1

Peduli Ekosistem Pesisir Pantai, PT IKPP Tangerang Raih Penghargaan

Kabar6.com

Kabar6-Unit usaha Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (IKPP) Tangerang menerima penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Tangerang atas kepedulian terhadap ekosistem pesisir melalui penanaman bibit Mangrove di Urban Aquaculture, Desa Ketapang, Mauk, Kabupaten Tangerang.

Penghargaan ini diberikan langsung Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar kepada Head of Sustainability PT IKPP Tangerang, Kholisul Fatikhin bersamaan dengan kegiatan Patnerships in Enviromental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) dan PEMSEA Network of Local Government (PNLG) Forum 2022 di PIK 2, pada Kamis, 27 Oktober 2022 malam.

Penghargaan ini juga sebagai apresiasi kepedulian IKPP Tangerang dalam menyelamatkan dan pelestarian lingkungan di pesisir pantai utara Kabupaten Tangerang.

Diketahui, PT IKPP Tangerang telah menanam 150 ribu bibit mangrove di speanjang garis pantai utara Kabupaten Tangerang dan 3.000 bibit di sepanjang Bantaran Sungai Cisadane.

Penanaman bibit mangrove tersebut bukti perusahaan yang memproduksi kertas tersebut peduli lingkungan untuk mencegah abrasi dan keberlangsungan ekosistem di pantai dan bantaran sungai.

“Saya berharap dengan penanaman mangrove ini ekosistem pantai dan sungai tetap terjaga. karena sangat banyak manfaatnya untuk masyarakat luas. Juga mudah-mudahan cita-cita kita bersama terwujud eco wisata di Pantura Tamgerang dan Bantaran Sungai Cisadane bisa terjaga,” kata Head of Sustainability PT IKPP Tangerang, Kholisul Fatikhin.

**Baca juga:Forum Daerah Pesisir, Ketua DPRD Kabupaten Tangerang: Jangan Cuma Seremoni

Kholisul menambahkan, dukungan penanaman ini juga dalam rangka mendukung upaya pemerintah merehabilitasi mangrove dalam rangka penurunan emisi karbon melalui Folu Net Sink 2030.

Kata Kholis kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan merupakan salah satu komitmen perusahaan di bidang lingkungan. Selain kesehatan, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Terkait kontribusi APP Sinar Mas dalam rehabilitasi mangrove, selain PT IKPP Tangerang, APP Sinar Mas melalui unit usahanya PT IKPP Serang telah merehabilitasi 120 ribu bibit Mangrove di pesisir pantai utara Kabupaten Serang.(eka)




Terus Berkembang Biak, Taman Nasional di Israel Kewalahan Atasi Serangan Tokek Mesir

Kabar6-Serangan tokek Mesir yang menyebar di seluruh wilayah cekungan Laut Mati, dan terus berkembang biak dalam jumlah sangat mengkhawatirkan, membuat Otoritas Taman Nasional Israel (INPA) meminta bantuan penduduk Wadi Araba.

Bukan tanpa alasan, melansir Womidea, rupanya tokek Mesir ini dianggap merusak ekosistem dan bisa memakan tanaman warga. Pemerintah Israel berharap agar warga bisa memindahkan hewan reptil ini.

“Jika kalian berada di wilayah dengan penerangan jalan atau jenis penerangan lainnya yang bisa menarik serangga, atau daerah di mana kalian bisa melihat seekor tokek Mesir, tolong foto dengan ponsel kalian dan bagikan kepada kami,” demikian permintaan Kementerian Perlindungan Lingkungan Israel.

Diketahui, tokek Mesir dianggap makhluk menakutkan, juga memangsa burung-burung kecil. ** Baca juga: Pantau Emosi, Sopir Bus di Tiongkok Wajib Pakai Gelang Elektronik

“Tokek Mesir bisa memakan apa pun yang bisa ia mangsa. Di Afrika Utara, ia memakan gerbil (semacam hewan pengerat). Ia juga memakan tokek lainnya dan lintah dan berpotensi bahaya bagi apa pun yang hidup di habitatnya dan apa pun yang lebih kecil darinya,” ungkap Shai Meiri, ahli ilmu hewan di Universitas Tel Aviv.

