1

Kakek dan Nenek Ini Butuh Bantuan, Dibanding Kisruh Politik

Kabar6-Ditengah hingar bingar perpolitikan nasional, masyarakat dilapisan paling bawah masih banyak yang membutuhkan kerja nyata dan uluran tangan. Seperti yang dialami Ibrahim dan Jasimah, mereka tak mengerti politik, yang mereka tahu, cara bertahan hidup setiap hari dan dapur tetap ngebul untuk mengisi perutnya yang lapar.

Ibrahim sudah tak muda lagi, kini usianya 71 tahun. Kakek sepuh itu tinggal bersama istrinya yang sudah renta, Jasimah namanya dan berusia 52 tahun. Perjuangan mereka tak mudah, karena harus merawat anaknya yang mengalami gangguan jiwa.

Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, secara bergantian mereka mengemis di sekitar Pontang maupun Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Rumahnya pun sudah tidak layak huni, karena rusak dibanyak titik. Bahkan sempat runtuh, karena tak memiliki biaya untuk merenovasinya.

Mereka tinggal di Kampung Legon, Desa Sujung, Kecamatan Tirtayasa, sebuah permukiman di bagian Utara Kabupaten Serang, Banten.

“Rumahnya udah reot udah banyak bangunan yang rusak, karena rumahnya bangunan lama. Rumahnya juga sebagian roboh karena udah gak kuat,” ujar Jasimah, dalam bahasa Jawa Serang atau Jaseng, ditemui di kediamannya, Senin, 19 Februari 2024.

Meski di usia renta, mereka harus terus mencari sebutir beras untuk makan keluarga. Sebelum jadi pengemis, baik Ibrahim maupun Jasimah bekerja sebagai buruh serabutan, seperti menjadi kuli cuci, dengan penghasilan sekitar Rp 25 ribu per hari. Kian hari, mereka sulit mencari nafkah dengan bekerja. Sehingga memaksanya menjadi pengemis.

Bahkan hasil mengemis pun kerap tak cukup untuk makan mereka sehari-sehari. Ditambah, usia yang sudah renta, membuat gerak Jasimah dan Ibrahim terbatas, karena tenaga tak sekuat saat masih muda dulu.

“Jangankan buat bangun rumah, buat makan sehari-hari aja mengandalkan pemberian dari orang dermawan, ibu juga kadang kuli cuci di rumah tetangga itu pun kalo ada yang minta,” terangnya.

Sebuah kisah dan perjuangan hidup yang harus mereka perjuangkan di masa tua, agar dapur tetap ngebul dan perut terisi meski dengan segala keterbatasan yang ada.

**Baca Juga: Jokowi Sebut Harga Beras Naik Akibat Gagal

“Kepaksa minta bantuan untuk nyambung idup,” tuturnya perlahan.

Kisah hidup Jasimah dan Ibrahim pun sampai ke telinga Pemuda Desa Bersatu, dengan ala kadarnya, mereka memberikan sedikit bantuan berupa beras dan uang tunai. Anak muda ini berharap, sedikitnya bisa meringankan beban kakek dan nenek tersebut.

Sebagai kaum milenial di Serang Utara, mereka sengaja memberikan bantuan setelah pemilu selesai, agar tidak ada motif politik dan terkena semprit pengawas pemilu.

“Kami Pemuda Desa Bersatu melihat kondisi keluarga Bapak Ibrahim, kami berinisiatif dapat mengurangi sedikit beban yang di alami oleh keluarga beliau,” ujar Dadang Sudisman, Koordinator Pemuda Desa Bersatu, Senin, 19 Februari 2024.

Dadang bercerita santunan yang dilakukan Pemuda Desa Bersatu bukan hanya kepada Kakek Ibrahim dan Nenek Jasimah saja. Namun ke sejumlah orang yang memang membutuhkan bantuan di wilayah Serang Utara, Kabupaten Serang, Banten.

