keamanan utama badan tersebut melibatkan baterai lithium perangkat, potensi kabel kecil implan untuk bermigrasi ke area lain di otak dan pertanyaan tentang apakah dan bagaimana perangkat dapat dilepas tanpa merusak jaringan otak.

Saat ini, Neuralink dilaporkan sedang sibuk bekerja untuk mengatasi keraguan FDA memberikan izin meskipun pihak FDA skeptis bahwa perusahaan dapat menyelesaikan masalah tersebut dalam waktu singkat. ** Baca juga: Benarkah Temuan Mumi Jari Berukuran 38 Cm di Mesir Tunjukkan Raksasa Pernah Ada?

Pada November lalu, Elon memberi tahu karyawannya bahwa dia meyakinkan Neuralink akan dapat memperoleh persetujuan FDA untuk uji coba manusia pada musim semi. Elon bilang, perangkat itu sangat aman sehingga dia tidak akan ragu untuk menanamkannya pada orang-orang terdekat.

“Kami sekarang yakin bahwa perangkat Neuralink siap untuk diuji coba manusia, jadi pengaturan waktu adalah fungsi dari bekerja melalui proses persetujuan FDA,” tweet Elon.

Namun Neuralink belum mengungkapkan detail aplikasi uji cobanya, penolakan FDA, atau sejauh mana kekhawatiran sisi pemerintah terkait tersebut. (ilj/bbs)




Uji Coba Chip di Otak, Perusahaan Elon Musk Diduga Bunuh 1.500 Hewan

Kabar6-Pihak berwenang tengah menyelidiki Neuralink Corp, perusahaan alat kedokteran milik Elon Musk, karena diduga membunuh sekira 1.500 hewan untuk uji coba pemasangan chip di otak.

Menurut laporan, staf internal perusahaan mengeluhkan bahwa uji coba hewan yang dilakukan perusahaan menyebakan hewan tersebut menderita dan mati. Neuralink Corp, melansir Standard, sedang mengembangkan cangkok otak yang diharapkan dapat membantu orang-orang lumpuh berjalan lagi dan dapat mengobati penyakit otak lainnya.

Penyelidikan federal dimulai bulan lalu oleh Inspektur Jenderal Departemen Pertanian Amerika Serikat atas permintaan Jaksa Federal. Salah satu sumber mengatakan, penyelidikan itu fokus pada pelanggaran UU Keselamatan Hewan, yang mengatur bagaimana peneliti memperlakukan dan melakukan uji coba pada hewan.

Menurut sejumlah dokumen Neuralink yang dikaji Reuters dan wawancara dengan sekira 20-an karyawan dan mantan karyawan Neuralink, penyelidikan ini juga bertepatan dengan keluhan para pegawai Neuralink terkait uji coba hewan, di mana mereka mengeluh mendapat tekanan dari Musk untuk mempercepat pengembangan alat tersebut.

Menurut para karyawan, uji coba yang gagal harus diulang, menyebabkan jumlah hewan yang terlibat dalam uji coba dan yang mati semakin banyak. Dokumen perusahaan termasuk sejumlah pesan-pesan yang tidak dilaporkan, rekaman audio, surel, presentasi, dan laporan.

Namun Elon Musk dan sejumlah petinggi Neuralink tidak menanggapi permintaan komentar terkait penyelidikan ini. Juru bicara Inspektur Jenderal Departemen Pertanian AS juga menolak berkomentar. ** Baca juga: Wali Kota Los Angeles Umumkan Keadaan Darurat Akibat Jumlah Gelandangan Melonjak

Regulasi AS tidak menjelaskan secara spesifik berapa banyak hewan perusahaan yang bisa digunakan untuk penelitian, dan memberikan kelonggaran yang signifikan bagi para ilmuwan untuk menentukan kapan dan bagaimana menggunakan hewan dalam percobaan.

Menurut pengajuan peraturan, Neuralink telah lulus semua inspeksi USDA terhadap fasilitasnya. Disebutkan, Neuralink telah membunuh sekira 1.500 hewan dalam uji coba, termasuk lebih dari 280 ekor domba, babi, dan kera, setelah melakukan uji coba sejak 2018.

Sumber menyebut, angka itu sebagai perkiraan kasar karena perusahaan tidak mencatat dengan tepat jumlah hewan yang diuji dan dibunuh. Neuralink juga melakukan penelitian menggunakan tikus dan mencit atau anak tikus.

Jumlah total kematian hewan tidak serta merta menunjukkan bahwa Neuralink melanggar peraturan atau praktik penelitian standar. Banyak perusahaan secara rutin menggunakan hewan dalam percobaan untuk memajukan perawatan kesehatan manusia, dan mereka menghadapi tekanan keuangan untuk membawa produk ke pasar dengan cepat.