Menurut laporan, otoritas Israel tidak bisa memastikan mengapa makhluk itu bisa sampai di Wadi Araba, yang membuat mereka meminta bantuan penduduk setempat.(ilj/bbs)




Mengejutkan, Penelitian Ungkap Ada 20 Kuadriliun Semut di Bumi

Kabar6-Sebuah penelitian baru mengungkapkan, sedikitnya ada 20 kuadriliun atau 20 ribu triliun semut di Bumi. Angka ini kemungkinan masih jauh dari total populasi serangga, yang merupakan bagian penting dari ekosistem di seluruh dunia.

Menentukan populasi semut secara global, melansir Newscientist, penting untuk mengukur konsekuensi dari perubahan pada habitat mereka, termasuk yang disebabkan krisis iklim. Ya, semut memiliki peran penting seperti menyebarkan benih, menampung organisme, dan berfungsi sebagai pemangsa atau mangsa.

Sejumlah penelitian telah berusaha memperkirakan jumlah populasi semut global, tapi hasilnya jauh lebih kecil dari hasil terbaru ini yaitu 20 juta miliar. ** Baca juga: Pria Inggris Pecahkan Rekor Dunia, Kunjungi 67 Pub dan Minum dalam 17 Jam

Dalam penelitian yang diterbitkan pada jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) ini, para peneliti menganalisis 465 penelitian yang mengukur jumlah semut.

Ratusan penelitian menggunakan dua teknik standar, yaitu memasang perangkap yang menangkap semut lewat selama periode waktu tertentu, atau menganalisis jumlah semut pada sepetak daun tertentu di tanah.

Meski survei telah dilakukan di semua benua, beberapa wilayah utama hanya memiliki sedikit data atau tidak ada sama sekali, termasuk Afrika tengah dan Asia. Inilah alasan mengapa jumlah semut jauh lebih besar dari yang diperkirakan.

“Sangat penting bagi kami untuk mengisi celah yang tersisa ini untuk mencapai gambaran komprehensif tentang keanekaragaman serangga,” demikian penjelasan para peneliti dalam jurnal tersebut.

Ada lebih dari 15.700 spesies dan subspesies semut bernama yang ditemukan di seluruh planet ini, dan kemungkinan jumlah semut yang belum dideskripsikan atau diberikan nama juga sebanyak itu. Namun hampir dua pertiganya hanya ditemukan di dua tipe ekosistem, hutan tropis dan sabana.

Berdasarkan perkiraan jumlah semut, total biomassa global mereka diperkirakan 12 megaton karbon kering, lebih banyak dibanding gabungan burung dan mamalia liar, dan 20 persen dari manusia.

Mendatang, para peneliti berencana untuk mempelajari faktor lingkungan yang memengaruhi kepadatan populasi makhluk kecil tersebut.(ilj/bbs)




Danau di AS ‘Rusak’ Akibat Ikan Mas Raksasa yang Dibuang Sembarangan

Kabar6-Warga di negara bagian Amerika Serikat (AS), Minnesota, diminta agar tidak sembarangan membuang ikan piaraan setelah pihak berwenang menemukan ikan mas raksasa di Danau Keller.

Hewan yang biasanya merupakan peliharaan di rumah itu dapat tumbuh jauh lebih besar di alam bebas dan menyebabkan gangguan besar pada ekosistem. Pemerintah Kota (Pembkot) Burnsville, melansir Newsweek, membagikan sejumlah gambar ‘ikan mas monster’ yang ditangkap dalam survei di Danau Keller. Disebutkan, ikan mas dapat turut menyebabkan penurunan kualitas air dengan mengacak-acak sedimen dan mencabut tanaman.

“Jadi, tolong jangan buang ikan mas piaraan Anda ke kolam dan danau!” demikian cuitan Pemkot Burnsville di akun media sosial Twitter. ** Baca juga: Ditemukan Kura-kura Kuno dalam Kondisi Hamil Berusia 2.000 Tahun di Italia

Di Minnesota, ikan mas merupakan salah satu spesies invasif yang diregulasi. Melepasnya ke perairan publik adalah tindakan ilegal. Ikan mas yang dipelihara di akuarium rumah biasanya tumbuh hingga panjang tubuhnya sekira 5,1 cm.

