1

Target Cadangan Beras Nasional 2,4 Juta Ton dari Petani

Kabar6-Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ditarget bisa terpenuhi sebanyak 2,4 juta ton yang dibeli dari petani Indonesia, saat panen raya tiba pada Maret hingga Mei 2023 nanti.

“Dapat perintah dari negara, untuk menyimpan CBP 2023 ini 2,4 juta ton. Nanti penyerapannya semua dari produksi dalam negeri. Itu kita bisa menyerap 70 persen dari produksi,” ujar Dirut Bulog, Budi Waseso, di Polda Banten, Jumat (10/02/2023).

Kemudian, gandum asal petani Indonesia juga akan diserap oleh Bulog, sebagai cadangan makanan nasional. Panen raya gandum diprediksi terjadi pada Juli hingga Agustus 2023 mendatang.

“Sisanya yang 30 persen, kita akan serap pada panen gandum, Juli-Agustus, itu yang akan kita lakukan,” terangnya.

Purnawirawan Kabareskrim ini berharap Indonesia tidak lagi mengimpor beras, karena lahan pertanian masih luas dan tanah yang subur.

Pria yang pernah menjabat Kepala BNN RI serta Kepala Kwartir Pramuka Nasional ini mengatakan kalau dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Indonesia tidak pernah mengimpor beras.

Impor beras yang dilakukan sejak Desember 2022 dan berlanjut pada Januari hingga Februari 2023, diharapkan menjadi yang terakhir kalinya.

“Impor 500 ribu ton cukup sampai disitu, tidak perlu lagi ada import, karena Bulog untuk CBP-nya sudah hampir 5 tahun kita tidak import. Karema kemarin situasinya seperti itu, akhirnya kita impor, tapi situasinya yang memaksa untuk ketersediaan atau ketahanan pangan itu. Mudah-mudahan ke depan kita bisa swasembada, kedaulatan pangan kita,” jelasnya.

**Baca Juga: Dirut Bulog: Stok Beras Ramadhan dan Idul Fitri Aman

Buwas optimis target itu terpenuhi jika cuaca baik dan tidak terjadi bencana alam. Maka pemerintah, terutama lembaga yang khusus menangani sektor pangan harus bekerjasama meningkatkan produksi pertanian di Indonesia.

Strategi harga juga harus dilakukan, agar saat panen raya harga tidak murah. Sedangkan saat paceklik, harga tidak terjun bebas.

“Ini tergantung juga pada produksi kita sendiri seperti apa, tergantung juga dengan cuaca alam seperti apa. Kemudian tergantung juga seperti apa peran pemerintah, dalam hal ini Bulog atau kementrian bagian pangan untuk menanggulangi masalah produksi panen ini,” tuturnya. (Dhi)




Dirut Bulog: Stok Beras Ramadhan dan Idul Fitri Aman

Kabar6-Stok beras selama Ramdhan dan Idul Fitri diklaim aman oleh pemerintah. Sehingga masyarakat diminta tidak khawatir harga mahal dan takut tidak mendapatkan beras.

Ketersediaan itu bahkan diperiksa langsung Presiden Jokowi, saat berkunjung ke Medan, Sumatera Utara (Sumut).

“Stok (beras) Ramadhan dan Idul Fitri aman, kemarin Mendag juga sudah menyampaikan. Kemarin Pak Presiden juga sudah datang ke Medan dan di pasar Medan juga sudah dicek secara keseluruhannya,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, di Polda Banten, Jumat (10/02/2023).

Jika ketersediaan beras tersendat di masyarakat, bisa mempengaruhi inflasi secara nasional. Lantaran beras menjadi patokan bahan makanan utama di Indonesia. Padahal, masyarakat juga mengkonsumsi sagu, jagung, hingga umbi-umbian.

Cadangan Beras Pemerintah (CBP) juga menjadi salah satu tolak ukur ketahanan pangan masyarakat, sehingga harus terjaga ketersediaannya. Jika ketersediaan beras minim, mempengaruhi harganya di pasaran, serta laju inflasi.

**Baca Juga: Waspadai Cuaca Ekstrem di Banten Tiga Hari Kedepan

“Ketika harga meningkat, pasti suplaynya kurang. Kita mengukur segala sesuatunya, kebutuhan pangan pokok beras, maka mau tidak mau tolak ukurnya beras, dipantau oleh BPS juga beras, karena kebutuhannya beras, maka beras ini akan menyumbang inflasi, baik menekan atau meningkatnya inflasi,” jelasnya.

Ketersediaan sembako, terutama bahan pangan di seluruh Indonesia oleh Satgas Pangan yang ada di setiap daerah. Jika ditemukan penyelewengan, akan segera ditindaklanjuti.

“Informasi tentang penyebaran beras ini akan diawasi oleh satgas pangan secara menyeluruh, karena ini sudah jadi tugas pokoknya kepolisian,” terangnya. (Dhi)




Mafia Pengoplos Beras Bulog Raup Keuntungan Fantastis

Kabar6-Keuntungan menggiurkan membuat pengusaha nakal menyelewengkan beras premium subsidi asal Bulog, dengan cara dioplos maupun dikemas ulang dengan merk lain, kemudian dijual kembali dengan harga pasaran.

