1

Belum Punya Gagasan Kongkrit, Partai Gelora: Ini Lima Harapan dari Warganet untuk Bacapres

Kabar6-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia berhasil memotret persepsi warganet terhadap para bakal calon presiden (bacapres). Warganet mendorong terjadinya politik gagasan, bukan politik identitas yang berdasarkan emosi.

“Kita perlu politik gagasan yang mempersilahkan masyarakat menilai apa yang ditawarkan Bacapres ini kepada masyarakat, dan apa yang terbaik itulah yang selayaknya dipilih,” kata Endy Kurniawan, Ketua Bidang Rekruitmen Anggota DPN Partai Gelora dalam keterangannya, Minggu (16/7/2023).

Hal itu disampaikan Endy Kurniawan saat merilis hasil riset digital Gelora Petamaya bekerjasama Lembaga Riset Digital Cakradata dengan tema bertajuk ‘Memotret Tawaran dan Gagasan Bakal Calon Presiden (Bacapres) 2024’.

Endy mengatakan, Partai Gelora senada dengan temuan Gelora Petamaya dan Cakradata, bahwa masyarakat tidak menginginkan adanya politik pertentangan, kekerasan, permusuhan dan sebagainya terjadi lagi di Pemilu 2024.

“Mari kita melupakan politik masa lalu, yang membelah masyarakat hingga tidak bisa rukun sampai sekarang. Kita harus mengedepankan politik gagasan, politik yang memiliki visi dan narasi sama dengan apa yang ditawarkan oleh Partai Gelora, yaitu membangun Arah Baru Indonesia,” katanya.

Namun, Endy mengatakan, bahwa hingga kini belum ada gagasan kongkrit dari Bacapres yang ada saat ini. Temuan ini, tentu saja menjadi ‘self critic’ kepada partai politik (parpol) agar melakukan edukasi mengenai politik gagasan.

“Bacapres harus memberikan narasi tentang gagasannya agar, sehingga publik punya harapan dan masyarakat dapat memilih tawaran-tawaran gagasan dari Bacapres yang layak didukung,” katanya.

**Baca Juga: Peluang Partai Gelora Lolos ke Senayan Terbuka Lebar, Ini Penjelasannya!

Sedangkan Head of Cakradata Muhammad Nurdiyansyah (Dadan) mengatakan, dengan adanya gagasan kongkrit para Bacapres maupun partai pendukungnya, diharapkan diskursus warganet bisa menjadi lebih substantif dan mengarah pada adu gagasan.

“Riset kami lakukan pada tanggal 11 April-11 Juli 2023 mengenai gagasan dan harapan Bacapres. Kami dari Cakradata mencoba melakukan analisis data. Warganet berharap bahwasanya Bacapres sudah harus mulai menawarkan gagasan, program, visi dan arah orientasinya ketika terpilih sebagai presiden RI,” kata Dadan.

Menurut Dadan, gagasan yang dibangun oleh ketiga Bacapres, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan belum begitu besar saat ini, sementara Pemilu 2024 semakin dekat.

“Temuan kita, gagasan yang coba dibangun dari ketiga Bacapres belum begitu besar. Itu salah satu fenomena yang bisa menjadi catatan tersendiri bagi Bacapres maupun partai pendukungnya. Hal ini harus mulai ditingkatkan, karena Pemilu sudah dekat,” katanya.

Karena belum adanya gagasan dari Bacapres, kata Dadan, warganet berharap Bacapres mengangkat gagasan tentang keadilan, integritas, pemerataan pendidikan, pengentasan kemiskinan dan ketersediaan pangan.

“Jadi warganet mengajukan requet kepada Bacapres mengenai gagasan apa sih yang harus disampaikan. Pertama sebanyak 66 persen berharap ada gagasan tentang keadilan hukum, ekononomi dan kejahteraan sosial. Lalu, 12 persen integritas yang tinggi, 10 persen soal pemerataan pendidikan, 7 persen masalah pengentasan kemiskinan dan ketersedian pangan 5 persen,” jelasnya.

Selain itu, dalam rilis riset ini juga menghadirkan beberapa orang sumber yang berasal dari masyarakat dalam segmen Kata Warga.

Mereka diwawancarai terkait tema yang sama untuk melakukan kroscek tentang temuan yang muncul di dunia maya tentang persepsi warganet terhadap gagasan para Bacapres.

Salah seorang warga muda yang diwawancara oleh Tim GeloraTV mengatakan bahwa masalah terbesar Indonesia adalah sistem pendidikan yang jelek dan lapangan kerja yang minim.

