1

Identitas Begal Dibakar Terungkap Dari Tatto Naga di Punggung

Kabar6-Ternyata, jenazah Herdiansyah alias Pelo (22), begal sepeda motor yang dibakar warga di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) pada Selasa (24/2/2015) lalu, dikenali bukan karena tatto huruf GBR di lengannya.

Melainkan dari tatto bergambar naga serta rumah yang terpampang di bagian punggung belakang Pelo.

“Badan anak saya memang banyak tatto. Kakaknya mengenali dari tatto gambar naga dan rumah di punggung belakang anak saya,” jelas Sutinah, Ibu Pelo saat ditemui di Jalan Inpres IV RT 04/06 Nomor 35, Kecamatan Larangan, Jumat (27/2/2015) kemarin.

Sutinah sendiri mengaku baru tahu bila di lengan kiri anaknya ada tatto huruf GBR, yang disebut-sebut sebagai nama salah satu organisasi massa (ormas).

“Dulu pernah saya bilang ke dia (Pelo), kenapa badannya pake di tatto. Kala itu, jawabannya ‘anak laki kalau enggak tattoan enggak keren’,” terang Sutinah menirukan ucapan Pelo waktu itu.

Sutinah juga mengaku, kegelisahan langsung menghinggapi dirinya, manakala melihat pemberitaan di media massa, tentang adanya pelaku begal motor yang tewas dibakar massa.

Pikirannya semakin campur aduk, karena salahs eorang keponakannya memberitahukan bahwa ciri-ciri pakaian korban amuk warga sesuai dengan yang terakhir dikenakan anaknya (Pelo). **Baca juga: Polsek Pondok Aren Periksa Tiga Saksi Kasus Bakar Begal.

Dan, setelah melakukan pengecekan terhadap jasad hangus Pelo di RSUD Tangerang, pihak keluarga langsung merasa yakin.(yud)




BPOM Banten Sita Obat Keras Dari Toko di Tigaraksa

Kabar6-Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Banten mengamankan obat-obatan keras yang dijual bebas di toko umum wilayah Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Tak tanggung-tanggung, obat-obatan keras yang disita tersebut sebanyak 194 jenis, dengan nilai estimasi rupiah mencapai Rp38 juta.

“Toko diwilayah Kecamatan Tigaraksa itu terlihat biasa, tapi melakukan kegiatan layaknya apotek,” ujar Kepala BPOM Banten, Mohamad Kashuri, Sabtu (28/2/2015).

Dari lokasi itu, pihak BPOM juga mengamankan pemilik toko berinisial E. “Sekarang lagi proses pemberkasan,” ujarnya. **Baca juga: Elpiji Langka, Warga Panongan Gunakan Kayu Bakar.

Sedianya, obat-obatan keras dan psikotropika itu jenis analegsik. Efeknya bisa membuat penggunanya mengantuk, sedasi, hingga mabuk.

Sehingga, Kashuri menilai sangat berbahaya jika sampai obat obatan dimaksud dijual bebas dan disalah gunakan oleh masyarakat umum.(tmn/din)




Elpiji Langka, Warga Panongan Gunakan Kayu Bakar

Kabar6-Langka dan mahalnya harga gas elpiji ukuran tiga kilo gram, membuat sejumlah warga di Desa Ranca Inyuh, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang.

Sebagian warga bahkan memilih meninggalkan gas elpiji, dan beralih menggunakan kayu bakar untuk memasak.

Salah satunya adalah nenek Sulastri (58). Wanita gaek ini mengaku, sudah dua pekan terakhir beralih ke kayu bakar.

Selain gas elpiji susah didapat, juga harga elpiji yang terus mengalami kenaikan. Belum lagi, isi gas elpiji yang sudah jauh berkurang dibandingkan dulu.

“Dulu kan harganya murah. Dan, elpiji tabung tiga kilo gram bisa saya pakai untuk tiga minggu. Kalau sekarang, sudah carinya susah, mahal, isinya belum seminggu sudah habis,” ujar Sulastri, Sabtu (28/2/2015).

