1

Iris, Guru SMA yang Berbasis Kecerdasan Buatan Pertama di India

Kabar6-Salah satu sekolah yang terletak di ibu kota negara bagian Kerala, Thiruvananthapuram, India, bernama SMA KTCT, menunjuk guru humanoid berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk mengajar murid-muridnya.

Guru bernama Iris ini, melansir Hindustantimes, ditugaskan untuk memberikan pendidikan ‘yang dipersonalisasi’ kepada para siswa, dikembangkan dalam kemitraan dengan penyedia pembelajaran daring, Makerlabs, sebagai bagian dari proyek Atal Tinkering Lab (ATL) oleh NITI Aayog, sebuah lembaga pemerintah India.

Dalam pengembangannya, robot berjenis kelamin perempuan ini dilengkapi dengan dengan prosesor Intel dan co-prosesor untuk melakukan tugas manuver. Sementara itu, pengguna dapat mengontrol dan berinteraksi dengannya menggunakan antarmuka aplikasi Android.

Iris juga dilengkapi dengan asisten suara berbasis AI untuk memberikan ‘penjelasan’ dan menyampaikan ‘konten pendidikan’. Guru AI pertama di India ini dapat berbicara dalam tiga bahasa dan merespons pertanyaan yang kompleks.

“Dengan menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan preferensi setiap siswa, Iris memberdayakan pendidik untuk memberikan pelajaran yang menarik dan efektif seperti tidak pernah terjadi sebelumnya,” kata Makerlabs.

Diketahui, kekuatan AI telah menjadi fokus baru bagi Pemerintah India untuk dikembangkan di berbagai sektor, termasuk layanan kesehatan, pertanian, dan pendidikan.

Untuk mendukung inisiatif ini, New Delhi bahkan rela menggelontorkan anggaran sebesar sekira Rp18,7 triliun untuk lima tahun ke depan.(ilj/bbs)




Framis, Seniman Asal Spanyol Jadi Wanita Pertama yang Menikah dengan Hologram AI

Kabar6-Alicia Framis, seorang seniman asal Spanyol, menjadi wanita pertama di dunia yang akan menikah dengan hologram artificial intelligence (AI), bernama AILex.

Framis, melansir Euronews, menikahi AILex yang dilatih dari informasi profil pasangan romantis sebelumnya. Upacara pernikahan yang tidak biasa ini bakal digelar di Museum Depot Boijmans Van Beuningen di Rotterdam, Belanda pada musim panas tahun ini. Upacara tersebut bakal menampilkan ritual unik untuk penyatuan antara manusia dan avatar, dan para tamu akan disuguhi makanan molekuler yang dapat dinikmati oleh manusia dan entitas humanoid.

Wanita ini merancang sendiri gaun pengantin, dan mengatakan bahwa pernikahan tersebut mewakili cinta generasi baru, di mana manusia akan menjalin hubungan dengan hologram, avatar, dan robot.

Meskipun pernikahan tampak seperti sebuah bentuk seni pertunjukan, Framis menuturkan hal itu menimbulkan pertanyaan menarik tentang seperti apa hidup bersatu dengan pasangan holografik.

“Menarik sekali bagaimana kita bisa mendapatkan hipotek untuk membeli mobil baru, dan sekarang kita bisa memiliki hipotek untuk membeli pendamping baru,” ungkap Framis.

Di sisi lain, banyak yang bertanya apakah Framis bisa membuka rekening bersama dengan pasangannya dan jenis perlindungan asuransi apa yang mereka perlukan.

“Kecerdasan buatan sahabat dan manusia dapat menjadi pilihan bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan pendampingan. Hologram ini akan memenuhi semua kebutuhan saya,” ujar Framis.

Wanita ini disebut pernah memposting video dirinya memasak dan makan bersama AILex, sebelumnya pernah menjalin hubungan dengan seorang bernama Pierre.(ilj/bbs)




Ilmuwan Yakin AI Bakal Sebabkan Kepunahan Manusia

Kabar6-Di samping meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi kesalahan manusia, dan menghemat waktu serta sumber daya, ternyata muncul kekhawatiran akibat dari makin populernya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan kecerdasan.

