1

Termakan Hoaks, Ibu dan Anak di Inggris Minum Urine Sendiri untuk Cegah COVID-19

Kabar6-Hal konyol dilakukan seorang ibu beserta keempat anaknya gara-gara percaya hoaks yang beredar perihal COVID-19. Keluarga yang tinggal di London, Inggris, ini nekat minum urine mereka sendiri, karena percaya hal itu dapat mencegah COVID-19.

Kepada petugas kesehatan, melansir standard, perempuan yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa dia telah mengikuti saran menyesatkan dalam video yang diterima melalui layanan pesan WhatsApp. Ia nekat minum urine sendiri yang mengandung konsentrasi racun tinggi, selama empat hari.

Ya, perempuan ini mengaku tidak percaya dengan vaksin virus Corona, dan lebih memilih mengandalkan ‘pengobatan tradisional’.

Kasus ini menyoroti ketakutan di antara pembuat kebijakan di seluruh dunia tentang bagaimana informasi palsu dapat berdampak pada penggunaan vaksin COVID-19.

Perempuan itu mengungkapkan, dia yakin bahwa pendiri Microsoft Bill Gates dan sang istri, Melinda, akan meluncurkan vaksin dan obat-obatan yang menimbulkan bahaya bagi dia dan keluarganya. Hal itu dikatakan kepada para peneliti yang mensurvei penduduk London tentang informasi dan dukungan yang mereka terima setelah gelombang pertama pandemi.

Diketahui, beberapa video membahas tentang meminum urine sendiri setiap pagi menjadi obat untuk COVID-19. ** Baca juga: Bocah 12 Tahun di Inggris Nekat Telan 54 Bola Magnet Agar Logam Bisa Menempel ke Tubuhnya

Sementara penelitian yang dilakukan oleh organisasi Healthwatch Central West London, juga menemukan stigma terkait dengan tertular virus Corona baru di beberapa komunitas, yang ditambah dengan kurangnya kepercayaan pada saluran informasi ‘resmi’, menghadirkan masalah yang perlu disoroti dan ditangani.(ilj/bbs)




Peneliti Inggris Sebut Sejumlah Hewan yang Berpotensi Sebarkan COVID-19 di Masa Depan

Kabar6-Studi dengan menggunakan teknologi AI dilakukan peneliti Inggris untuk mengetahui apakah ada kemungkinan kucing, kelinci, dan landak menjadi sumber penyebaran COVID-19 di masa depan.

“Kami ingin tahu dari mana datangnya virus Vorona berikutnya,” kata Dr Marcus Blagvore, ahli virologi Universitas Liverpool. ** Baca juga: Tiongkok Bangun Antena Raksasa yang Bakal Tangkap Data dari Mars dari Jarak 250 Juta Mil

Temukan yang diterbitkan dalam Nature Communications, melansir Okezone, menggambarkan bagaimana kecerdasan buatan digunakan untuk memprediksi inang hewan yang sebelumnya tidak masuk dalam list dugaan hewan penyebar SARS-CoV2 penyebab COVID-19.

Menurut peneliti, dari 876 spesies mamalia potensial kemungkinan mereka akan menjadi inang virus dari 411 strain baru. Triknya adalah mengurai spesies yang bisa menampung dua strain sekaligus, lalu menciptakan tempat berkembang biak bagi virus mutan yang kuat.

Penelitian sebelumnya mengatakan, rekombinasi sudah diamati pada beberapa spesies ini. Namun menurut ketua peneliti, Dr Maya Wadeh, untuk mengidentifikasi sumber baru bagi strain ‘anakan’ yang belum ditemukan, algoritme tersebut mendasarkan penilaiannya pada kesamaan biologis antara inang yang diketahui dan spesies terkait.

“Kami dapat memprediksi spesies mana yang memiliki peluang banyak virus corona untuk menginfeksi mereka,” kata Dr Wadeh. “Entah karena mereka sangat dekat hubungannya dengan spesies yang diketahui membawa virus Corona atau karena mereka berbagi ruang geografis yang sama.”

Para ilmuwan berharap, temuan ini akan membantu mendorong pemantauan yang lebih menyeluruh tentang bagaimana dan di mana alam liar bertemu dengan dunia manusia.