Dia melihat para Bakal Capres yang ada saat ini muncul, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan belum mengajukan gagasan untuk mengatasi masalah besar yang dihadapi Indonesia.

Saat ini, dia mengatakan belum punya pilihan terhadap para Capres karena belum terlihat adanya program yang jelas.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah mengatakan, bahwa sekarang masih terdapat masalah, bagaimana bangsa dan komunitas politiknya dalam mengorganisasi sirkulasi elit dan kepemimpinan yang berbasis pada perasaan dan pikiran publik.

“Akibatnya, pertarungan calon pemimpin negara menjadi kurang berisi dan diisi orang-orang populer, bukan orang yang memperjuangkan nilai dari awal dan punya gagasan besar terhadap bangsa,” kata Fahri Hamzah.(Tim K6)




Spanduk Bacapres dan Bacaleg di Lebak Dicopot Satpol PP

Kabar6-Spanduk bergambar bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon legislatif (bacaleg) yang terpasang di Rangkasbitung dicopot petugas Satpol PP Kabupaten Lebak, Selasa (11/7/2023).

Tak hanya milik bacapres dan bacaleg, spanduk lainnya yang juga dianggap melanggar aturan juga tak luput dari penertiban petugas.

Kabid Tibum Tranmas Satpol PP Lebak Azis Ali Rosyid menjelaskan, penertiban ratusan spanduk itu dilakukan dalam rangka menegakkan aturan di dalam Perda K3 (Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan).

**Baca Juga: Fahri Hamzah: Paling Siap Pimpin Indonesia, Prabowo Mudah Menangi Pilpres 2024

“Spanduk-spanduk liar yang tidak sesuai aturan di sepanjang jalan akan kami tertibkan,” ujar Azis.

Azis menerangkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lebak dalam penertiban spanduk bergambar bacapres dan bacaleg.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Bawaslu. Maka dari itu spanduk-spanduk yang kami tertibkan ini kami anggap spanduk liar,” katanya.(Nda)




Adu Pesona Bacapres, Siapa Juara? Ini Analisis Partai Gelora

Kabar6-Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia kembali bekerja sama dengan Lembaga Riset Digital Cakradata memotret perbincangan hangat masyarakat di dunia maya mengenai adu pesona bakal calon presiden (bacapres) di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Dalam program yang diberi nama Petamaya ini, Partai Gelora mencoba membicarakan materi bacapres pada episode kedua, karena akan cenderung panas hingga Pebruari 2024.

“Soal bacapres ini, kita tidak hanya membicarakan tentang popularitasnya saja, tetapi juga tangkapan digital diantara tiga kandidat yang terus ramai diperbicangkan di dunia maya,” kata Endy Kurniawan, Ketua Bidang Rekruitmen Anggota DPN Partai Gelora, Minggu (2/7/2023).

Menurut Endy, Partai Gelora tidak sedang menghakimi dalam riset digital ini, namun ingin menghadirkan fakta-fakta di lapangan secara positif maupun negatif diantara para kandidat bacapres.

“Kita ketahui sekarang sudah ada tiga bacapres, ada Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Jadi kita tidak sedang menghakimi, tetapi mungkin kenyataan riset di lapangan yang kita sampaikan. Mungkin berbeda sebaliknya dengan lembaga survei,” katanya.

Fakta-fakta tersebut, kata bakal calon legislatif (bacaleg) daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur IV Jember-Lumajang ini, akan dijelaskan secara detil oleh Head of Lembaga Riset Digital Cakradata Muhammad Nurdiansyah dalam riset yang dilakukan pekan lalu.

“Apakah yang kita tangkap di dunia digital ini, bisa jadi sejalan atau tidak sejalan dengan lembaga survei. Ini yang kita kupas tuntas dalam Gelora Petamaya episode kedua ini,” ujarnya.

Head of Lembaga Riset Digital Cakradata Muhammad Nurdiansyah mengatakan, topik bacapres di dunia maya akan terus ramai diperbincangkan hingga 2024. “Disini kita membedah peta dukungan bacapres di dunia masa.” kata Muhammad Nurdiansyah.

Dadan sapaan akrab Muhammad Nurdiansyah mengungkapkan, pengambilan sample dilakukan pada 16-23 Juni 2023. Kemudian media monitoringya dilakukan secara fleksibel terhadap tren percakapan dan prosentase popularity digital.

“KIta menyebutnya popularity digital, karena berdasarkan perbicangan warganet didominasi ketiga nama capres yang sudah ada,” katanya.

