oleh

Tabiat Suka Berselingkuh Merupakan ‘Turunan’ dari Keluarga?

image_pdfimage_print

Kabar6-Pernahkah Anda mendengar ungkapan bahwa apabila salah satu orangtua hobi selingkuh, hal itu akan menurun kepada anaknya? Benarkah pendapat itu?

Sebuah studi yang digelar di Texas Tech University, melansir Okezone, mengungkapkan bahwa individu yang berselingkuh, kemungkinan tergoda untuk melakukan sebuah perselingkuhan dikarenakan Orangtua mereka juga melakukan hal yang sama. “Orang-orang yang memiliki orangtua berselingkuh, dua kali lebih besar untuk juga berselingkuh jika dibandingkan rekan sebayanya yang memiliki orangtua tidak berselingkuh,” demikian disebutkan sang penulis studi, yang dipublikasikan dalam Journal of Family Issues.

Dr. Dana Weiser, pemimpin studi, mengatakan bahwa orangtua secara inheren mempengaruhi persepsi anak-anak mereka tentang hubungan romantis, dalam cara mereka mengkomunikasikan perselingkuhan, baik itu secara verbal maupun non-verbal.

“Orangtua mungkin mencoba untuk membenarkan perilaku mereka atau menggambarkan bahwa sebuah ketidaksetiaan lebih dapat diterima, yang kemudian mempengaruhi keyakinan dan perilaku anak. Orangtua mengajarkan anak-anak mereka tentang apa yang dapat diterima dan bermanfaat dalam hubungan romantis dan perilaku orangtua mungkin memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan bagi hubungan asmara anak-anak mereka sendiri,” kata Dana.

Studi di atas juga mendukung penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh psikolog University of Queensland, Brendan P. Zietsch. Dalam penelitian itu diungkapkan, orang yang berselingkuh membawa gen reseptor oksitosin dan vasopresin yang membuat kemungkinan membuat mereka menjadi berselingkuh.

Seperti dikutip Evoke dari sebuah studi yang dilakukan Texas Tech university dan University of Nevada, menunjukkan bahwa menjadi tabiat tukang selingkuh kemungkinan bisa menurun mengalir di dalam keluarga.

Periset mengamati sekira 300 siswa untuk bisa melihat apakah ada hubungan antara orangtua yang terlibat dalam perselingkuhan dan kemungkinan anak juga melakukan hal yang sama.

Para periset bertanya kepada para siswa, apakah mereka pernah berselingkuh, dan sebanyak 30 persen menjawab bahwa mereka memang pernah berselingkuh. Lalu diberikan juga pertanyaan apakah ibu dan ayah mereka pernah melakukan selingkuh dengan orang lain, sebanyak 33 persen menjawab ‘Ya’ dengan indikasi bahwa pihak ayah lebih banyak melakukan perselingkuhan dibandingkan pihak ibu.

Para siswa yang mengaku pernah menyelingkuhi pasangannya sendiri, dua kali lebih mungkin memiliki orangtua yang juga telah berselingkuh. Di mana hal ini menunjukkan indikasi bahwa mempunyai orangtua yang punya tabiat selingkuh, kemungkinan akan membuat diri Anda juga berselingkuh di masa mendatang.

Namun tentu saja hal ini bukan berarti menjadikan ‘tidak ada harapan’ bagi orang-orang yang memiliki orangtua atau sejarah keluarga yang berselingkuh, karena pada dasarnya seorang inividual tetap bisa untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh orangtuanya.

“Riwayat adanya perselingkuhan orangtua hanyalah salah satu faktor perselingkuhan. Masih banyak juga orang-orang yang orangtuanya berselingkuh, namun di kehidupan asmara pribadinya adalah sosok yang sangat tekun,” urai penulis studi tadi. ** Baca juga: Saat Diet, Ini 6 Zat Gizi yang Mungkin Hilang

Seseorang, disarankan Dana, harus bersedia untuk berupaya mengasah kemampuan berhubungan. Belajar untuk berkomunikasi dan memahami apa yang diri harapkan dari pasangan, adalah salah satu dari beberapa cara seseorang dapat mulai membangun hubungan asmara yang solid yang tidak mungkin memiliki masalah soal perselingkuhan.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email