Menurut petugas pengendalian satwa liar, ketika ikan mas dilepas ke perairan umum, mereka dapat tumbuh lebih besar dan sulit dikendalikan, karena hewan itu berkembang biak dengan cepat dan mendominasi spesies alami.

Dalam peringatannya, Pemkot Burnsville menyarankan mereka yang memelihara ikan mas untuk ‘mempertimbangkan pilihan lain dalam menemukan rumah baru bagi mereka’.

Petugas pengendalian satwa liar sempat berurusan dengan masalah serupa di distrik terdekat, Carver County, tempat 50 ribu ikan mas diangkat dari sebuah anak sungai pada Oktober tahun lalu.

Pengangkatan itu merupakan bagian dari rencana tiga tahun untuk mempelajari dan mengelola spesies tersebut yang telah menyebabkan masalah di seluruh AS.(ilj/bbs)




Jadi Masalah Dunia, Ini 4 Negara Penghasil Sampah Plastik Terbesar

Kabar6-Salah satu masalah terbesar yang harus dihadapi dunia adalah merebaknya sampah plastik. Hal ini karena plastik sekali pakai seperti pembungkus makanan, kantong plastik, dan botol minuman, telah memenuhi tempat pembuangan sampah dan laut.

Pada 2030 mendatang, jumlah sampah plastik diperkirakan akan meningkat hingga 53-90 juta ton. Sampah plastik yang tidak dapat terurai dengan cepat dan dibuang di laut begitu saja tentu akan mencemari lingkungan dan ekosistem.

Sejumlah negara kaya, tak dapat dipungkiri, menjadi penyumbang penghasil sampah plastik tertinggi. Masalah sampah yang meningkat tajam sering dikorelasikan dengan tingkat perekonomian suatu negara. Melansir Sindonews, berikut empat negara yang menjadi penghasil sampah plastik terbesar di dunia:

1. Amerika Serikat (AS)
AS menduduki peringkat pertama sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar, menjadi kontributor utama plastik sekali pakai yang akhirnya menjerat dan mencekik kehidupan laut, merusak ekosistem, dan membawa bahaya polusi rantai makanan. Sejak 1960, sampah plastik di AS terus melonjak tajam.

Bahkan kini, sampah plastik yang dihasilkan sekira 42 juta metrik ton per tahun atau sekira 130 kg sampah plastik per orang di Amerika. Jumlah tersebut melebihi jumlah sampah plastik gabungan negara anggota Uni Eropa. Infrastruktur daur ulang ternyata gagal mengimbangi pertumbuhan besar dalam produksi plastik AS.

2. Inggris
Penduduk Inggris menghasilkan lebih banyak sampah plastik per orang daripada negara lain. Diketahui, Inggris menghasilkan sampah plastik rata-rata 99 kg setiap tahunnya. Sebagian besar swalayan di Inggris telah bergantung dengan plastik. Plastik seakan tidak dapat hilang dari peradaban mereka.

Setiap tahun, satu individu di Inggris bisa membuang sekira 18 piring plastik dan 37 pisau serta garpu sekali pakai. Kini, pemerintah Inggris berencana melarang penggunaan alat makan plastik sekali pakai sebagai upaya mengurangi polusi lingkungan akibat sampah plastik.

April mendatang, Inggris akan memperkenalkan pajak kemasan plastik terkemuka di dunia. ** Baca juga: Hebat! Melalui Persalinan Normal Seorang Ibu di Arab Saudi Lahirkan 10 Bayi Kembar

3. Korea Selatan (Korsel)
Pandemi membuat penggunaan plastik semakin merajalela di dunia, terutama di Korsel. KBS World mengungkapkan, Korsel menjadi penyumbang sampah plastik terbesar ketiga di dunia dengan menghasilkan sampah plastik sebesar 88 kg per tahun untuk setiap individu.

