1

Binus dan Diskominfo Kota Tangerang Siapkan Aplikasi Pengelolaan Sampah Berbasis Geospasial

Kabar6-Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) bersama Bina Nusantara University (Binus) School of Computer Science merancang sebuah aplikasi pengelolaan sampah berbasis geospasial.

Dosen Research Interest Group GeoEco-AI Binus, Fabian Surya Pramudya mengatakan aplikasi tersebut dimanfaatkan untuk pengelolaan sampah dan analisis geospasial. Implementasi juga dapat menggunakan Artificial Intelligence (AI) apabila dibutuhkan.

**Baca Juga:Pemkot Tangerang Bantu Pemulihan Traumatis ART Lompat dari Lantai 3

“Progres saat ini sudah 50 persen dan kami terus menyempurnakan Geo Bee ini dan selanjutnya kami buat lebih spesifik kepada pengelolaan sampah secara geospasial. Lalu, kami juga akan berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat,” katanya dilansir Antara Sabtu (1/6/2024).

Ia berharap dengan adanya Geo Bee ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya di Kota Tangerang. Sehingga, bank-bank sampah di Kota Tangerang dapat beroperasi secara optimal dan mengurangi penumpukan sampah.

“Mudah-mudahan aplikasi ini bermanfaat bagi masyarakat Kota Tangerang dan digunakan semaksimal mungkin. Sehingga, pengelolaan sampah semakin baik, tidak ada penumpukan sampah dan bank sampah dapat beroperasi secara optimal,” kata dia.

Kepala Diskominfo Kota Tangerang Indri Astuti mengatakan aplikasi tersebut bernama Geo Bee Dashboard yang berdasarkan hasil riset dan kajian.

“Nantinya aplikasi ini bisa digunakan dalam pengelolaan sampah berbasis geospasial untuk kepentingan publik dari hasil kolaborasi ini,” kata Indri.

Indri menambahkan Diskominfo juga memberikan kesempatan kepada Binus untuk melakukan riset lanjutan sebelum nantinya bisa dikolaborasikan bersama Dinas Lingkungan Hidup.

“Mereka akan melakukan riset lanjutan dan kami akan pertemukan juga dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang,” ujarnya.(red)




90 WBP di Tangerang Ikut Konseling Penguatan Psikologis dari Binus

kabar6.com

Kabar6-Sesuai dengan Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan, dimana system pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan (WBP) menjadi manusia seutuhnya.

Hal itu diungkapkan Namira Puspandari dari The Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) di Ruang Auditorium Kampus Anggrek Binus University, Alam Sutera Tangerang, Jumat (28/9/2018).

“FIHRRST merupakan wadah non profit yang membela hak azasi manusia. Termasuk kegiatan konseling di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang ini,” ungkapnya.

Dikatakannya, system masyarakat seperti tertuang di Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 adalah masyarakat yang dapat menyadari kesalahan, memperbaiki diri, serta tidak lagi mengulang tindak pidana.

Sehingga WBP dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.

Namun demikian, implementasi undang-undang tersebut dan upaya rehabilitasi WBP yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan WBP seutuhnya dan memiliki karakter yang baik dan siap kembali ke lingkungan masyarakat, diyakini belum dapat berjalan dengan maksimal.

Untuk itu, sesuai komitmen FIHRRST dalam mendukung perlindungan kelompok rentan dan marjinal, bersama Jurusan Psikologi Binus Alam Sutera memberikan program konseling individu dan kelompok ke Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang.

“Dalam program tersebut, kami memberikan penguatan kondisi psikologis dan karakter WBP,” ujar Namira Puspandari.

WBP yang memiliki trauma, lanjut Namira, dan kendala dalam pengelolaan stress dan emosi diberikan kesempatan untuk mengikuti konseling individu/pribadi.

Sehingga para WBP dapat memahami masalah yang dialami dan berusaha mengelola emosi dan dampak trauma itu sebaik mungkin.

Senada, Dr Istiani dari Binus University menambahkan, selama enam bulan program tersebut berjalan di Lapas perempuan Kelas IIA Tangerang, pihaknya telah berhasil memberikan konseling baik secara individu maupun kelompok.

“Selama program ini berjalan, kami sudah memberikan konseling kepada 90 WBP di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang,” papar Istiani.

**Baca juga: Peran Ilmu Psikologi Binus Alam Sutera Dalam Program Pembinaan Mental WBP.

Dari 90 WBP yang telah mendapatkan konseling, 70 diantaranya konseling kelompok dan 20 diantaranya konseling pribadi. (fit)




Peran Ilmu Psikologi Binus Alam Sutera Dalam Program Pembinaan Mental WBP

kabar6.com

Kabar6-Universitas Bina Nusantara (Binus) Alam Sutera Tangerang membahas peran ilmu psikologi dalam program pembinaan mental di lembaga permasyarakatan oleh organisasi masyarakat sipil, di Ruang Auditorium Kampus Anggrek Binus University, Jumat (28/9/2018).

Kegiatan yang diinisiasi bersama The Foundation for International Human Rights Reporting Standards (FIHRRST) serta Yayasan Tifa ini diikuti ratusan mahasiswa semester 1 Jurusan Psikologi Binus University.

Bahasan ini dilakukan karena berakhirnya pelaksanaan program ‘Mendorong kemitraan public-privat melalui program inovatif rehabilitasi Warga Binaan Permasyarakatan (WBP) yang memiliki pengalaman traumatis dan kendala dalam pengelolaan stress serta emosi’ di Lapas Perempuan Kelas IIA Tangerang.

“Program ini dilakukan dalam rangka mendukung perlindungan kelompok rentan dan marjinal,” kata Dr Istiani dihadapan media.

Dalam program yang telah dijalankan tersebut, Kata Istiani, para WBP yang mengalami stress dan kondisi emosi yang tidak stabil, dapat melakukan konseling baik secara pribadi maupun kelompok.

“Sehingga para WBP dapat memahami permasalahan yang dialami serta berusaha untuk mengelola emosi dan dampak trauma sebaik mungkin,” paparnya.

Selain itu, pihaknya juga memberikan beragam pelatihan seperti parenting skill, pelatihan interpersonal dan komunikasi efektif.

Istiani berharap, agar rangkaian kegiatan ini dapat memberikan solusi atas kendala psikologis dan sosial para WBP yang kerap kali menjadi hambatan dalam bersosialisasi di Lapas dan interaksi dengan sesame WBP.

**Baca juga:Camat Ciputat Timur Memasuki Purna Tugas.

Hasil dari berjalannya program tersebut, pihaknya berhasil merangkum metode baru dengan membuat buku panduan untuk petugas Lapas dan buku saku untuk WBP. “Dan kami sudah menyumbangkan 300 buku,” terangnya. (fit)