oleh

Punya Hutang Rp. 8 Juta, Zakaria Berpesan Lewat Surat Wasiat

image_pdfimage_print

Kabar6-Sebelum tewas, kuli bangunan bernama Zakaria (19), kiranya sempat menulis surat wasiat yang ditujukan kepada Lamin Santoso (32), rekan kerja sekaligus penghuni rumah kontrakan yang ditumpanginya selama ini.

Dalam surat wasiat itu, pemuda asal Pemalang, Jawa Tengah itu beberapa kali menyampaikan permohonan maapnya, karena telah merepotkan keluarga Lamin.

Selain menghibahkan hand phone dan gitarnya ke pemilik warung dekat rumah, Zakaria juga meminta Lamin untuk membayarkan hutangnya di warung sebesar Rp. 60 ribu, dengan uang miliknya yang saat ini ada pada salah seorang temannya sesama kuli bernama Solihin.

Zakaria tidak ingin bila kematiannya menjadi pemberitaan di televisi dan ingin jenazahnya dimakamkan di Tangerang, karena dia tidak ingin merepotkan keluarganya di Kampung.

Dalam wasiatnya Zakaria juga berjanji tidak akan mengganggu siapapun, asalkan Lamin menjalankan semua amanahnya.

Sementara, Kapolsek Pondok Aren Kompol Parmono mengatakan, selain hutang yang tertera dalam surat wasiat, ternyata korban juga memiliki hutang sebesar Rp. 8 juta kepada tetangganya di kampung.

“Dari hasil keterangan para saksi, diketahui bahwa korban juga punya hutang lain sebesar Rp.8 juta. Uang itu digunakan untuk membiaya kebutuhaan hidup 4 adik korban yang tinggal di kampung,” ujar Kapolsek.

Saat ini, lanjut Kapolsek, pihaknya tengah berupaya menghubungi keluarga korban terkait temuan surat wasiat tersebut. “Kami sedikit kesulitan, karena KTP dan kartu telepon sudah dibakar korban,” ujarnya.

Ya, kuli bangunan bernama Zakaria itu ditemukan tewas tergantung dengan leher terjerat kain sarung di pohon rambutan tak jauh dari rumah kontrakan yang dihuninya pada Sabtu (8/9/2012) pagi.

Jenazah korban pertama kali ditemukan oleh Evi (32), warga setempat yang sekaligus merupakan induk semang dari rumah kontrakan yang dihuni korban.

“Awalnya saya mau menghidupkan mesin air (Jet Pump). Tapi saat membuka pintu belakang, saya melihat ada orang tergantung di pohon. Kontan saja saya teriak,” ujar Evi.(turnya)

Print Friendly, PDF & Email