Hal ini karena para peneliti menunjukkan bahwa penyebaran virus dari hewan ke manusia sebagian besar adalah hasil dari aktivitas manusia yang sembrono.(ilj/bbs)




Kelompok Kriminal di Meksiko Mulai Produksi Vaksin COVID-19 Palsu

Kabar6-Kementerian Keamanan dan Perlindungan Sipil Meksiko mengungkapkan, pihaknya telah menangkap sebuah kelompok beranggotakan enam orang yang membuat vaksin palsu. Mereka ditangkap di negara bagian Nuevo Leon, di timur laut Meksiko.

“Vaksin palsu telah disita di Nuevo Leon. Penggunaan jenis vaksin ini mengancam kesehatan masyarakat,” demikian pernyataan Kementerian Keamanan dan Perlindungan Sipil Meksiko. ** Baca juga: Sebuah Desa Kecil di Jerman Laku Seharga Sekira Rp2,2 Miliar

Pihak Kementerian, melansir abcnews, juga meminta warga Meksiko untuk waspada dan hanya menerima vaksin di rumah sakit dan di tempat-tempat yang telah ditunjuk oleh pemerintah saja. Terkait dengan vaksin, Meksiko mengatakan bahwa proses pendistribusian vaksin lebih menguntungkan negara-negara kaya.

Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan bahwa delegasi Meksiko untuk PBB akan mengajukan pengaduan di Dewan Keamanan (DK) PBB tentang ketidaksetaraan dan ketidakadilan dalam proses distribusi vaksin.

“Negara-negara yang memproduksi (vaksin) memiliki tingkat vaksinasi yang lebih tinggi dan Amerika Latin, dan Karibia memiliki tingkat vaksinasi yang jauh lebih sedikit. Kami akan naikkan ke DK PBB karena tidak adil,” ujar Ebrard.(ilj/bbs)




Listrik Padam di Brasil Bisa Sebabkan Ratusan Dosis Vaksin COVID-19 Dibuang

Kabar6-Program vaksinasi yang sedang berjalan di Kota Rio de Janeiro, Brasil, sepertinya akan mengalami hambatan, setelah ratusan dosis vaksin COVID-19 terancam dibuang karena rusak akibat dampak dari pemadaman listrik di kota tersebut.

Sebanyak 720 dosis vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech, melansir Yahoonews, kemungkinan rusak karena suhu tempat penyimpanan tak sesuai persyaratan akibat listrik padam. Vaksin-vaksin tersebut disimpan di rumah sakit federal kawasan Bonsucesso.

Surat kabar pemerintah melaporkan, direktur rumah sakit langsung diberhentikan terkait kejadian ini. Pejabat otoritas kesehatan Rio de Janeiro masih memeriksa apakah masih ada vaksin CoronaVac yang bisa digunakan.

“Kami menyadari hal ini dan memprihatinkan. Kami sedang membuat solusi untuk memperkuat aturan dan protokol,” jelas Carlos Alberto Chaves, Menteri Kesehatan Negara Bagian Rio de Janeiro.

Diketahui, Brasil bergantung pada vaksin buatan Tiongkok tersebut. Negara Amerika Latin itu juga sudah menerima dua juta dosis vaksin AstraZeneca asal Inggris yang segera digunakan. ** Baca juga: Berniat Prank dengan Berpura-pura Merampok, Seorang YouTuber Ditembak Mati

Presiden Brasil Jair Bolsonaro berjanji mempercepat vaksinasi bagi semua masyarakat, meskipun dia sendiri menolak disuntik. Upaya itu dilakukan di tengah penyediaan vaksin yang tidak merata dan gelombang infeksi kedua.

Para kritikus mengatakan, peluncuran vaksin yang lambat menjadi masalah baru penanganan pandemi COVID-19 di Brasil.(ilj/bbs)




Penyelidik WHO Klaim Tiongkok Tolak Serahkan Informasi Penting Perihal COVID-19

Kabar6-Seorang ahli penyakit menular dari Australia bernama Dominic Dwyer, menyebutkan bahwa otoritas kesehatan Tiongkok tidak menyerahkan hasil penelitian yang lengkap saat WHO meminta data mentah perihal pelacakan pasien COVID-19. Mereka hanya memberikan ringkasannya saja.

Dwyer mengatakan, berbagi data mentah itu sudah menjadi praktik standar dalam penyelidikan wabah. Data mentah yang dianonimkan tersebut, melansir theguardian, sangat penting karena sejauh ini baru setengah dari total 174 kasus awal yang ditemukan di pasar tradisional Wuhan, tempat COVID-19 pertama kali terdeteksi.

