1

Begini Cara Puslabfor Deteksi Gorong-gorong Maut di Cipondoh

Kabar6.com

Kabar6-Puslabfor Mabes Polri mengendus ada kandungan zat berbahaya pada permukaan gorong-gorong di kawasan Taman Royal, Cipondoh, Kota Tangerang. Di saluran jaringan telekomunikasi itu tiga pegawai Telkom dan dua orang warga ditemukan tewas.

“Gas berbahaya lebih berat dari udara,” kata Kasubbid Toksikologi Lingkungan, Kompol Faizal Rachmad di lokasi perkara, Jum’at (8/10/2021).

Polisi membongkar kembali tutup lubang gorong-gorong. Tim Puslabfor telah melakukan pemeriksaan sampel udara dan air dari dalam gorong – gorong saluran kabel.

“Alat drager (digunakan) untuk deteksi gas yang kami ambil adalah sampel air dan sampel udaranya,” jelas Faizal.

Pantauan di lokasi, petugas Puslabfor sempat beberapa kali memeriksa dengan alat drager dengan cara menurunkan alat tersebut ke dalam saluran gorong- gorong.

**Baca juga: Penyebab Kematian Lima Orang dalam Gorong-gorong di Tangerang

Alat tes juga sempat mengeluarkan bunyi suara setelah dimasukan ke dalam gorong – gorong itu lalu alat itu diangkat kembali.

“Adalah gas berbahaya, untuk konsentrasi dan jenis gasnya akan kami periksa di Lab Puslabfor,” jelasnya.(Eko)




Deteksi Dini Ancaman Keamanan, 30 WBP Rutan Kelas I Tangerang Dipindah

Kabar6.com

Kabar6 – Sebanyak 30 warga binaan pemasyarakatan (WBP) Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Tangerang dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Serang, Jumat (5/2/2021), siang.

Pemindahan puluhan WBP ini dalam rangka melaksanakan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) RI Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan dan Peningkatan Pemasyarakatan dan Peningkatan Pembinaan Terhadap Narapidana.

Kepala Rutan Kelas I Tangerang, Fonika Affandi mengatakan pemindahan tersebut dilakukan kepada warga binaan yang sudah inkrah dan berhukuman tinggi.

“Pemindahan 30 warga binaan tersebut sebagai upaya deteksi dini terhadap hal-hal yang bisa menjadi ancaman gangguan keamanan dan ketertiban serta sebagai salah satu upaya mengatasi over kapasitas di Rutan Kelas I Tangerang ini,” kata Fonika, Sabtu (6/2/2021).

Fonika menambahkan, selain untuk mengatasi over kapasitas pemindahan tersebut merupakan wujud komitmen tegas perang terhadap narkoba dari jajaran Ditjen Pemasyarakatan Kemkumham, juga sebagai bagian upaya deteksi dini terhadap hal-hal yang bisa menjadi ancaman dan gangguan keamanan dan ketertiban di lapas.

“Seluruh jajaran Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, mulai dari pimpinan tertinggi hingga pelaksana di bawahnya tidak main-main dan berkomitmen penuh dalam pelaksanaan program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN),” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pengamanan Rutan Kelas I Tangerang, Dedy R Sirait mengataka, pemindahan dilakukan sesuai prosedur dan tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) Covid-19.

**Baca juga: Program Jumat Peduli Digelar di Masjid Al-Latif Polresta Tangerang

“Tentunya sebelum napi tersebut dikirim ke Lapas Kelas IIA Serang, prosedurnya sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan, hal tersebut juga dilakukan guna meminimalisir penyebaran Covid-19 di dalam Rutan,” singkatnya. (Vee)




Para Ilmuwan Latih Sejumlah Anjing Agar Mampu Mengidentifikasi Malaria

Kabar6-Para ilmuwan di Universitas Lancaster, Inggris, melatih sejumlah anjing untuk mengendus penyakit, terutama malaria. Hal ini juga pertujuan sebagain upaya untuk mencegah penyebaran penyakit.