“Kami mengetuk pintu sejumlah rumah yang kami anggap pantas kami bantu, khususnya orangtua,” jelasnya.

Proses penghitungan suara sedang dilakukan oleh penyelenggara pemilu. Pemuda Desa Bersatu berharap semua lapisan masyarakat, para capres cawapres, partai politik maupun berbagai masyarakat tidak membuat gaduh. Karena masyarakat dilapisan terbawah yang tidak mengerti politik, bisa menjadi korban.

“Kami harap semua menjaga kedamaian Pemilu 2024. Lebih baik turun kebawah, melihat kondisi masyarakat yang membutuhkan uluran tangan kita semua,” tuturnya.(Dhi)




Iyan, Penderita Paru di Kamurang Atas Ini Butuh Bantuan

Kabar6.com

Kabar6-Namanya Iyan, pemuda kelahiran tahun 1999 ini berprofesi sebagai koki di kawasan bisnis Summarecon, Kabupaten Tangerang.

Namun pada tahun 2020 pemuda ini jatuh sakit dengan vonis penyakit paru sehingga dia pun harus meninggalkan pekerjaannya sebagai koki untuk bertarung melawan penyakitnya.

Tinggal di rumah sangat sederhana, minim ventilasi, peninggalan kedua orang tuanya, di Kamurang Atas RT 004 RW 001, Pakualam, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan, tidak lah membuat Iyan dapat nyaman untuk proses penyembuhan. Namun apa daya, hanya itu yang ditinggalkan kedua orang tua yang disayanginya.

Selain divonis paru, pemuda yatim piatu ini mulai kefikiran untuk biaya hidup sehari-hari, sementara saat itu dia sudah tak lagi tercatat sebagai koki di kawasan Summarecon. Beban fikiran tersebut menambah parah penyakit yang dideritanya.

Akhirnya dia pun pasrah mengandalkan sumbangsih dan rasa kasihan dari warga di lingkungan. Beruntungnya kepedulian warga di lingkungan tempat tinggal Iyan sangat tinggi. Sehingga ia tetap bisa bertahan hidup walau harus terus bertarung melawan penyakit yang makin hari semakin parah.

Pria berperawakan putih dan ceria ini kini tak lagi sama. Kondisinya saat ini tinggal kulit membalut tulang. Begitu pula dengan rambut hitamnya yang lebat kini tak ada lagi.

Sepupu Iyan, Dani Rianto (32) sudah bertahun-tahun tinggal satu atap dengan Iyan. Kata Dani, Iyan itu anaknya rajin dalam bekerja. Namun siapa sangka sosok yang dia kenal sejak kecil tersebut mengalami penyakit paru yang tak kunjung sembuh.

Kabar6.com
Kondisi Iyan saat masih sehat beberapa tahun lalu.(ist)

“Saya juga ikut mengurus Iyan bahu membahu bersama saudaranya. Namun dengan kondisinya saat ini, mau menggerakkan badan saja susah sekali,” kata Dani ke Kabar6.com, Jumat pagi (15/4/22).

Dani menceritakan, ia bersama saudara lainnya selalu memperhatikan kebutuhan Iyan. Dari meminumkan obat, mengganti infus hingga ganti oksigen tabung dilakukannya dengan ikhlas. Yang penting sepupunya itu dapat sembuh seperti sedia kala.

“Saya bersama saudaranya bergantian untuk mengurus Iyan. Dan dari swadaya warga, Iyan dapat terus menggunakan infus dan tabung oksigen,” ujarnya.

Ditanya apakah Iyan sudah berobat ke rumah sakit? Pria berambut gondrong ini mengatakan sudah pernah ke RSU Tangsel kemudian dirujuk ke salah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Timur.

“Udah pernah dirawat di RSU Tangsel kemudian dirujuk ke Jakarta,” jelasnya.

Ketua RT 004 Maat menuturkan, bersama warga Kamurang Atas lainnya, ia selalu memperhatikan kebutuhan Iyan.