Pada pusat daur ulang sampah di Seoul, terdapat tumpukan berbagai macam plastik hingga kotak styrofoam. Korsel kini tengah menggunakan pendekatan ekonomi sirkular dalam mengolah limbah plastik baik domestik maupun impor.

4. Jerman
Setiap orang di Jerman diperkirakan menghasilkan sampah plastik sebanyak 81,16 kg per tahunnya. Jerman menghasilkan sekira 31.239 ton sampah plastik yang berisiko memasuki sungai dan lautan setiap tahun. Bahkan, Jerman pernah tercatat menjadi eksportir limbah sampah plastik ke Indonesia.

Yuk, mulai kurangi penggunaan plastik.(ilj/bbs)




WWF Indonesia Bangun Sistem Pengelolaan kawasan Ekosistem Berbasis Masyarakat di TNUK

Kabar6.com

Kabar6- Sebagai upaya penyelamatan kawasan dan pupulasi satwa langka di ujung kulon, WWF Indonesia terus membuat kerangka program Rencana Aksi Masyarakat (RAM) yang berkelanjutan dengan meningkatkan pengelolaan kawasan ekosistem berbasis masyarakat dan pemberdayaan desa.

WWF Indonesia Ujung Kulon Project Leader Rendra Kusumawijaya mengatakan, pihaknya bukan hanya fokus pada spesies saja, akan tetapi kami juga berkomitmen terhadap peningkatan kapasitas masyarakat disekitar kawasan taman nasional.

“Hal tersebut sesuai dengan kerangka program WWF Indonesia yaitu membangun sistem pengelolaan kawasan dan perbaikan ekosistem berbasis masyarakat guna penyelamatan populasi satwa langka di kawasan ujung kulon, “ucap Rendra, Kamis (3/6/2021).

WWF mengaku telah melakukan kerjasama dengan Pemerintah daerah melalui program pemberdayaan masyarakat, diharapkan dampak dari program ini masyarakat bisa berperan secara langsung dalam menjaga ekosistem yang ada di wilayah ujung kulon.

“Untuk mewujudkan hal tersebut masyarakat perlu diberikan pelatihan peningkatan kapasitas agar kawasan TNUK tetap lestari, “tuturnya.

**Baca juga: Digelar Ditengah Pandemi Covid-19, Bupati Pandeglang Ingatkan Panita Pilkades

Sementara itu, Sekretaris daerah Pery Hasanudin mengatakan Pemerintah daerah selalu mendukung program WWF Indonesia yang menyasar pada kelestarian ekosistem dan mempertahankan populasi satwa langka melalui program pengelolaan kawasan dan pemberdayaan desa di 12 desa penyangga.

“Saya berharap program pemberdayaan masyarakat desa yang digagas oleh WWF Indonesia mampu melestarikan ekosistem agar selalu asri dan masyarakat lebih peka terhadap keberlangsungan flora dan fauna di kawasan ujung kulon, “harapnya.(aep)




Lyrebird, Burung ‘Truk Sampah’ yang Mampu Pindahkan Sekira 155 Ton Kotoran dan Tanah dalam Setahun

Kabar6-Selama ini, Lyrebird terkenal dengan kemampuan mimikrinya yang luar biasa dalam meniru suara spesies hewan atau burung lain. Nah, sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kapasitas serta cara kerja burung ini bisa disamakan dengan truk sampah.

Mengapa demikian? Dalam proses mencari makan, melansir hitekno, burung superb lyrebird (Menura novaehollandiae) memindahkan atau menggeser sekira 155 ton kotoran dan tanah dalam setahun. Penelitian mengenai kapasitas luar biasa yang dimiliki oleh Menura novaehollandiae telah diterbitkan dalam jurnal Ecological Applications.

Kemampuan tersebut berkontribusi besar pada ekologi hutan, membantu siklus hara, dan bahkan pemulihan ekosistem pasca kebakaran. Menura novaehollandiae yang merupakan hewan endemik Australia dan banyak ditemukan di hutan Australia Timur, dianggap peneliti sebagai ‘seorang insinyur’ di lingkungannya.