Bahkan, sebagian besar menganggap AI dapat menyebabkan kepunahan manusia. Berdasarkan survei yang melibatkan 2.778 ilmuwan AI, melansir Apnews, sebagian besar dari mereka, yaitu 58 percaya bahwa ada lima persen kemungkinan kepunahan manusia atau bencana lainnya akibat AI. Para ilmuwan yakin, AI akan mengungguli manusia dalam 20 tahun ke depan.

“Ini adalah sinyal penting bahwa sebagian besar ilmuwan AI merasa sangat tidak masuk akal bahwa AI canggih menghancurkan umat manusia,” kata Katja Grace, penulis survey dari Machine Intelligence Research Institute di Berkeley, California, Amerika Serikat (AS). “Saya pikir keyakinan umum terhadap risiko yang tidak terlalu kecil ini jauh lebih tepat dibandingkan persentase risiko yang sebenarnya.”

Sekira 50 persen ilmuwan bahkan berpendapat, AI bisa menyelesaikan contoh tugas yang sangat spesifik dalam satu dekade kedepan. Misalnya saja menulis lagu dengan kualitas yang setara dengan penyanyi Taylor Swift.

Namun untuk tugas-tugas yang lebih rumit, seperti memasang kabel listrik atau memecahkan misteri matematika, diperkirakan membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan. Tapi kemampuan ini juga masih bisa berkembang di masa depan.

Kemungkinan AI mengungguli manusia dalam setiap tugas pada 2047 diperkirakan sebesar 50 persen, dan kemungkinan semua pekerjaan manusia menjadi sepenuhnya otomatis pada 2116 adalah sebesar 50 persen.

Survei tersebut, yang merupakan survei terbesar hingga saat ini, mengundang para peneliti untuk memberikan pendapat mereka mengenai garis waktu kemajuan dan pencapaian AI di masa depan, serta dampak sosial, baik dan buruk, dari AI.

Hasil survei ini, di mana melibatkan banyak ilmuwan, jelas menjadi sangat menakutkan.(ilj/bbs)




Gibson dari AS Jadi Manusia Pertama di Dunia yang Berhasil Kalahkan Sistem Komputer Game Tetris

Kabar6-Remaja laki-laki di Amerika Serikat (AS) yang juga seorang gamer bernama Willis Gibson (13), berhasil mengalahkan sistem komputer dari game Tetris, yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Tetris adalah permainan sederhana, yang juga sangat adiktif, di mana pemain harus memutar dan memanipulasi balok-balok yang jatuh dengan berbagai bentuk agar menyatu dan membuat garis padat di dalam kotak.

Gibson yang memiliki kanal Youtube bernama ‘Blue Scuti’, melansir Channelnewsasia, menjadi manusia pertama yang mencapai level ‘kill screen’ dari game puzzle versi Nintendo. “Oh my God!” teriak Gibson berulang kali dalam video yang diunggah dalam kanal Youtube miliknya. “Aku tidak bisa merasakan jari-jariku.”

Disebutkan, keberhasilan Gibson ini menggarisbawahi pencapaian komunitas yang aktif melakukan turnamen game Tetris, baik secara daring maupun tatap muka.

“Ini belum pernah dilakukan oleh manusia sebelumnya,” kata Vince Clemente, presiden Kejuaraan Dunia Tetris Klasik. “Ini pada dasarnya adalah sesuatu yang semua orang anggap mustahil sampai beberapa tahun lalu.”

Kepala eksekutif Tetris, Maya Rogers, ikut serta dalam perayaan tersebut dan mengatakan bahwa ini adalah pencapaian yang pantas menjelang peringatan 40 tahun game tersebut tahun ini.

“Selamat kepada ‘blue scuti’ yang telah mencapai pencapaian luar biasa ini, suatu prestasi yang melampaui semua batasan yang ada dalam permainan legendaris ini,” demikian sebuah pernyataan.(ilj/bbs)




Manfaatkan AI, Ilmuwan Denmark Kembangkan Robot yang Bisa Prediksi Kematian Seseorang

Kabar6-Tim ilmuwan di Denmark memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mengembangkan bot yang dapat memprediksi kapan seseorang akan meninggal.

Mereka memprediksi kematian seseorang berdasarkan data kesehatan, pendidikan, pekerjaaan hingga pendapatan. Melansir Nypost, tim ilmuwan di Technical University of Denmark mengatakan, robot tersebut memiliki tingkat akurasi hingga 79 persen ketika memeriksa data enam juta orang selama periode 2008 hingga 2020.