“Itu sebabnya kami bersikeras meminta itu. Mengapa itu tidak diserahkan, entahlah, saya tidak bisa berkomentar. Apakah itu terkait politik, atau waktu, itu rumit,” terang Dwyer.

Pemimpin tim ahli, Peter Ben Embarek, dalam konferensi pers beberapa waktu lalu mengungkapkan, virus Corona kemungkinan besar memang berasal dari hewan. Namun butuh prosedur sangat panjang dan berbelit-belit untuk memastikan hal itu.

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, sebelumnya juga meminta Tiongkok membuka data penting di hari-hari pertama merebaknya virus Corona. Sullivan juga meminta agar kerja tim ahli WHO tidak dipengaruhi tekanan otoritas setempat.

“Kami prihatin dengan temuan awal penyelidikan COVID-19. Laporan ini harus independen, temuan ahli harus bebas dari intervensi dari Pemerintah China,” ujar Sullivan. ** Baca juga: Diminta Mundur Sebagai Direksi Gara-Gara Terlalu Cantik

Dalam penyelidikan selama hampir sebulan di Wuhan, kinerja tim WHO sangat dibatasi. Selain tidak diberikan akses data kontak pasian, mereka juga dilarang berkomunikasi pada masyarakat setempat, dengan alasan pembatasan COVID-19.

Namun, tidak semua tim setuju Tiongkok merahasiakan segala sesuatu. Peter Daszak, anggota tim ahli lainnya yang juga Presiden EcoHealth Alliance, mengaku tak mengalami kendala.

“Sebagai koordinator penelitian hewan/lingkungan, saya rasa rekan-rekan di Tiongkok dapat dipercaya dan terbuka. Kami mendapat akses ke seluruh data yang baru dan penting,” katanya.

Benarkah demikian?(ilj/bbs)




Nyaris Setahun Koma, Saat Siuman Remaja Inggris Ini Tidak Tahu Dunia Tengah ‘Berperang’ Melawan COVID-19

Kabar6-Joseph Flavill (19) mengalami koma nyaris selama setahun, karena menderita trauma otak, akibat ditabrak mobil di Kota Burton on Trent, Inggris, pada 1 Maret 2020 lalu.

Kecelakaan yang dialami Flavill ini kebetulan terjadi tiga pekan sebelum Inggris memberlakukan lockdown nasional pertama. Karena itulah, melansir theguardian, saat siuman dari komanya, Flavill itu tidak menyadari kalau dunia sedang bergulat dengan pandemi COVID-19. Tidak hanya itu, Flavill ternyata sudah terinfeksi virus Corona dua kali selama koma.

Selama koma, pemuda ini tak bisa didampingi keluarga terkait aturan pembatasan kontak dengan pasien. Jadi, keluarga hanya bisa memnantau kondisi Flavill melalui video.

“Baru-baru ini Flavill mulai menunjukkan tanda-tanda kecil pemulihan, membuat kami sangat senang. Kami tahu sekarang dia bisa mendengar, dia bisa merespons perintah kecil,” kata Sally, tante Flavill.

Ditambahkan, “Ketika kami mengatakan ‘Joseph, kami tidak bisa bersamamu, tapi kamu aman, ini tidak akan lama’, dia mengerti, mendengar, tapi tidak bisa banyak berkomunikasi.”

Flavill telah bisa memberi isyarat ‘iya’ dengan sekali kedipan dan ‘tidak’ dengan dua kedipan. “Saya tidak tahu bagaimana Joseph akan memahami cerita tentang lockdown ini,” ujar Sally. ** Baca juga: Saat Rayakan Ulang Tahun ke-50, Supermarket di Islandia Kirim Chicken Nugget ke Luar Angkasa

Diketahui, Flavill adalah olahragawan yang rajin berlatih sebelum kecelakaan. Saat ini Flavill masih dirawat di pusat perawatan di Stoke on Trent. Untuk membantu pemulihan jangka panjang, keluarga berupaya dengan membuat penggalangan dana secara online.(ilj/bbs)




Sejumlah Supermarket di AS Bayar Pegawainya yang Mau Divaksin COVID-19

Kabar6-Pemberian vaksin COVID-19 di banyak negara nyatanya tak disambut positif semua orang. Hal itu juga yang membuat setidaknya ada empat 4 jaringan supermarket di Amerika Serikat, mengumumkan akan membayar pegawainya yang mau diberi vaksin COVID-19.