Dalam studi yang dilakukan para ilmuwan itu, melansir Telegraph, anak-anak di Ghana yang sebagian mengidap malaria dan sebagian tidak, diberi kaus kaki untuk dikenakan selama satu malam. Anjing-anjing tadi dilatih untuk mengidentifikasi kaus kaki yang mengandung parasit malaria. “Ada banyak bukti bahwa orang-orang yang mengidap parasit malaria, mengeluarkan bau tertentu. Bau badan mereka berbeda dari orang lain, dan yang lebih penting lagi, nyamuk-nyamuk lebih suka menggigit orang yang mengidap malaria. Apabila nyamuk bisa, kenapa anjing tidak?” kata Steve Lindsay dari Universitas Durham.

Hasilnya, anjing-anjing yang dilatih oleh tim deteksi medis mampu mengidentifikasi malaria dengan benar sebanyak 70 persen. Dikatakan Lindsay, ini bisa menghasilkan cara-cara baru dan efektif untuk menghentikan penyebaran Malaria.

“…maka apabila kita semakin dekat menuju pemberantasan malaria dan berupaya menemukan hot spot dan siapa yang terinfeksi, daripada memeriksa semua orang, anjing-anjing itu mungkin cukup efektif untuk dikerahkan ke desa-desa dan mencari orang-orangnya,” ungkap Lindsay.

Dikatakan Lindsay, anjing telah berada di garis depan untuk mendeteksi penyakit dan barang ilegal, tapi mungkin juga bisa mendeteksi penyakit lainnya. “Mitra-mitra kerja saya, orang-orang yang menangani anjing telah bekerja dengan anjing mereka untuk mendeteksi kanker dan penyakit Parkinson,” urainya.

Ditambahkan, “Dan mereka sebenarnya juga punya anjing pemberi peringatan yang bekerja dengan para pasien diabetes, jadi saat para pasien mengalami hipoglikemia, anjing-anjing itu bisa memperingatkan pasiennya.” ** Baca juga: Tanpa Kepala, 5 Orang Ini Bisa Bertahan Hidup Beberapa Saat

Tim deteksi medis juga bekerjasama dengan Universitas MIT untuk menciptakan semacam E-nose yang bisa memiliki kemampuan seperti anjing, tapi dia mengatakan hidung anjing sangat sensitif sehingga teknologi itu belum bisa menandingi kemampuan hewan tersebut.(ilj/bbs)




Para Ilmuwan Kembangkan Sistem yang Dapat Deteksi Kebohongan Seseorang

Kabar6-Para ilmuwan telah mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi ekspresi mikro manusia dan mengetahui jika seseorang berbohong. Sistem ini dikembangkan oleh para peneliti dari University of Maryland dan Dartmouth College, Amerika Serikat. Diharapkan, sistem AI ini dapat segera digunakan dalam ruang sidang.

Sistem AI ini diberi nama DARE (Deception Analysis and Reasoning Engine). Dilansir standard.co.uk, para peneliti melatih sistem tersebut dengan menggunakan video orang-orang di ruang sidang. Dr Zhe Wu, pemimpin riset, mengatakan bahwa selain penglihatan, AI ini menggunakan sistem pengklasifikasi yang dilatih menggunakan video untuk memprediksi ekspresi mikro manusia.

Klasifikasi ekspresi berbohong dapat dikenali dengan lima tanda yaitu mengerutkan kening, mengangkat alis, sudut bibir terangkat ke atas, mulut agak manyun, dan kepala suka menoleh.

Setelah menonton 15 video di ruang sidang, DARE kemudian diuji dengan satu video untuk menentukan apakah ia dapat mendeteksi kebohongan. Hasilnya, tingkat akurasi setinggi 92 persen, jauh lebih baik dibanding manusia yang hanya mampu mencapai 81 persen saja. ** Baca juga: 2 Bocah Ini Sukses Terbangkan Mainan Astronot 3 Kali Lebih Tinggi dari Pesawat Terbang

Tahun lalu, sebuah penelitian dengan menganalisis fitur wajah yang melibatkan 1.856 wajah pria, 730 di antaranya adalah penjahat, diujikan kepada AI. Hasilnya menunjukkan validitas yang baik. Hanya saja penelitian tersebut menjadi kontroversi.(ilj/bbs)