“Kami menggunakan model ini untuk mengetahui sejauh mana kami dapat memprediksi kejadian di masa depan berdasarkan kondisi dan kejadian di masa lalu Anda,” terang Sune Lehmann Jorgensen, salah seorang ilmuwan.

Secara khusus, model yang diberi nama ‘Life2vec’ dirancang oleh para peneliti dengan menggunakan teknologi serupa seperti yang digunakan aplikasi ChatGPT, di mana ketika meminta serangkaian informasi, mesin itu akan bekerja melengkapi data dan statistiknya secara lengkap.

Bot yang dapat memprediksi kematian ini dilatih menggunakan data hingga 2016 dan kemudian diuji pada empat tahun berikutnya hingga 2020, di mana terdapat sekelompok orang berusia 35-65 tahun dengan setengah dari mereka telah meninggal pada periode tersebut.

Kecerdasan buatan diharapkan dapat digunakan dalam memprediksi masalah kesehatan, namun para peneliti juga menyadari dampak negatif dari kecanggihan ini oleh pihak perusahaan asuransi.

Terlebih, AI terbukti 11 persen lebih akuran dibandingkan model yang saat ini digunakan oleh polis asuransi jiwa dalam memprediksi kematian. “Jelas, model kami tidak boleh digunakan oleh perusahaan asuransi,” ujar Jorgensen.

Diyakini Jorgensen, kemungkinan perusahaan-perusahaan teknologi besar sudah menggunakan jenis teknologi serupa untuk memeriksa banyak sekali data dan membuat prediksi tentang kehidupan manusia.(ilj/bbs)




Pakar Peringatkan, Kecerdasan Buatan Berisiko Musnahkan Umat Manusia

Kabar6-Direktur Center For AI Safety (CAIS), Dan Hendryckys, mengatakan bahwa AI dapat mengambil ‘banyak jalur’ menuju ‘risiko sosial’, bahkan mungkin mulai membunuh jika menyadari bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mematikan AI.

Ya, melansir Nytimes, pakar telah memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (artificial Intelligence/AI) dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar ketimbang pandemi COVID-19, bahkan dapat berisiko memusnahkan umat manusia. Hendryckys memperkirakan, AI dapat melakukan ini dengan mengakses bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat ‘senjata biologis’ yang direkayasa secara genetik. Menurut Hendryckys, ini akan ‘lebih menghancurkan daripada pandemi apa pun’ yang bertahan di dunia.

“Atau, aktor jahat dapat dengan sengaja melepaskan AI jahat yang secara aktif berusaha untuk menyakiti umat manusia” kata Hendryckys. “Jika AI semacam itu cukup cerdas atau mampu, itu dapat menimbulkan risiko yang signifikan bagi masyarakat secara keseluruhan.”

Salah satu sumber industri teknologi mengatakan masuk akal untuk meyakini bahwa AI dapat memesan alat yang diperlukan untuk membuat virus secara online, merekayasanya, dan menyebarkannya ke dunia.

“Senjata biologis dan toksin adalah mikroorganisme seperti virus, bakteri atau jamur, atau zat beracun yang diproduksi oleh organisme hidup yang diproduksi dan dilepaskan dengan sengaja untuk menyebabkan penyakit dan kematian pada manusia, hewan atau tanaman,” demikian pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan senjata biologis.

Michael Wooldridge, profesor ilmu komputer di Universitas Oxford, mengatakan bahwa skenario ‘mudah dibayangkan’ di mana AI dapat menggunakan teknologi manusia yang ada untuk memusnahkan penciptanya.

Ada juga kekhawatiran di antara para ahli AI dapat mengakses teknologi nuklir dan memerangi perubahan iklim untuk memusnahkan populasi manusia.

Akhir bulan lalu ratusan tokoh, termasuk pakar, peneliti, dan pemimpin industri teknologi menandatangani surat yang menyerukan untuk menjadikan upaya ‘mengurangi risiko kepunahan AI sebagai prioritas global bersama dengan risiko skala sosial lainnya seperti pandemi dan perang nuklir’. (ilj/bbs)




Pakar Cemas AI Bakal Musnahkan Manusia Seperti Alien

Kabar6-Belum lama ini, Elon Musk beserta pendiri Apple Steve Wozniak dan pakar lainnya menandatangani surat yang meminta pengembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ditunda setidaknya enam bulan sampai ada aturannya.