“Semua warga Kamurang Atas memperhatikan kebutuhan Iyan. Dan kami semua terus mendukung Iyan agar semangat hidupnya kembali berkobar,” ungkap Maat.

“Kami selalu menanyakan apakah Iyan sudah makan belum, sudah beli obat belum. Seperti itulah yang terus kami lakukan agar Iyan lekas sembuh,” lanjutnya.

Ketua RW 001, Yuana menambahkan, walau yatim piatu, Iyan masih memiliki warga Kamurang Atas yang terus memperhatikan dirinya.

**Baca juga:Tersangka Pemukul Ade Armando Ditangkap di Tangsel, Santri Ponpes: Dhia Minta Maaf ke Seseorang

“Kami terus memperhatikan ke Iyan. Namun kami juga memiliki keterbatasan,” tukas Yuana.

Yuana berharap, agar para dermawan dan pemerintah setempat melalui dinas terkait dapat segera memberikan bantuan yang dibutuhkan Iyan, termasuk untuk kebutuhan sehari-hari.

“Saya berharap ke masyarakat, pemerintah dan para dermawan untuk mengulurkan tangan membantu meringankan beban kehidupan remaja yatim piatu itu, kasihan dia,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Pantauan Kabar6.com di lokasi, kondisi kamar yang ditinggali Iyan tak layak, dibutuhkan renovasi segera agar Iyan dapat istirahat dengan nyaman.(Eka)




Butuh Bantuan, Kondisi Penderita Tumor Ganas di Pandeglang memprihatinkan

Kabar6.com

Kabar6- Kondisi Jakim (25) warga Kampung Bejod, Desa Cikayas Kecamatan Angsana, Kabupaten Pandeglang memprihatinkan setelah menderita benjol di kakinya diduga tumor ganas.

Penyakit yang diderita Jakim itu berawal  timbulnya benjolan dikakinya tiga tahun lalu, Jakim sempet berobat ke RSUD Berkah.

Lantaran sembuh, akhirnya Jakim kerja di Jakarta,  setelah pulang tiba-tiba benjolan itu tumbuh kembali dan cepat membesar.

“Kemudian sempet juga di bawa ke RS Berkah, namun dianjurkan untuk dioprasi ke RS Cipto, namun pihak keliarga memikirkan biayanya darimana, sehingga dibawa pulang ke rumah dan sampai sekarang,” kata Ketua Karang Taruna Beni Madsira, Senin (30/8/2021).

Lantaran prihatin dengan kondisi Jarkim, BKarang Taruna dan KSB Kecamatan Angsana menggelar aksi solidaritas dan penggalangan dana terhadap warga yang tergolong kurang mampu tersebut.

“Kami yang tergabung dalam organisasi kepemudaan Karang Taruna dan relawan KSB Kecamatan Angsana Kabupaten Pandeglang melakukan aksi solidaritas Peduli Jakim dengan cara melakukan penggalangan dana dari para dermawan, hasil penggalangan dana ini kami berikan seutuhnya kepada keluarga Jakim,”ujarnya.

Penggalangan dana yang dilakukan bersama anggotanya dengan cara turun ke jalan wilayah Kecamatan Angsana, hal tersebut dilakukan bertujuan untuk wujud kepedulian kepada sesama.

**Baca juga: Pelajar di Pandeglang Diedukasi Rambu-rambu Lalu Lintas

Menurut Beni,  Jakim adalah tulang punggung keluarga neneknya, dia tinggal sama neneknya yang ekonominya sangat kurang mampu.

