oleh

Satu Keluarga di Bangladesh Tak Punya Sidik Jari Akibat Mutasi Genetik

image_pdfimage_print

Kabar6-Setiap manusia memiliki sidik jari yang berbeda satu sama lain. Sidik jari adalah pola punggungan, lingkaran kecil, dan berbentuk seperti lembah pada ujung masing-masing jari.

Sidik jari manusia tidak bisa berubah seumur hidup. Jadi, kumpulan garis ini sering digunakan sebagai alat identifikasi yang sah. Perbedaan pola sidik jari disebabkan oleh tekanan darah, kadar oksigen dalam darah, gizi ibu, tingkat hormon, posisi janin dalam rahim, dan banyak lagi variabel lainnya yang dapat memengaruhi pola pada sisik jari manusia.

Namun apa yang terjadi di Bangladesh ini sungguh langka. Sebuah keluarga, melansir Dailymail, mengalami mutasi genetik sehingga tidak memiliki sidik jari. Apu Sarker (22) dan para lelaki di keluarganya, memiliki kondisi yang membuat bantalan jari mereka halus serta tidak memiliki tonjolan unik yang membentuk sidik jari.

Tidak adanya sidik jari tersebut membuat keluarga Sarker mengalami banyak kendala. Ya, di Bangladesh sendiri sidik jari juga diperlukan untuk membuat KTP, paspor, dan SIM.

Ayah Sarker yang bernama Amal pun menemui kesulitan untuk mendapatkan setiap dokumen penting. Meskipun Amal telah membayar biaya dan lulus ujian untuk mendapatkan SIM, pihak berwenang menolak untuk mengeluarkan izin karena tidak adanya sidik jari.

Kendala seperti itu juga dialami Sarker saat ia membeli ponsel. Sejak 2016, Bangladesh membutuhkan sidik jari warganya agar sesuai dengan database nasional saat membeli kartu Sim.

“Mereka tampak bingung ketika saya pergi membeli kartu sim, perangkat lunak mereka tidak berfungsi setiap kali saya meletakkan jari saya di sensor,” kata Sarker.

Hingga akhirnya, permintaannya ditolak dan sekarang semua pria di keluarganya menggunakan kartu sim yang terdaftar pada ibu Sarker. Tidak adanya sidik jari juga menyebabkan masalah bagi paman Sarker bernama Gopesh, yang harus menunggu dua tahun untuk mendapatkan paspor resmi.

Selain itu, Gopesh juga harus meyakinkan atasannya untuk mengizinkan dia menandatangani lembar absensi, ketimbang menggunakan sistem absensi sidik jari di kantornya.

Keluarga Sarker yang tinggal di sebuah desa Distrik Rajshahi utara, diduga menderita kondisi langka yang dikenal dengan Adermatoglyphia. Kondisi tersebut menyebabkan kurangnya tonjolan pada jari tangan dan kaki, dengan gejala termasuk berkurangnya kelenjar keringat di tangan dan kaki, benjolan putih kecil di wajah, dan kulit yang melepuh.

Hal ini disebabkan oleh mutasi pada gen SMARCAD1 dan merupakan kondisi yang diturunkan, pertama kali menjadi perhatian luas pada 2007. Di Bangladesh, seorang dokter kulit telah mendiagnosis keluarga Sarker dengan keratoderma palmoplantar bawaan.

Namun Profesor Peter Itin, seorang dokter kulit Swiss, percaya ini mungkin telah berkembang menjadi Adermatoglyphia sekunder. ** Baca juga: Ilmuwan Temukan Rumah Mayat Bangsa Viking di Norwegia

Karena kondisi inilah, Amal akhirnya diberi kartu identitas yang diperlukan untuk memberikan suara dalam pemilihan, dengan keterangan cap ‘Tanpa sidik jadi’ di atasnya, dan menerima paspor setelah menunjukkan sertifikat medis.

Amal dan putranya baru-baru ini menerima jenis KTP baru yang menggunakan pemindaian retina dan pengenalan wajah bersama dengan sidik jarinya, meskipun dokumen resmi lainnya tetap sulit didapat.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email