Ganjar Pranowo, presentase perbincangan popularity digitalnya sebesar 45 % . Lalu, Anies Baswedan sebesar 27 % dan Prabowo Subianto sebesar 28 %. Prosentase popularity digital tersebut, merupakan perbincangan positif maupun negatif.

“Kalau kita komparasikan total percakapannya Ganjar Pranowo lebih unggul 76.000 percakapan. Anies Baswedan 44.625 percakapan dan Prabowo Subianto sebanyak 70.367 percakapan,” ungkpnya.

Sementara menyangkut sintemen perbincangan di dunia maya. Sentimen positif terhadap Ganjar Pranowo sebesar 77 %, negatifnya 18 % dan sisanya sintemen netral.

Sedangkan Anies Baswedan, positifnya mencapai 53 %, tetapi entimen negatifnya juga besar mencapai 40 % dan sisanya sentimen netral. Lalu, Prabowo Subianto sentimen negatifnya 20 persen, dan positifnya 74 %, serta sisanya sentimen netral.

“Tetapi ada yang menarik di sini, meskipun Ganjar dan Prabowo lebih unggul, tetapi justru total engagement-nya Anies Baswedan lebih tinggi mencapai 947.000. Kalau Ganjar hanya 831.000-an dan Prabowo hanya sekitar 600-540 ribuan. Hal itu dinyatakan dengan interaksi oleh akun-akun yang memperbincangkan Pak Anies dan memiliki followers yang tinggi,” paparnya.

**Baca Juga: API Gelora Kota Tangerang, Fahri Hamzah: Ajang Menyiapkan Caleg Berkualitas

Dalam riset ini, kata Dadan, juga dibicarakan soal dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. “Di kalangan warganet, keduanya punya potensi besar. Apalagi dari hasil-hasil survei, Pak Prabowo menyalip Pak Ganjar dan Pak Anies,” katanya.

Sementera soal beredarnya foto Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang tengah menjalankan ibadah haji ditemani oleh pasangan masing-masing, setidaknya dapat menurunkan tensi ketegangan antara pendukung Ganjar dan Anies.

“Foto ini memang menimbulkan pro kontra dari kalangan warganet, tetapi perang opini dan ujaran kebencian antara pendukung Ganjar dan Anies, setelah kita analisa justru memberikan dampak positif. Anies selama dianggap pendukung politik identitas oleh pendukung Ganjar, dengan foto bareng tensinya agak mereda,” katanya.

Sedangkan kebersamaan Prabowo dan Jokowi yang menujukkan tren positif, justru tidak sukai oleh pendukung Prabowo pada Pilpres 2014-2019 lalu. Fitnah terhadap Jokowi oleh pendukung Prabowo pada Pilpres 2014-2019 lalu, kembali dimunculkan bahwa Prabowo tidak suka Jokowi sebenarnya.

“Fitnah dini juga dibumbuhi konten kreator secara kreatif, kalau Prabowo beli alutsista usang dari Qatar. Dan warganet menganggap Prabowo itu figur militer yang kelam ketika masih aktif. Isu ini mulai digoreng, tetapi analisisa isu negatif itu, ternyata tidak mempengaruhi tren positif Prabowo,” katanya.

Dari paparan Lembaga Riset Digital Cakradata, itu kata Endy Kurniawan, maka para sobat Gelora maupun para warganet, sebenarnya sudah bisa menentukan arah dukungan kepada capresnya, atau paling tidak dapat melihat siapa bacapres yang lebih bagus perfomance-nya aktivitas digitalnya dari ketiga bacapres.

“Tapi jangan lupa, start untuk bacapres ini juga belum mulai. Ini baru fase-fase pemanasan atau warming up. Kita tidak tahu, apakah nanti ada tiga capres, bisa jadi dua capres, atau bertambah jadi empat capres. Kita akan melihat nanti kita kesana, tapi isu ini akan kita perdalam pekan depan,” pungkas Endy Kurniawan.(Tim K6)




Demokrat Kritik Pernyataan PDIP Soal 90 Persen Rakyat Banten Sukai Ganjar Pranowo

Kabar6.com

Kabar6-PDI Perjuangan mengklaim ada 90 persen masyarakat Banten menyukai Ganjar Pranowo sebagai Bacapres. Hal itu dikatakan Ade Sumardi, selaku Ketua DPD PDIP Banten, dihadapan Ganjar, serta ribuan pengurus, kader dan relawan Banteng Merah.