” Setelah mendengar kabar kami relawan langsung bergerak penggalangan dana dan komunikasi dengan pihak Charity Banten, dan Charity banten akan membawanya Besok hari Rabu ke RS Banten atau Ke RS Cipto,  kami relawan disini membantu minimal sedikit meringankan biaya hidup nanti selama Jakim ini dirawat dirumah Sakit,” tandasnya.(aep)




Bayi Mengidap Hidrosefalus Ditinggal Pergi Ibunya di Sepatan Butuhkan Bantuan

Kabar6.com

Kabar6-Bayi berusia 1 tahun 10 bulan asal Kampung Pisangan Priuk, RT 03/05, Desa Kayu Agung, Kecamatan Sepatan yang bernama Muhammad Yasir mengidap hidrosefalus sejak lahir. Sang ayah, bernama Yasin berharap adanya bantuan pengobatan.

Yasin mengatakan, nasib malang yang diderita anaknya sudah sejak lahir. Yasir tambah menderita, ketika sang ibu lebih memilih meninggalkan anaknya entah kemana, saat mana sang anak membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

“Yasir hidup tanpa seorang ibu. Padahal ia sangat membutuhkan ibu yang bisa menyusui. Ibunya langsung meninggalkan kami berdua tidak lama setelah istri saya melahirkan anak kami yang dengan kondisi mengidap hidrosefalus,” kata Yasin kepada wartawan, Selasa (17/11/2020).

Dirinya hanya bisa memberikan susu formula kepada anaknya yang malang itu. Saat ini, anaknya diurus dirinya dan ibunya Yasin atau nenek Yasir. “Beruntung, saya punya sosok ibu bagi saya dan nenek bagi anak saya yang mau merawat dengan ikhlas,” keluhnya.

Meski usia ibunya sudah tidak muda lagi, kata dia, kalau tidak ada ibunya pasti bingung siapa yang bisa inten merawat anaknya saat dia pergi kerja. Saat ini, Yasin menganggap kehadiran anaknya adalah anugerah bukannya musibah.

Ia meyakini dia dan orangtuanya diberikan kepercayaan untuk merawat Muhamad Yasir oleh Tuhan yang maha kuasa. “Saat ini Muhamad Yasir hanya bisa berbaring, ” katanya.

Kepala Dusun setempat Ahmad Juroedin mengatakan, bagi warga yang ingin menyisihkan rezeki untuk Muhamad Yasir dipersilakan datang ataupun menghubungi nomor HP 081411122029 atas nama Nuryadi, adik dari Yasin.

**Baca juga: BLT Berkurang 50 Persen, DPMPD Sebut Itu Keputusan Kemendes PDTT

“Alhamdulillah, ibu-ibu PKK Desa Kayu Agung sudah sedikit menyisihkan rezeki untuk anak kita Muhamad Yasir,” tutur Juroedin sambil berharap penyakit yang dialami Yasir dapat disembukan berkat doa dan dukungan masyarakat. (vee)




Viral, Jahran Bekas Tukang Cobek di Serang Butuh Bantuan

Kabar6.com

Kabar6-Jahran, 74 tahun, mendadak viral di media sosial Facebook. Kondisi warga lanjut usia itu sangat memprihatinkan.

Saat di datangi ke rumahnya di Kampung Priuk, RT 05 RW 01, Desa Singamerta, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten, kondisi Jahrani sudah sepuh. Jika ingin beraktifitas saja ia harus merangkang, karena tidak bisa berdiri apalagi berjalan.

Pinggul bagian kanannya cedera usai ditabrak sepeda motor. Sehingga Jahrani sudah tidak kuat lagi untuk beraktifitas normal.

Saat masih sehat dan kuat, Kakek Jahrani merupakan seorang penjual cobek atau ulekan yang terbuat dari batu dan bagian tengahnya berbentuk cekung.

“Pertamanya itu sakit, jualan cobek gitu yah, ketabrak motor. Tapi enggak tanggung jawab yang nabrak nya itu, sudah lama, tiga tahunan. Pas mau di pijit enggak Mang Jahrani nya tuh, tapi berobat mah berobat, pulang ajah udah,” kata Bakriah, 40 tahun, keponakan Jahrani, Jumat (12/06/2020).