Mafia beras itu membeli dari Bulog seharga Rp 8.300 per kilogram, setelah dimanipulasi, dijual kembali seharga Rp 12 ribu per kilogramnya. Selisih harga yang mencapai Rp 3.700 tentu menjadi besar jika dikalikan dengan 350 ton beras Bulog yang diselewengkan oleh para pengusaha nakal tersebut.

Hasil pengungkapan dari Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Banten, beras Bulog itu dikemas kembali dengan karung bermerk Rojo Lele, SB, PS hingga beras Badak.

“Mereka beli Rp 8.300, langsung diganti bajunya. Dia jual dengan pasar premium yang rata-rata Rp 12 ribu. Di satu sisi perusahaan mendapat untung tapi tidak mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, tidak mempertimbangkan kemampuan masyarakat membeli, mereka hanya mencari keuntungan dan memanfaatkan operasi beras Bulog,” kata Dirut Bulog, Budi Waseso, di Polda Banten, Jumat (10/02/2023).

Bulog sendiri telah mengimpor 500 ribu ton beras dari berbagai negara dan sudah disebar ke 12 provinsi di Indonesia, untuk menurunkan harganya. Namun dimanfaatkan pengusaha nakal untuk meraih keuntungan berlipat dan menyengsarakan masyarakat.

Dirut Bulog mengharapkan pemerintah daerah menyiapkan peraturan untuk mengatur penyaluran dan harga beras, sehingga tidak ada penyelewengan beras subsidi.

“Saya juga bicara dengan Pj Gubernur, dari pelajaran ini kita harus mulai mengatur bagaimana melakukan pengawasan secara menyeluruh ke depan. Kalau tidak ini akan terus berulang,” jelasnya.

**Baca Juga: Budi Waseso Geram Ulah Mafia Beras

Purnawirawan Jenderal bintang tiga itu menyerahkan seluruh proses penyidikan ke Polda Banten, agar mengusut tuntas kasus penyelewengan beras subsidi oleh para mafia. Dirut Bulog meyakini polisi mampu menanganinya hingga tuntas.

Bahkan beras Bulog itu diperkirakan bakal lari ke luar negeri, sehingga makin mempersulit masyarakat yang membutuhkan beras sebagai bahan pangan pokoknya.

“Negara ini berusaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya, tapi ada oknum yang memanfaatkan. Bahkan beras Bulog ini juga diduga akan diekspor ke luar negeri oleh oknum pengusaha beras. Nanti yang akan mendalami dari pihak kepolisian,” terangnya. (Dhi)




Budi Waseso Geram Ulah Mafia Beras

Kabar6-Dirut Bulog Geram akan kelakuan mafia beras yang menyelewengkan beras subsidi, karena membuat harga mahal di pasaran dan menyusahkan masyarakat. Satgas Pangan Ditreskrimsus Polda Banten saja berhasil mengungkap penyelewengan beras sebanyak 350 ton.

Beras Bulog itu ada yang dioplos, lainnya ada yang di bungkus ulang, kemudian dijual dengan harga premium senilai Rp 12 ribu per kilogram atau melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah. Akibatnya, masyarakat terbebani dengan harga yang mahal.

Ulah mafia beras itu berakibat operasi pasar Bulog tidak mampu menekan harga di pasaran. Karena beras Bulog yang mereka beli, di ubah sedemikian rupa dan dijual dengan harga tinggi.

“Beras mahal, bahkan sampai Rp 12 ribu, tugas Bulog sampai melakukan operasi pasar untuk intervensi supaya harganya lebih murah, karena ini kalau tidak memunculkan inflasi yang tinggi,” ujar Dirut Bulog, Budi Waseso, di Polda Banten, Jumat (10/02/2023).

**Berita Terkait: Mafia Pengoplos 350 Ton Beras Bulog Diringkus Polda Banten

Purnawirawan jenderal bintang tiga itu menyerahkan penanganan penyelewengan beras ke polisi. Dia percaya penegak hukum bisa menyelesaikan kasus tersebut secara profesional dan mengusutnya hingga tuntas.

Buwas menginginkan hukuman berat diberikan ke pelaku penyelewengan beras subsidi, karena menyusahkan masyarakat dan menyebabkan inflasi secara nasional.

“Dimana dimulainya pelanggaran, pasti akan diusut kepolisian. Kalau pemikiran saya, ini soal pangan tidak boleh main-main, walaupun soal hukuman ringan, tapi ini dampaknya, ini masalah kehidupan, masalah perut. Jika ini kejahatan mafia yang berbahaya bagi negara, bisa dikenakan Undang-undang (UU) subfersif,” jelasnya.

Meski telah operasi pasar dan mengimport 500 ribu ton, namun harga beras masih mahal. Buwas pun mengaku curiga dan memprediksi adanya kecurangan di pasaran. Padahal Bulog menjual ke pasaran dengan harga dikisaran Rp 8.300 per kilogramnya.

Bahkan dia mendapatkan informasi adanya pengiriman beras Bulog ke Atambua, Kabupaten Belu, NTT secara ilegal yang nantinya akan dijual dengan harga mahal.

Tak hanya itu, beras impor Bulog juga akan di ekspor ke luar negeri yang diduga kuat dilakukan oleh pengusaha beras Indonesia.

“Bahkan beras dari Cipinang itu, hari ini bisa jalan sampai Atambua, dan itu dijual dengan harga yang sangat mahal. Ada indikasi beras ini akan diselundupkan ke Timor Leste,” terangnya.(Dhi)