“Saya tidak tahu angka 90 persen itu berasal dari mana, kalau hasil survei, lembaga surveinya apa,” ujar Nawa Said Dimyati, Wakil Ketua DPRD Banten asal Demokrat, melalui selulernya, Selasa (30/05/2023).

Jika melihat hasil Musyawarah Rakyat (Musra) Banten yang dipublikasikan pada 23 November 2022, ada nama Airlangga Hartarto di angka 18,48 persen, Ganjar Pranowo 16,36 persen dan Prabowo Subianto sebesar 15,82 persen.

**Baca Juga: Menangi Pilpres Turki, Anis Matta dan Fahri Hamzah Beri Ucapan Selamat kepada Erdogan

Selanjutnya hasil survei Poltracking yang dipublikasikan pada 15 Desember 2022, ada tiga nama besar yang ada dipuncak, yakni Anies Baswedan 47,6 persen, Prabowo 28,5 persen dan Ganjar Pranowo di angka 16,1 persen.

Pria yang akrab disapa Cak Nawa itu tidak mau mengklaim berapa tingkat kesukaan masyarakat Banten kepada Anies Baswedan sebagai capres ataupun AHY sebagai cawapres.

Dia lebih percaya terhadap hasil survei yang dilakukan lembaga kredibel, berapapun hasilnya, dibanding melakukan klaim semata.

Terlebih, menurut Cak Nawa, saat kedatangan Anies Baswedan dan AHY ke Banten, tidak melakukan mobilisasi massa. Namun masyarakat datang secara sukarela dan mendapat sambutan yang baik.

“Saya belum baca survei terakhir terkait dengan hasil survei khusus Banten untuk Mas AHY dan Mas Anies. Kalau saya melihat kemarin ketika beliau melakukan road show baik Pak Anis, maupun Mas AHY ketum Partai Demokrat, tanggapan masyarakat cukup puas dan natural, meskipun kami tidak melakukan pengerahan massa,” jelasnya.

Pria yang menjabat sebagai Ketua DPC Kabupaten Tangerang itu menerangkan, dalam politik ada namanya klaim politik. Sehingga, kalau itu hanya klaim sepihak tanpa dasar yang jelas, tidak perlu ditanggapi secara serius.

“Kalau hanya sekedar klaim, saya pikir tidak perlu ditanggapi. Kan biasa dalam politik Ini ada istilah political claim,” terangnya.(Dhi)




Benarkah 90 Persen Warga Banten Sukai Ganjar Pranowo?

Kabar6-Partai PDI Perjuangan mengklaim ada 90 persen masyarakat Banten, menyukai Ganjar Pranowo sebagai Bakal Calon Presiden (Bacapres) 2024 mendatang. Karenanya, partai berlambang Banteng dengan moncong putihnya itu, tidak akan kalah hattrick seperti di pilpres sebelumnya.

“Ada 90 persen rakyat Banten suka kepada Pak Ganjar. Ini artinya apa? Maka kita punya keyakinan, bahwa Pak Ganjar Insha Allah akan menjadi presiden,” ujar Ade Sumardi, Ketua DPD PDIP Banten, Sabtu (27/05/2023).

Ade Sumardi tidak ingin PDIP kalah secara hattrick di Banten, seperti di Pemilu 2014 dan 2019. Dia ingin tidak ada lagi istilah kalah terhormat, dirinya ingin partai Banteng menjadi juara di Bumi Jawara.

**Baca Juga: Fahri Hamzah: Ongkos Politik di Indonesia Butuh Dana Jumbo, Nilainya Makin Gila-gilaan Capai Rp 11,6 Triliun

“Tugas kita sebagai kader di Banten maka tidak ada istilah kalah terhormat. Kalah adalah memalukan, kalah adalah menyakitkan. Yang terhormat adalah menang terhormat,” jelasnya.

Ade mengaku hal itu didapati dari laporan kader dan pengurus partai Banteng bermoncong putih yang telah mendengar suara dan menyerap aspirasi masyarakat hingga ke tingkat bawah, bahkan sampai ke level RT.

Wakil Bupati Lebak itu telah memerintahkan pengurusnya mendengar suara masyarakat, usai Megawati Soekarnoputri mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai Bacapres dari PDIP.

“Ketika ketika Ibu Ketua Umum telah menyampaikan, telah menetapkan Bapak Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden 2024, maka DPD Provinsi Banten menginstruksikan kepada kader partai hingga paling bawah, untuk mendengarkan, memetakan kepada masyarakat di sekitarnya bagaimana ketertarikan ke Pak Ganjar,” terangnya.(Dhi)