Diketahui, saat ini harga gas ukuran 3 kilo gram rata-rata dijual Rp20 ribu per tabung. **Baca juga: Kapolres Klaim Broadcast Tangerang Rawan Begal Bohong.

“Saya harap, pemerintah dapat membantu kami. Setidaknya, untuk memudahkan kami mendapatkan gas elpiji tiga kilo gram,” imbuhnya.(shy)




Edi Jayadi Bakal Adukan Komdis ke Pengcab PSSI Tangerang

Kabar6-Mimpi tim sepak bola asal kecamatan Cikupa merebut piala Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar atau Zaki Cup, pupus ditangan Komisi Disiplin (Komdis).

Pasalnya, tim asuhan Edi Jayadi ini didiskualifikasi dalam turnamen bergengsi usia dibawah 21 tahun (U21) tersebut.

Komdis, menjatuhkan hukuman dengan melarang tim Cikupa berlaga di babak final, karena telah mengikutsertakan pemain diatas U21.

“Kami keberatan atas keputusan itu, karena usia seluruh pemain di tim kami enggak ada yang lebih dari 21 tahun,” ungkap Pelatih tim U21 kecamatan Cikupa, Edi Jayadi, kepada Kabar6.com, Sabtu (28/2/2015).

Menurut Jayadi, atas keputusan yang merugikan tim asuhannya, pihaknya melayangkan surat keberatan dan mengadukan Komdis ke Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kabupaten Tangerang.

Surat itu, memuat beberapa poin diantaranya, tim Cikupa menolak keputusan Komdis, meminta Pengcab PSSI Kabupaten Tangerang menganulir keputusan itu dan mengijinkan kembali tim Cikupa bermain di laga final.

“Kami akan bertemu langsung dengan Bupati Zaki, selaku Ketua Pengcab PSSI, supaya membatalkan keputusan Komdis,” katanya.

Keputusan Komdis  mendiskualifikasi timnya, kata Jayadi, merupakan keputusan yang ngawur dan bermuatan kepentingan. **Baca juga: Siapa Pantas Jadi Wakil Rano Karno…?

Sebab, Panitia Pelaksana dan Komdis hanya mendengar keterangan atau laporan sepihak, dari tim Tigaraksa tanpa melakukan kroscek.

“Ini benar- benar enggak adil. Masak laporan sepihak langsung ditanggapi. Sementara, mereka tidak meminta keterangan dari pihak kami akan kebenaran dari informasi itu,” ujarnya.

Parahnya lagi, lanjutnya, Komdis sendiri menutup mata atas munculnya dugaan penyuapan yang dilakukan Pelatih tim Tigaraksa kepada tiga pemain tim Cikupa.

Ketiga pemain itu, ditawarkan uang masing- masing Rp400 ribu, supaya tim Tigaraksa menang di babak semifinal.

“Tapi, tawaran itu ditolak. Kenapa tim Tigaraksa yang jelas-jelas melakukan pelanggaran berat tidak disanksi,” bebernya.

Jayadi menambahkan, jika keputusan diskualifikasi tak dicabut kembali, maka pihaknya meminta Panpel Zaki Cup, untuk melakukan kroscek ulang data pemain yang masuk di babak empat besar tentang kebenaran usianya.

Apabila, ternyata keempat tim tersebut terbukti melakukan pelanggaran maka semua di anggap gugur.

“Artinya, seluruh tim gugur dan Zaki Cup batal,” tandasnya.(din)




Mashuri: Beras Pandeglang Tapi Merek Jawa

Kabar6-Meroketnya harga beras menjadi sebuah ironi bagi Provinsi Banten. Itu mengingat, salah satu wilayah di Banten justru dikenal sebagai wilayah penghasil beras, bahkan untuk skala nasional.

Adalah Kabupaten Pandeglang wilayah lumbung beras di Banten. Dari total 274.689 hektar luas wilayah Pandeglang, 80 persen diantaranya merupakan areal persawahan atau seluas 219.950 hektar.