Keempat supermarket yang dimaksud adalah Dollar General, Instacart, Trader Joe’s, dan Aldi. “Sejak awal pandemi, seluruh tim Aldi telah bekerja untuk menjaga gerai tetap aman dan penuh, dan melayani masyarakat tanpa gangguan. Menyediakan akomodasi sehingga karyawan dapat menerima vaksin penting ini adalah salah satu cara kami dapat mendukung mereka,” ungkap CEO Aldi Amerika Serikat, Jason Hart.

Langkah serupa, melansir Npr, juga diumumkan Trader Joe’s. Perwakilan perusahaannya mengatakan pegawai akan mendapat tambahan upah dua jam kerja untuk tiap dosis vaksin yang mereka terima. Tak berbeda, pegawai Dollar General juga akan dibayar jika ikut vaksin COVID-19. Pihak perusahaan akan memberikan upah satu kali yang setara dengan empat jam waktu kerja mereka.

Bukan hanya untuk kasir, pegawai yang dimaksud Dollar General juga termasuk tim distribusi dan transportasi. Sementara itu, layanan pengiriman bahan makanan, Instacart juga mengeluarkan program ‘Imbalan Dukungan Vaksin’.

Hal ini mulai berlaku penuh sejak 1 Februari 2021 lalu. ** Baca juga: Hanya Bermodalkan Stiker, Seorang Nenek di Jepang Tipu Supermarket

Program ini ditujukan untuk mitra mereka. “Mitra yang memenuhi syarat akan menerima USD 25 untuk memastikan, ketika waktunya tiba, Anda tidak harus memilih antara mendapatkan penghasilan atau mendapatkan vaksinasi,” terang pihak Instacart.

Tentu saja Instacart berharap hal ini bisa melindungi mitra mereka sekaligus menjaga operasional perusahaan tetap berjalan dan pelanggan merasa aman.(ilj/bbs)




Ilmuwan Inggris Kembangkan Masker yang Diklaim Mampu Bunuh Virus Corona dalam Waktu 1 Jam

Kabar6-Pakar Universitas Cambridge mengembangkan masker berteknologi DiOX, menggunakan senyawa disinfektan organik dalam tekstil. Masker dilapisi zat yang bisa membunuh virus Corona baru.

Lapisan tak terlihat itu akan menyerang virus termasuk varian Inggris dan Afrika Selatan yang lebih menular, dengan cara memecahkan lapisan luarnya.

Tes laboratorium, melansir Businesstoday, menunjukkan bahwa masker antivirus mampu membunuh 95 persen patogen dalam satu jam, sementara serangga kecil akan mati setelah 4 jam. Zat itu juga bisa melawan Corona varian baru yang bermutasi dengan cepat karena tidak terpengaruh perubahan lonjakan protein.

Masker dapat digunakan kembali dan dicuci hingga 20 kali, namun kemanjurannya akan berkurang setelah beberapa kali dibersihkan.

Dosen senior dari Departemen Teknik Kimia dan Bioteknologi Universitas Cambridge bernama Graham Christie mengatakan, zat antivirus dalam lapisan masker membunuh virus dengan menembus membran pelindung luar. Tidak seperti bagian tubuh lainnya dari virus, membran tetap sama pada semua jenis mutasi.

“Faktanya, Anda dapat mengubah seluruh genom virus dan itu tidak akan berpengaruh pada lapisan luar. Kami berharap melihat respons yang sama terlepas dari jenis virus corona-nya karena secara struktur semuanya sangat mirip,” terang Christie. ** Baca juga: Ibu Muda di Meksiko Ini Shock Karena Warna ASI Miliknya Berubah Jadi Hijau

Masker itu diuji terhadap virus corona MHV-A56, yang struktur dan genetiknya mirip dengan Covid-19. Sementara Andy Middleton, pendiri LiquidNano, perusahaan yang mendanai penelitian tersebut, mengungkapkan apa yang dilakukan para ahli Cambridge mengikuti standar industri untuk pengujian virus pada material.

“Itu juga membuat beberapa adaptasi guna memberikan relevansi yang lebih dengan dunia nyata,” ujarnya. “Kami telah menggunakan zat antivirus yang terbukti dan mengembangkannya untuk bahan kain guna membuat masker yang ramah pengguna.” (ilj/bbs)




Kucing dan Anjing Peliharaan di Korsel akan Jalani Tes COVID-19 Saat Tunjukkan Gejala

Kabar6-Pemerintah Kota Seoul, Korea Selatan (Korsel), akan melakukan test COVID-19 kepada kucing dan anjing peliharaan apabila menunjukkan gejala yang mengarah pada virus tersebut.

