1

Rekonstruksi Wajah Ungkap Sosok Gadis Anglo-Saxon yang Meninggal 1.300 Tahun Lalu

written by Editor | 28 Juni 2023

Kabar6-Arkeolog menemukan kerangka seorang gadis yang terkubur di tempat tidur kayu wilayah Trumpington, Cambridgeshire, Inggris pada 2012 lalu. Dan kini, wajah gadis remaja yang meninggal lebih dari 1.300 tahun itu berhasil terungkap melalui rekonstruksi wajah.

Selain kerangka, salib emas dan garnet di dada gadis ini. Menurut arkeolog Sam Legget, melansir Yahoo, ahli terbiasa melihat kerangka tanpa wajah, namun seorang seniman ingin mencoba menggambarkan wajah kerangka ribuan tahun ini. “Sebagai seorang arkeolog saya terbiasa dengan orang-orang tanpa wajah. Jadi sangat menyenangkan bagaimana penampilannya,” terang Legget.

Seniman forensik, Hew Morrison, membuat rekontruksi wajah menggunakan pengukuran tengkorak wanita muda dan data wanita Kaukasia. ** Baca juga: Arkeolog Meksiko Temukan Kota Kuno Berusia Ribuan Tahun di Tengah Hutan

“Mata kirinya sedikit lebih rendah, sekira setengah sentimeter, dari mata kanannya, ini akan sangat terlihat dalam kehidupan,” jelas Morrison.

Gadis muda ini diduga dari kelompok biara yang banyak terlibat dengan gereja Eropa. Hal itu terlihat dari peti yang memiliki lambang salib emas. Legget menambahkan, mereka melakukan analisis terhadap tulang dan gigi gadis remaja abad ke-7 ini yang mengungkap kehidupannya secara singkat.

Dia lahir di Jerman selatan, dan pindah ke flat, Cambridgeshire fens, beberapa titik setelah dia berusia tujuh tahun. Dia melakukan perjalanan jauh semasa hidupnya. Selama perjalanan itu, dia dikabarkan tidak sehat. Pola makannya juga terlihat berubah saat dia sampai Inggris.

“Dia mungkin tidak sehat, dia melakukan perjalanan jauh ke suatu tempat yang sama sekali asing, bahkan makanannya berbeda, pasti menakutkan,” kata Legget. “Kami sekarang tahu proporsi protein turun, menunjukkan dia makan lebih banyak daging dan produk susu saat berada di Jerman selatan daripada saat tiba di Trumpington.”

Gambar tersebut akan dipajang sebagai bagian dari pameran Universitas Cambridge.(ilj/bbs)