Namun menurut pakar, upaya itu belum cukup untuk membendung bahaya AI. Melansir Independent, seorang pakar AI dan pendiri Machine Intelligence Research Institute (MIRI) bernama Eliezer Yudkowsky, menyatakan bahwa situasinya sangat serius karena bisa saja AI akan lebih pintar dari manusia dan memberontak, mirip seperti di film fiksi ilmiah.

“Masalah kuncinya adalah apa yang terjadi setelah AI menjadi lebih pintar dari kecerdasan manusia,” ujar Yudkowsky. “Banyak peneliti mendalami masalah ini, termasuk saya, memperkirakan hasil yang paling mungkin dari membangun AI yang sangat cerdas adalah bahwa setiap orang di Bumi akan mati. Itu adalah hal jelas yang akan terjadi.”

Yudkowsky cemas AI nanti tak lagi mematuhi penciptanya dan mungkin tak peduli dengan nyawa manusia. “Visualisasikan peradaban alien, berpikir jutaan kali kecepatan manusia, awalnya terbatas pada komputer, di antara makhluk yang dari sudut pandang mereka sangat bodoh dan sangat lambat,” tutur Yudkowsky.

Menuruta Yudkowsky, enam bulan tak cukup untuk membuat rencana bagaimana menghadapi teknologi AI yang berkembang pesat. “Butuh waktu lebih dari 60 tahun sejak gagasan Kecerdasan Buatan pertama kali diusulkan dan dipelajari. Memecahkan keamanan kecerdasan super, keamanan dalam arti ‘tidak membunuh semua orang secara harfiah’, bisa memakan waktu setidaknya setengah dari waktu itu,” terang Yudkowsky.

Saran Yudkowsky tentang isu ini adalah kerja sama internasional untuk menghentikan pengembangan sistem AI yang kuat. “Tutup semuanya. Matikan semua klaster GPU besar. Matikan semua pelatihan besar berjalan. Tetapkan batas atas berapa banyak daya komputasi yang boleh dipakai siapa pun dalam melatih sistem AI. Tak terkecuali bagi pemerintah dan militer,” kata Yudkowsky lagi.(ilj/bbs)




Fedha Jadi Penyiar Berita Pertama di Kuwait yang Bukan Manusia

Kabar6-Fedha jadi penyiar berita virtual pertama yang diluncurkan outlet media Kuwait, dengan menggunakan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, untuk membaca buletin online.

Ya, melansir theguardian, Fedha merupakan penyiar non-manusia pertama di Kuwait, yang muncul di akun Twitter situs web Kuwait News sebagai gambar wanita, dengan rambut berwarna cerah tidak ditutupi jilbab, mengenakan jaket hitam dan kaus putih.

“Saya Fedha, presenter pertama di Kuwait yang bekerja dengan artificial intelligence di Kuwait News. Berita seperti apa yang Anda sukai? Mari kita dengar pendapat Anda,” kata Fedha dalam bahasa Arab klasik.

Situs itu berafiliasi dengan Kuwait Times, didirikan pada 1961 sebagai harian berbahasa Inggris pertama di kawasan Teluk. Abdullah Boftain, wakil pemimpin redaksi untuk kedua outlet tersebut, mengatakan bahwa langkah tersebut merupakan ujian potensi AI untuk menawarkan ‘konten baru dan inovatif’.

Di masa mendatang, kata Boftain, Fedha dapat mengadopsi aksen Kuwait dan menyajikan buletin berita di akun Twitter situs tersebut, yang memiliki 1,2 juta pengikut. ** Baca juga: Pernikahan Pertama Kandas, Wanita Lansia 77 Tahun di AS Ini Nikahi Dirinya Sendiri

“Fedha adalah nama lama Kuwait yang populer yang mengacu pada perak, logam. Kami selalu membayangkan robot berwarna perak dan metalik, jadi kami menggabungkan keduanya,” terang Boftain.

Menurut Boftain, rambut pirang presenter dan mata berwarna terang mencerminkan populasi Kuwait dan ekspatriat yang beragam di negara kaya minyak itu. “Fedha mewakili semua orang,” katanya.