Sebuah tim peneliti dari La Trobe University, Australia, mengamati untuk melihat bagaimana hewan-hewan ini mengubah lanskap selama dua tahun. Hasilnya, rata-rata lyrebirds memindahkan 155 ton tanah dan serasah daun per hektare dalam satu tahun saat mencari makan, setara dengan 11 truk sampah.

“Burung lyrebird yang luar biasa benar-benar adalah insinyur ekosistem yang bekerja paling keras di Australia. Saat mencari mangsa invertebrata, mereka menggunakan cakar tajamnya untuk mengekspos tanah kosong, mencampur serta mengubur serasah. Mereka dapat menggeser rata-rata 155 ton tanah dan serasah daun per hektare dalam satu tahun saat mencari makan,” urai Dr Alex Maisey dalam rilis resminya.

Untuk kemampuan mimikri (proses menyerupai spesies sebagai salah satu cara menghindari bahaya), burung superb lyrebird mempunyai kemampuan yang sangat diacungi jempol. ** Baca juga: Seorang Pria Mengamuk di Kantor Google karena Mengira Akun YouTube Miliknya Sengaja Dihapus

Hewan endemik Australia ini dikenal dapat meniru berbagai jenis suara burung bahkan beberapa hewan lain. Tak hanya menghiasi hutan Australia dengan suara unik, kemampuan cakar mereka ternyata dapat membantu ekosistem hingga pemulihan hutan pasca kebakaran.(ilj/bbs)




Tim Peneliti Temukan Hutan Purba Tertua di Dunia Berusia 386 Juta Tahun di New York

Kabar6-Sekelompok peneliti menemukan sistem akar yang luas dari pohon primitif berusia 386 juta tahun, saat menggali dataran fosil di wilayah Catskill, dekat kota Cairo, New York.

Fosil pohon purba ini, melansir sciencedaily, diklaim sebagai bukti bahwa hutan terbentuk lebih awal pada Zaman Devonian. “Zaman Devonian mewakili waktu di mana hutan pertama muncul di planet Bumi,” ungkap Wiliam Stein, seorang profesor emeritus biologi di Binghamton University, yang terlibat dalam penelitian.

Kemunculan hutan pertama mendorong banyak perubahan dramatis pada ekosistem. Mulai dari Bumi, lautan, atmosfer global, konsentrasi CO2 di atmosfer, sampai iklim, seluruhnya bertransisi menjadi sepenuhnya berbeda. “Dunia tidak pernah lagi sama sejak saat itu,” tambah Stein.

Penemuan fosil hutan di situs Catskill sekaligus mengambil alih gelar ‘hutan tertua’ dari fosil hutan sebelumnya yang ditemukan di Gilboa, New York. Usianya berkisar 2-3 juta tahun lebih muda dari fosil hutan di Catskill.

Tim peneliti menemukan tiga sistem akar yang unik dalam penggalian di Catskill, menghasilkan hipotesis bahwa hutan Zaman Devonian mirip dengan hutan yang kita selama ini. Terdiri dari pohon-pohon beragam jenis yang menempati tempat-tempat yang berbeda, tergantung kondisi setempat.

Peneliti lantas dikejutkan dengan temuan sistem akar pohon lainnya yang diduga hanya ada selama Zaman Karbon, yaitu scale tree atau pohon skala dari kelas Lycopsida. Pohon primitif ini merupakan bagian dari flora hutan batubara yang ketinggiannya mencapai 30 meter.

“Apa yang kita dapatkan di Cairo adalah struktur akar yang tampak identik dengan pepohonan raksasa dari kawasan rawa-rawa batubara Zaman Karbon dengan akar memanjang yang memesona,” kata Stein. ** Baca juga: Pasangan di Bawah Umur Ini Berencana Menikah dan Hidup dari Game Online

Untuk penelitian lebih lanjut, Stein dan tim akan terus menggali wilayah Catskill dan membandingkan temuan mereka dengan fosil hutan di seluruh dunia. Dengan harapan, ilmuwan akan mampu memahami sejarah evolusi dan ekologi sepenuhnya.(ilj/bbs)




Agar Aman, Ikuti Cara Bermedia Sosial yang Tepat

Kabar6-Zaman sekarang, media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Meskipun ada sejumlah manfaat positif yang didapat dengan bermedia sosial, di satu sisi ada media sosial yang memuat konten tidak pantas, sehingga berefek tidak baik bagi generasi muda.