Diceritakan, untuk buang air besar dan kecil, Jahrani tidak bisa ke kamar mandi. Dia melakukan segala aktifitasnya di atas kasur. Setiap hari ada dua orang yang mengurusnya secara bergantian, yakni Santijah, 60 tahun, bersama Bakriah.

Teteh Bakriah bertugas memasak dan memberi makan Kakek Jahrani. Sedangkan Nenek Santijah, yang membersihkan tinja, membersihkan rumah dan memandikan kakak nya.

“Emang tinggal sendirian disini mah, enggak mau di temenin. Saudara banyak disekitar sini, di urusin juga sama keluarga, sama warga, gantian aja. Tapi yang tiap hari Teteh (Bakriah) sama Nenek ini (Santijah),” jelasnya.

Santijah, adik dari Kakek Jahrani mengaku bahwa sang kakak mendapatkan bantuan Jaring Pengaman Sosial (JPS) dari Pemrov sebesar Rp 500 ribu, namun tidak bisa di ambil.

**Baca juga: 127 Pegawai Pemrov Banten Jalani Tes Swab Corona.

“Dapet bantuan Corona mah, Rp 500 ribu. Lagi bikin surat kuasa dulu biar bisa di ambil,” kata Santijah, ditempat yang sama. Namun unggahan itu telah dihapus oleh pemilik akun FB bernama Sopia Imaliawati.

Dalam status FB itu, Sopia kemudian mengunggah potongan layar percakapan dengan seseorang yang meminta agar postingan video dan foto Mang Jahrani dihapus.(Dhi)




Pengungsi di Periuk Kota Tangerang Butuh Bantuan Popok Bayi Hingga Selimut

Kabar6.com

Kabar6-Para pengungsi yang terdampak banjir di Gedung Olahraga Total Persada Kelurahan Gembor, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang berharap adanya bantuan berbagai kebutuhan seperti minyak penghangat, selimut sampai dengan popok bayi.

“Disini banyak anak dan bayi kita butuh selimut, popok, minyak telon supaya di pengungsian ini nyaman dan kesehatan tetap terjaga,” harap Meti saat dimintai keterangan, Rabu (5/2/2020).

“Bantuan popok kemarin doang yang dikasih. Kemarin yang dikasih hanya ukuran L dan M tapi kalau untuk anak saya kan gak muat ukurannya XXL, ya kita harus beli sendiri,” tambahnya.

Meskipun sudah menjadi langganan banjir diwilayah tersebut, Meti mengatakan kondisi lingkungan itu membuat dirinya bersama keluarga memilih untuk bertahan. Dia pun mengungkapkan banjir yang melanda begitu besar seperti saat ini terjadi 2015 lalu.

**Baca juga: Bocah Pengungsi di GOR Total Persada Menderita Kejang dan Diare.

“Pengen sih pengen direlokasi tapi karena sejak kecil kita tinggal diwilayah ini jadi nyaman aja. Kita capek banjir terus gini apalagi bersih-bersihnya cukup lama,” katanya.

Agus pengungsi lainnya mengatakan, saat ini para pengungsi mengalami kekurangan air minum dan air bersih serta terserang penyakit.

“Saya aja udah kenah kutu air dari senin kemarin. Disini juga kurang air minum, air bersih juga kurang dan selimut gak ada. Kalau untuk makan banyak,” tandasnya. (Oke)




Menderita Diabetes, Ano Butuh Bantuan

Kabar6.com

Kabar6-Ano (54), Warga Kongsi Baru, RT 02 RW 01, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang harus menahan rasa sakit dari penyakit diabetes yang dideritanya.

