oleh

Studi: Pekerja yang Tinggal Jauh dari Kantor Miliki Masalah Tidur dan Gaya Hidup

image_pdfimage_print

Kabar6-Sebuah studi dari Swedia menunjukkan bahwa orang-orang yang bekerja penuh waktu dan harus menempuh jarak jauh untuk bekerja, cenderung memiliki masalah tidur dan gaya hidup yang monoton, dibanding rekan-rekan yang berkantor lebih dekat ke rumah.

Berdasarkan kajian tersebut, melansir msn, kalangan pekerja yang memiliki jam kerja lebih dari 40 jam seminggu dan setiap hari menempuh perjalanan lebih dari 30 menit untuk ke kantor, berisiko memiliki gaya hidup tidak aktif sebanyak 25 persen lebih tinggi. Selain itu mereka juga memiliki risiko masalah tidur sebanyak 16 persen lebih tinggi.

“Masalah tidur mungkin timbul dari kurangnya waktu untuk kegiatan pelepasan stres dan relaksasi,” kata Jaana Halonen, ketua penulis studi dari Universitas Stockholm dan Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Finlandia di Helsinki. “Orang juga mungkin terlalu lelah untuk aktif secara fisik setelah hari kerja yang panjang dan bepergian.”

Dalam Occupational & Environmental Medicine, Halonen dan rekannya mencatat jadwal harian kebanyakan orang dewasa ditentukan oleh rutinitas kerja mereka, termasuk berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk bekerja.

Meski jam kerja yang panjang telah dikaitkan dengan perilaku tidak sehat, seperti kurang aktif bergerak, merokok, dan kebiasaan makan yang buruk, tak banyak diketahui gabungan efek dari kerja berlebihan dan melakukan perjalanan jauh untuk bekerja dalam waktu lama.

Dalam melakukan studi tersebut, para peneliti melakukan survei terhadap lebih dari 22 ribu orang dewasa setidaknya dua kali antara 2008 dan 2018.

Para peneliti menanyakan kepada responden tentang pekerjaan dan waktu tempuh perjalanan ke kantor, seberapa banyak mereka minum, merokok, berolahraga dan tidur. Mereka juga ditanya tentang tinggi dan berat peserta untuk menentukan indeks massa tubuh (BMI).

Meski banyak pekerja memiliki rute yang konsisten untuk bekerja selama penelitian tersebut dilakukan, sebanyak 14 persen responden telah mengubah waktu perjalanan sekali selama penelitian. Sekira lima 5 persen mengubah perjalanan setidaknya dua kali.

Di antara orang-orang yang biasanya bekerja kurang dari 40 jam seminggu, dikatakan studi tadi, waktu perjalanan tampaknya tidak mempengaruhi perilaku kesehatan, seperti minum, merokok atau berolahraga. ** Baca juga: Konsumsi Jeruk Nipis Bisa Bantu Kecilkan Perut Buncit?

Orang dengan jam kerja lebih lama dan perjalanan panjang tampaknya lebih cenderung memiliki kelebihan berat badan dibandingkan mereka yang bekerja atau bepergian lebih sedikit. Namun, hal ini bisa jadi hanya karena kebetulan.

Para peneliti tidak memiliki data tentang bagaimana orang bepergian, sehingga tidak jelas apakah mereka memiliki mode transit yang tidak aktif seperti mengemudi atau jika mereka berolahraga dengan berjalan kaki atau bersepeda.

“Kami tahu berjalan kaki dan bersepeda untuk bepergian cenderung dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik,” kata Oliver Mytton, seorang peneliti di University of Cambridge di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email