Bagaimana solusinya? Melansir tabloidbintang, ada beberapa tip yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kemunculan konten yang tidak pantas di akun media sosial. Apa sajakah itu?

1. Berhati-hati memilih teman di media sosial
Berteman dan terhubung dengan banyak orang di media sosial tentu adalah hal yang luar biasa, tapi hal tersebut juga dapat membawa dalam situasi berbahaya.

Saat ini banyak penipu menyalahgunakan identitas pengguna media sosial melalui pembuatan identitas palsu. Dengan memilih dan menerima teman virtual secara selektif, maka akan mengurangi risiko menjadi korban kejahatan cyber.

2. Hindari klik link/tautan yang tidak jelas
Ada banyak tautan dengan thumbnail memikat yang tersebar di media sosial dengan sumber yang tidak jelas. Seringkali, tautan tersebut akan mengarahkan untuk mengunduh lampiran yang berujung pada tereksposnya data ponsel atau personal computer Anda ke program malware, yang dirancang untuk merusak dengan menyusup ke dalam sistem komputer. Jadi, hindari mengunjungi tautan yang tidak dikenal.

3. Gunakan sandi yang berbeda serta unik pada setiap akun media sosial
Menggunakan sandi yang berbeda, unik dan kuat dalam setiap media sosial juga merupakan suatu hal yang penting. Menggunakan satu sandi untuk setiap akun dapat mempermudah proses masuk (log-in), namun itu sama saja dengan menggunakan satu kunci untuk membuka semua pintu, mengindikasikan tingkat keamanan yang rendah.

4. Buat konten yang bijak dan bermanfaat
Untuk menciptakan ekosistem yang baik di media sosial, Anda sebagai pengguna juga harus ikut berkontribusi dengan membuat konten yang bijak serta bermanfaat.

Berpikir sebelum melakukan apa pun di media sosial merupakan hal yang penting demi terciptanya ekosistem media sosial yang lebih baik. ** Baca juga: Usir Insomnia dengan 5 Jenis Makanan Ini

5. Mengaktifkan fitur privasi
Cara termudah untuk mengamankan konten dan akunmu di media sosial adalah dengan mengaktifkan fitur privasi. Dengan melakukannya, secara otomatis Anda bisa mencegah orang asing untuk mengakses profil yang memungkinkan terjadinya kejahatan cyber, seperti penipuan, pembajakan, kebocoran data, dan lainnya.

Jadi bijak sekaligus berhati-hatilah dalam menggunakan media sosial.(ilj/bbs)




Pulihkan Ekosistem Pesisir Ujung Kulon, Warga Tanam Ribuan Mangrove

Kabar6.com

Kabar6-Ratusan warga bersama aktivis lingkungan hidup menanam ribuan pohon mangrove di Kampung Ketapang, Desa Cigarondong, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Sabtu (26/10/2019).

Kegiatan yang diiniasi warga setempat bersama Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta itu bertujuan untuk memulihkan ekosistem mangrove di wilayah pesisir setempat.

Ketua Pelaksana Kegiatan, Agus Askuri, mengatakan, kondisi ekosistem mangrove di desa tersebut rusak sejak tahun 2014. Kerusakan itu langsung dirasakan dampaknya oleh warga setempat.

“Dampak yang paling terasa adalah abrasi pantai, juga hilangnya eksistem mangrove,” ujarnya kepada wartawan di lokasi kegiatan.

Ia mencontohkan, akibat kerusakan mangrove, saat ini warga merasakan berbagai dampak, diantranya semakin sulit mendapatkan ikan. Karena ekosistem mangrove menjadi salah satu lokasi berkembang biaknya ikan dan hewan lainnya.