Video 13 detik pertama Fedha menghasilkan banyak reaksi di media sosial, termasuk dari jurnalis. Peningkatan pesat AI secara global telah meningkatkan janji manfaat, seperti dalam perawatan kesehatan dan penghapusan tugas-tugas duniawi, tetapi juga ketakutan, misalnya atas potensi penyebaran disinformasi, ancaman terhadap pekerjaan tertentu, dan integritas artistik.(ilj/bbs)




Ilmuwan Sebut Manusia Bisa Mencapai Keabadian pada 2030

Kabar6-Ray Kurzweil, ilmuwan komputer dan futuris, menetapkan beberapa garis waktu yang sangat spesifik perihal kapan manusia akan mencapai keabadian, dan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan akan mencapai singularitas.

Apabila ‘ramalan’ Kurzweil terbukti akurat, melansir Walesonline, itu artinya manusia ‘hanya’ perlu bertahan selama tujuh tahun ke depan untuk bisa mendapat kesempatan hidup abadi. Kurzweil memiliki rekam jejak yang masuk akal dalam membuat prediksi tentang teknologi. Sebelumnya, pada 1990 Kurzweil memprediksi dengan tepat bahwa komputer akan mengalahkan manusia juara catur dunia pada 2000.

Kurzweil meramalkan munculnya komputer portabel dan smartphone, peralihan ke teknologi yang lebih wireless, dan terjadinya ledakan teknologi. Pada masa itu, internet belum umum dipakai banyak orang, bahkan belum jelas konsep dan kegunaannya.

“Tahun 2029 adalah tanggal konsisten yang saya perkirakan ketika AI akan lulus tes Turing yang valid dan karenanya mencapai tingkat kecerdasan manusia,” kata Kurzweil. “Saya telah menetapkan tahun 2045 sebagai waktu tercapainya ‘singularitas’, yaitu saat kita akan melipatgandakan kecerdasan efektif kita satu miliar kali lipat dengan menggabungkannya dengan kecerdasan yang telah kita ciptakan.”

Terkait dengan prediksi hidup abadi, Kurzweil percaya bahwa pada 2030, manusia akan dapat menambah harapan hidup manusia setidaknya ‘bonus’ umur lebih dari satu tahun setiap tahunnya. ** Baca juga: Angka Kelahiran Turun, Jepang Tawarkan Uang untuk Wanita yang Bersedia Bekukan Sel Telurnya

Prediksi ini juga bagian dari kemajuan menuju singularitas 15 tahun kemudian. Menurutnya, manusia akan mengalami kondisi ketika nanobots mengalir melalui aliran darah, melakukan perbaikan dan menghubungkan otak kita ke jaringan cloud.

Kita buktikan saja apakah ramalan Kurzweil benar atau meleset.(ilj/bbs)




Inovasi Baru, Pakar di AS Kembangkan ChatGPT untuk Menanyakan Tentang Tuhan

Kabar6-Teknologi baru inovasi dari kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) oleh OpenAI makin berkembang, salah satunya adalah ChatGPT.

Para pakar, melansir Dailystar, mengatakan bahwa kemungkinan singularity atau AI lebih pintar dari manusia dan bahkan bisa mendominasi dunia. Levandowski pun mengajukan permohonan mendirikan gereja baru bernama ‘Way of the Future’ (WOTF/Jalan Masa Depan) ke pemerintah negara bagian California, Amerika Serikat (AS) beberapa waktu lalu.

“Berbicara soal agama tentu tidak lepas dari Ketuhanan. Beberapa waktu lalu saya sempat menanyakan tentang Tuhan kepada ChatGPT,” kata Levandowski. ** Baca juga: Ibu 7 Anak di Polandia Lahirkan 5 Bayi Kembar

Pria yang ikut mengembangkan Google Street View ini juga mendaftar sebagai CEO dan Presiden WOTF. Dalam dokumen permohonan, Levandowski menjelaskan bahwa tujuannya adalah ‘mengembangkan dan mempromosikan prinsip Ketuhanan berdasarkan AI’.

Levandowski percaya bahwa perubahan teknologi berbasis AI ini secara radikal bisa mengubah eksistensi manusia, lapangan kerja, agama (konvensional), ekonomi, dan bahkan memengaruhi kelangsungan hidup manusia.(ilj/bbs)