“Kenaikan harga beras ini ironi bagi Banten. Karena Banten merupakan lumbung beras. Secara kuantitas, produksi beras kita tidak ada masalah alias mencukupi,” ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten, Mashuri, Jumat (27/2/2015).

Persoalannya adalah, kata Mashuri, di sektor pendistribusiannya. Karena oleh tengkulak, beras asal Pandeglang dikirim dulu Jawa untuk dikemas. Kemudian dijual lagi ke Banten dengan harga yang lebih tinggi.

“Makanya jangan aneh, kalau beli beras asal Banten tapi dari merk dagangnya justru asal Jawa Timur dan daerah lainnya. Karena ulah para tengkulak. Sampai di Banten harganya sudah tinggi,” terangnya.

Diketahui, harga beras di Banten kini mengalami kenaikan hingga 30 persen. Di Pasar Induk Rau (PIR), Kota Serang, beras berkualitas rendah dijual dengan harga Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per liter. **Baca juga: Kenaikan Harga Beras di Banten Akibat Raskin Terhambat.

Sementara untuk beras berkualitas sedang dihargai Rp 8.000 hingga Rp 9.000 per liter. Padahal sebelumnya, harga beras kualitas rendah dijual dengan herga 6.000 dan sedang Rp 7.000 per liternya.(tmn/din)




Kapolres Klaim Broadcast Tangerang Rawan Begal Bohong

Kabar6-Maraknya Broadcast (BC) BlackBerry Masengger atau jejaring sosial lainnya yang berisi isu wilayah Tangerang rawan begal tidak sepenuhnya benar.

Kapolresta Tangerang, Kombes Irving Jaya menyatakan pesan yang beredar tersebut tidaklah benar karena hingga saat ini hanya ada satu peristiwa perampasan motor yang terjadi di wilayahnya.

“Sejak Januari hingga sekarang, baru satu kejadian perampasan motor. Itu terjadi di Pondok Aren, pelakunya pun dibakar massa,” ujar Kapolres, Sabtu (28/2/2015).

Dikatakan pihaknya akan terus menggelar Operasi Cipkon di beberapa wilayah jajaran Polres Kota Tangerang yang meliputi wilayah Kabupaten Tangerang dan Tangsel.

Razia itu dilakukan secara kontinyu dengan mengamati jam-jam rawan aksi kejahatan.

“Target razia kami, bukan berapa banyak pelaku yang kami tangkap, tapi kami hanya ingin mempersempit ruang gerak pelaku kejahatan. Dengan begitu, dapat menjawab keraguan masyarakat terhadap polisi,” pungkasnya. (abie)




Masih Ada Calo Dalam Pengurusan Kartu BPJS di Tangsel

Kabar6-Proses pengurusan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masih belum bersih dari aktivitas calo.

Faktanya, masih banyak warga mengeluhkan aktivitas calo yang mematok harga pengurusan BPJS hingga Rp200 ribu.

Khumairoh, dari Dompet Dhuafa mengatakan, bila pihaknya sering kali mendapatkan laporan ataupun temuan langsung di masyarakat yang belum memiliki kartu BPJS.

Itu karena proses untuk mendapatkan kartu yang berbelit-belit, hingga masyarakat lebih memilih menggunakan jasa calo untuk mendapatkan kartu BPJS lebih cepat.

“Kami sering mendengar keluhan langsung dari masyarakat yang susah untuk mendapatkan kartu BPJS tersebut,” ucap wanita yang akrab disapa Yoyo itu, Sabtu (28/2/2015).

Pengamat Kebijakan Publik, M. Sabeth Abilawa mengakui, bila warga di kota pemekaran dari Kabupaten Tangerang ini, sangat terbantu dengan program pemerintah pusat itu.

Hanya saja, Sabeth menyebut bila sosialisasi masih minim dan proses pengurusan kartu BPJS yang terbilang sulit. **Baca juga: Polsek Pondok Aren Periksa Tiga Saksi Kasus Bakar Begal.

“Kami berharap stakeholder di kota ini lebih mempermudah proses mendapatkan kartu BPJS. Terutama untuk rujukan dari Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),” harapnya.(ard)