“Dulu, kami sangat mudah menangkap ikan. Sekarang semakin sulit, harus ke tengah laut,” imbuhnya.

Ia menambahkan, desakan pembangunan seperti pembukaan lahan untuk tambak yang terjadi di desa tersebut, turut memperparah kerusakan mangrove. Selain itu, dampak terbesar juga terjadi karena tsunami Selat Sunda pada akhir tahun 2018 lalu.

Ia menerangkan, mangrove selain berguna untuk menjaga kelestarian ekosistem wilayah pesisir, juga sangat berguna menghalau saat terjadi bencana seperti tsunami.

“Tsunami kemarin tidak akan berakibat kerusakan parah kalau eksoistem mangrovenya masih baik, karena ada buffer (sabuk hijau pengaman) yang menahan laju ombak, juga menahan terjadinya abrasi,” terangnya.

Ia berharap, kegiatan itu menjadi momentum bangkitnya kesadaran warga pentingnya menjaga kelestarian ekosistem pesisir.

“Ini inisiatif warga disini yang didukung Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta. Kami berharap, warga semakin sadar, kami libatkan anak-anak sekolah dan relawan, agar kelak kegiatan ini bisa berkelanjutan,” katanya.

Ditambahkan relawan Yayasan SHEEP Indonesia, tsunami Selat Sunda yang terjadi pada medio akhir 2018 menjadi peringatan kondisi wilayah Pandeglang yang rawan bencana.

Diterangkannya, Indeks Rawan Bencana Indonesia tahun 2013, menyebutkan bahwa wilayah Kabupaten Pandeglang mempunyai skor rawan bencana 74 (skala tinggi) terhadap bencana alam berupa erupsi gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor kekeringan dan angin puting beliung.

Artinya ketanggungan masyarakat, ketanggungan struktural dan non struktural harus di lakukan di wilayah Kabupaten Pandegalang. Hal ini untuk mendorong dampak kerugian bencana yang besar ketika ancaman bencana terjadi di wilayah Kabupaten Pandeglang.

Dampak terbesar tsunami di Kabupaten Pandeglang berada di kawasan kecamatan sumur khususnya di pesisir sepanjang Kecamatan Sumur hingga kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, khususnya 3 desa yaitu desa Cigorondong, Taman Jaya dan Ujung Jaya. 3 desa terdampak berada di sepanjang pesisir selat sunda.

“Hasil kajian dan obesrvasi Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta menunjukan bahwa desa terdampak tsunami tepat berhadapan dengan selat sunda tanpa penghalang atau buffer apapun. Sehingga ketika tsunami datang langsung menghantam rumah atau tempat tinggal masyarakat,” kata Suparlan.

Kondisi itu, lanjutnya, telah menumbuhkan kesadaran warga, karena pengalaman tsunami menjadi pembelajaran berharga.

**Baca juga: Undang Brazilian Jiu Jitsu, Lapas Pemuda Tangerang Gelar Latihan MMA.

“Seperti di rumah pak Ahmad Yani, seorang RT di Kampung Cigorondong. Meskipun keluarga beliau selamat dari dampak tsunami akhir 2018 lalu, beliau sekarang timbul kesadaran bahwa buffer menjadi sangat penting selain untuk menambah keindahan, tanggul alami juga bisa menjadi pusat tumbuh kembangnya ikan dan juga wisata. Hal tersebut juga di dasarkan pada wilayah –wilayah yang maish ada buffer di sepanjang pesisir selat sunda, rerata tidak rusak rumahnya,” pungkasnya.

Inisiatif membangun ketangguhan pesisir dengan melakukan penanaman mangrove tersebut diinisiasi oleh Kelompok Siaga Bencana (KSB) Desa Cigorongdong bersama Yayasan SHEEP Indonesia dan WALHI Jakarta dengan melibatkan lima sekolah dasar, yaitu SDN Cigorondong, SDN Taman Jaya 1,2 dan 3 serta SDN Ujung Jaya 2, Kecamatan Sumur, Pandeglang. Sebanyak 2.300 bibit mangrove pun telah ditanam dibibir pantai yang luasnya sekitar enam kilometer. (Oke)