Kondisi Ano yang sebelumnya berprofesi sebagai security ini diketahui kiah hari kian memburuk. Bahkan, saat ini beberapa anggota badannya sudah membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Wati, kerabat Ano mengatakan, beberapa tahun lalu Ano sempat terserang penyakit kaki gajah yang mengharuskannya berbaring tak berdaya di tempat tidur

“Saya merasa kasihan karena hingga saat ini Pak Ano belum bisa mendapatkan pengobatan lantaran terbentur biaya,” katanya, Sabtu (21/12/2019).

Sementara, Ketua RT setempat, Kemen membenarkan kondisi Ano saat ini sangat memperihatinkan dan membutuhkan bantuan pemerintah setempat.

“Sudah saya beritahukan kepada Kepala Desa, namun sampai sekarang tidak ada bantuan yang datang,” ujarnya.

Yang menderita karena sakit, lanjut Kemen, bukan hanya Ano saja namun Asiah (50) istri Ano juga menderita penyakit troke.

**Baca juga: Bersama Masyarakat, Bupati Tangerang Gotong-royong di Gerebek Mauk.

“Istrinya juga terkena stroke. Sampai saat ini belum mendapatkan perawatan medis karena tidak ada biaya dan tidak memiliki BPJS,” ujarnya.

Kemen berharap agar Ano beserta istri segera mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat. “Semoga bantuan segera datang,” pingkasnya.(Vee)




Sakit Parah, Satu Keluarga di Rajeg Butuh Bantuan

Kabar6.com

Kabar6-Sungguh malang nasib pasangan suami-istri (pasutri) yang diketahui bernama Mukmin (51) menderita diabetes kering dan Suriani (50) menderita stroke serta anak ketiganya Nani Nurhasan (8) mengalami gangguan penglihatan.

Satu keluarga itu merupakan warga Perumahan Taman Raya Blok F02/07 RT04/05 Desa Mekarsari Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang, sakit parah dan belum tersentuh oleh bantuan kesehatan dari pemerintah. Kini kondisinya sangat memprihatinkan.

Keterbatasan ekonomi dan biaya yang menjadi alasan utama keluarga itu tak mampu berobat ke rumah sakit.

Malangnya lagi, meski tergolong keluarga miskin, namun ketiganya luput dari program bantuan kesehatan gratis dari Pemerintah setempat.

Machmud Tajudin ketua pengurus paguyuban Ntonggu NTB berharap ada bantuan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat untuk membantu perawatan yang intensif di rumah sakit bagi keluarga itu.

“Beberapa hari yang lalu sempat dibawah ke RSUD Tobat Balaraja, setelah masuk dan diperiksa di ruangan IGD, karena ngga ada biaya, ya disuruh pulang lagi,” ungkap Machmud.

**Baca juga: Pipa Air Bocor di Cikupa, ini Penjelasan PDAM TKR.

Melihat kondisinya yang semakin hari semakin parah, Machmud sangat berharap bantuan dari pemerintah. Sedangkan untuk biaya kebutuhan anak anaknya yang lain, kata Machmud dapat dibantu.

“Untuk makan anak anaknya yang lain, sehari harinya kita bantu, dan Alhamdulillah kemaren juga dapat bantuan uang tunai dari Koperasi Karyawan ( Kopkar ) PT YKK AP Indonesia, Alhamdulillah buat kebutuhan anak anaknya untuk beberapa hari kedepan,” pungkasnya.(N2P)




Bayi Penderita Hidrosefalus di Teluknaga Butuh Bantuan

kabar6.com

Kabar6-Sandi bayi yang berumur dua bulan penderita penyakit hidrosefalus atau penumpukan cairan didalam otak membutuhkan bantuan dermawan.

Pasalnya sang ibu, Siti Roisah warga Kampung Kapling Sukasari, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluknaga tak memiliki cukup biaya untuk mengobati Sandi lantaran telah ditinggalkan suaminya.

“Setelah membayar rumah sakit pascakelahiran Sandi, suami saya pergi tidak kembali lagi, habis caesar di rumah sakit anak saya biasa saja, setelah satu minggu baru kepalanya mulai besar,” sedih Roisah, Jumat (11/1/2019).