Kebijakan itu dibuat, melansir Newssky, beberapa minggu setelah Korsel melaporkan kasus COVID-19 pertamanya pada hewan, yakni seekor anak kucing. Hanya hewan peliharaan yang menunjukkan gejala seperti demam atau kesulitan bernapas setelah tertular manusia yang terinfeksi COVID-19 yang akan dites. Hewan peliharaan harus dikarantina di rumah jika dinyatakan positif terkena virus.

Menurut Park Yoo-mi, seorang pejabat pengendalian penyakit dalam sebuah konferensi pers virtual, hewan peliharaan tidak perlu dirawat di fasilitas isolasi karena tidak ada bukti bahwa COVID-19 dapat menyebar antara manusia dan hewan peliharaan.

Tetapi jika pemilik hewan peliharaan dirawat di rumah sakit karena COVID-19, atau terlalu sakit atau terlalu tua untuk merawatnya, hewan tersebut akan dikarantina di fasilitas yang dikelola pemerintah kota.

Di Korsel, pasien COVID-19 umumnya ditempatkan di fasilitas karantina jika tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit. Park mengingatkan warga untuk menjaga hewan peliharaan mereka ‘setidaknya dua meter dari orang dan hewan peliharaan lainnya saat berjalan-jalan’.

Diketahui, awal bulan lalu seekor anak kucing yang ditemukan di fasilitas keagamaan di kota tenggara Jinju terinfeksi COVID-19. Otoritas kesehatan mencurigai bahwa seorang ibu dan putrinya yang tinggal di fasilitas itu, telah menularkan virus corona ke anak kucing tadi. Keduanya dinyatakan positif COVID-19.

Para ahli sebelumnya mengatakan sangat tidak mungkin seekor anjing atau kucing dapat menularkan virus ke manusia, meskipun penelitian telah menunjukkan bahwa kucing mungkin dapat membawa virus itu dan menularkannya ke kucing lain. ** Baca juga: Sudah Punya 11 Momongan, Istri Jutawan di Georgia Ingin Punya 100 Anak Lagi

Secara global, beberapa hewan peliharaan dinyatakan positif terkena virus, meskipun kasus seperti itu umumnya cukup jarang. Bulan lalu, dua gorila di Taman Safari Kebun Binatang San Diego tertular COVID-19 dari seorang pawang manusia, merupakan kasus infeksi pertama yang diketahui pada kera.

Virus juga telah ditemukan di sejumlah hewan liar lainnya, termasuk singa dan harimau di Kebun Binatang Bronx di New York, dan singa di Kebun Binatang Barcelona, Spanyol.(ilj/bbs)




Pandemi, Festival Film di Skandinavia Hanya Ditonton Satu Orang

Kabar6-Meskipun dunia masih mengalami pandemi Corona, festival film terbesar di Skandinavia tetap berlangsung tahun ini. Hal yang berbeda, festival itu akan diselenggarakan di pulau terpencil dan hanya menerima satu penonton.

Dan dari 12 ribu pelamar, melansir Insider, seorang perawat asal Swedia dan penggemar film bernama Lisa Enroth (41) terpilih untuk datang ke Festival Film Gothenburg 2021. Enroth akan menghabiskan waktu sepekan di pulau terpencil bernama Pater Noster untuk menonton film.

“Dalam perawatan kesehatan, saya tampaknya menghabiskan waktu lama untuk mendengarkan, menguji, dan menghibur. Saya merasa seperti kehabisan energi,” ujar Enroth.

Pater Noster, pulau di perbatasan barat Swedia itu terkenal dengan mercusuarnya. “Angin, laut, kemungkinan menjadi bagian dari realitas yang sangat berbeda selama sepekan, semua ini sangat menarik,” terang Enroth.

Ia berencana akan menyimpan video harian yang akan muncul di situs web festival. ** Baca juga: Kalah Telak, Seorang Istri Skakmat Suaminya yang Minta Upah Membantu di Dapur

“Rasanya benar sekali dapat memberikan pengalaman unik ini kepada salah satu dari banyak pahlawan sistem perawatan kesehatan yang semuanya bekerja keras melawan COVID-19,” jelas Mirja Wester, CEO festival.

Sebuah pengalaman tak terlupakan.(ilj/bbs)