Hewan biasanya dibunuh saat percobaan selesai, seringkali agar mereka dapat diperiksa setelah kematian untuk tujuan penelitian. Namun menurut karyawan dan mantan karyawan Neuralink, jumlah hewan yang dibunuh lebih banyak dari yang diperlukan, karena keinginan Musk untuk mempercepat penelitian.(ilj/bbs)




Pasutri Asal AS Jadi Turis Luar Angkasa Pertama di Dunia

Kabar6-Pasangan suami istri (pasutri) asal Amerika Serikat (AS), Dennis Tito (82) dan Akiko (57) mendaftarkan diri untuk menjadi penumpang dalam kapal luar angkasa milik Elon Musk.

Pesawat yang akan ditumpangi Tito dan Akiko beserta 10 wisatawan lainnya akan mengitari sisi jauh Bulan. Mereka nanti akan terbang sekira 200 kilometer dari permukaan Bulan.

Untuk penerbangan nanti, mereka harus melewati berbagai pelatihan. Dan pesawat luar angkasa milik Elon Musk yang akan ditumpangi pasangan itu pun masih dalam tahap uji coba. ** Baca juga: Rilis Film Dewasa, Calon Anggota Parlemen di New York Gunakan untuk Kampanye ‘Seks Positif’

“Kami harus tetap sehat selama bertahun-tahun karena SpaceX akan menyelesaikan kendaraan ini…Saya mungkin duduk di kursi goyang, tidak melakukan latihan yang baik, jika bukan karena misi ini,” ungkap Tito.

Tito, melansir Euronews, bukanlah miliarder pertama yang menjadi wisatawan luar angkasa, karena sebelumnya seorang miliarder dan perancang busana terkenal asal Jepang, Yusaku Maezawa, menyatakan bahwa pada 2018 lalu dia akan membeli satu tiket penerbangan ke luar angkasa.

Baik Maezawa maupun Tito berangkat dari tempat peluncuran yang sama, yaitu di Kazakhstan menggunakan roket milik Rusia. Sebelumnya, Tito menjadi orang pertama yang pergi ke luar angkasa dengan uangnya sendiri. Pada 2001, Tito ingin pergi ke luar angkasa menggunakan roket milik NASA. Namun karena NASA merasa terganggu, Tito pun pergi ke luar angkasa menggunakan roket milik Rusia.

Tito dan sang istri akan pergi ke luar angkasa menumpangi roket milik Elon Musk, yang nanti akan diluncurkan dari bagian selatan Texas, AS. Tito mengungkapkan, dia telah menghubungi perusahaan SpaceX milik Elon Musk pada 2021 lalu.

Perusahaan itu menyatakan, Tito dan Akiko istrinya akan pergi ke luar angkasa lima tahun lagi. Saat itu, Tito akan berusia 87 tahun. Tito mengungkap paham akan risiko kesehatannya, sehingga apabila jatuh sakit maka dia tidak jadi pergi ke luar angkasa.

Namun apabila dia tetap pergi, Tito diperkirakan akan mengalahkan John Glenn, pemegang rekor orang AS tertua yang pergi ke luar angkasa di umur 77 tahun.

Pasutri itu memiliki pandangan yang sama dengan visi wisata luar angkasa Elon Musk. Jadi pengeluaran yang besar tidak menjadi masalah bagi kedua pasangan itu. “Kami sudah pensiun dan sekarang saatnya untuk menuai hasil dari semua kerja keras,” kata Tito lali.(ilj/bbs)




Agar Tidak lupa, Pria Asal AS Nekat Tanam Kunci Mobil Tesla di Tangan Kanannya

Kabar6-Hal unik dilakukan Brandon Dalaly, seorang pemilik mobil listrik Tesla asal Michigan, Amerika Serikat (AS). Pria itu nekat menanam chip kunci mobil listrik Tesla ke tangan kanannya.

Bukan tanpa alasan, melansir Nypost, Dalaly melakukan hal itu karena sering lupa membawa kunci mobil listrik Tesla yang bentuknya mirip kartu. Selain itu, Dalaly pun kerap merasa sinyal yang dipancarkan oleh kunci mobil listrik tersebut sering tidak berfungsi dengan baik.

Hingga akhirnya, Dalaly mencoba mengimplan chip yang ada di kunci mobil listrik itu ke tangan kanannya. “Akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan masalah yang sering saya alami ke tangan saya. Inilah impalan chip kunci mobil Tesla,” demikian cuit Dalaly dalam akun Twitternya.

Disebutkan, proses penanaman chip kunci mobil Tesla itu dimungkinkan berkat bantuan Vivokey Apex, yang terbiasa membuat alat-alat khusus, berkaitan dengan teknologi Near Field Communicator (NFC). ** Baca juga: Pria di Mesir Bakar Sekolah Gara-gara Tunangannya Tak Lulus Ujian

“Ke depannya saya ingin memasang kunci rumah di tangan kiri karena di tangan kanan sudah ada kunci mobil,” ujar Dalaly.(ilj/bbs)