Menurut Rosiah, melihat kondisi anaknya tersebut, suaminya pergi dan tidak ingin mengakui jika Sandi adalah anak kandungnya selama ini, dirinya pun tidak mengetahui kemana suaminya pergi saat ini.

“Dia tidak mau bertanggung jawab, saya juga tidak tahu kemana perginya dia setelah saya melahirkan Sandi,” jelas Rosiah.

Rosiah juga mengatakan jika, saat ini dirinya hanya bisa pasrah menunggu ada dermawan yang ingin membantu dirinya untuk mengobati penyakit anaknya. Terlebih hingga saat ini baik dia dan anaknya Sandi belum memiliki jaminan sosial.

“Anak saya tidak punya jaminan apapun dari pihak lain, dari semenjak lahir tidak ada yang membantu, saya berharap ada yang membantu untuk biaya pengobatan ke rumah sakit sampai anak saya sehat,” harap Rosiah.

Mendengar adanya warga Kampung Kapling Sukasari yang menderita hidrosefalus, Ketua Rt 02 Endang Wijaya mengaku jika dirinya tidak mengetahui sebelumnya.

Endang pun berharap ada donatur yang ingin menyumbangkan sedikit hartanya untuk membantu pengobatan Sandi.

“Iya Sandi anaknya Rosiah itu memang warga saya, tetapi jika ada balita sakit dan membutuh bantuan, saya belum belum mengetahui hal tersebut, karena rumahnya agak jauh dari saya, mungkin wakil saya lebih tahu karena tempat tinggalnya lebih dekat dengan balita itu, semoga ada orang dermawan yang siap membantunya,” kata Endang.

Endang mengatakan, jika dirinya akan mencoba mengajak kepada seluruh warga Rt 02 agar ikut menyisihkan hartanya kepada Rosiah, untuk biaya pengobatan anaknya, yang menderita penyakit yang cukup mengkhawatirkan.**Baca juga: Pemkot Tangerang Minta CPNS Kerja Pintar.

“InsyaAllah, nanti saya akan mengajak kepada kapada warga saya agar turut membantu beban Rosiah, “ tambah Endang.(Vee)




Kasihan, Dua Bocah Tangsel Ini Butuh Biaya Sekolah

kabar6.com

Kabar6-Kedua anak Endang warga Kampung Priyang RT 006/002 Kelurahan Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel) yang saat ini duduk di bangku kelas 9 SMP dan 6 SD nyaris tak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya.

“Masih punya tunggakan ke sekolah sebesar Rp10 juta untuk uang pangkal, uang SPP sejak kelas 7 dan uang buku,” ujar Eriyanti, anak pertama Endang.

Ia mengaku pihak sekolah cukup mengerti mengenai keadaan keuangan keluarganya.

“Saya sudah nggak tahu lagi harus bagaimana, saya juga orang yang sama-sama susah. Anak saya juga ijasah nya belum ketebus,” ujar Ijah Hadijah, adik kandung Endang yang tinggal di dekatnya.

Sambil berlinang air mata, ia mengharapkan bantuan dari pemerintah baik dari segi pengobatan Endang, tempat tinggal yang layak serta sekolah anak-anak Endang yang nyaris terhenti.

“Saya lihat warga pendatang yang baru bikin KK sini saja bisa dapat BLT dan bantuan lain, kenapa saya yang disini dari awal tidak mendapat bantuan sama sekali,” ujarnya.

Diketahui Endang merupakan seorang lelaki berusia 51 yang di telantarkan istrinya semenjak sakit dan kini tinggal di gubuk yang berdinding spanduk ukuran 2×2 meter.**Baca juga: Tak Lagi Memberi Nafkah, Endang Ditinggal Pergi Istrinya.

Akibat penyakit yang menggerogoti kakinya, ia tak bisa lagi berjalan dan mencari nafkah bagi keluarganya.(Res)