oleh

Presiden Tuntut Optimalkan Pemanfaatan Hasil Iptek

image_pdfimage_print

Kabar6-Presiden Joko Widodo menyoroti belum optimalnya pemanfaatan hasil iptek Indonesia. Saat memberikan sambutan pada pembukaan Forum Inovasi Nasional (National Innovation Forum/NIF) 2015, di Graha Widya Bakti Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Presiden mempertanyakan hasil-hasil iptek yang ternyata belum menjawab kebutuhan bangsa.

 

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi menyampaikan luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas 17 ribu pulau, yang kalau didatangani semua wilayah itu, akan terlihat betapa sangat besarnya tantangan kita menghadapi, baik dari sisi transportasi, pangan, dan energi.

 

“Kita lihat transportasi. Bayangkan dari sebuah pulau kecil ke pulau yang lain di sebuah provinsi. Transportasinya apa? Apakah udara, atau laut. Mana yang efisien,” papar Jokowi.

 

Karena itu, Presiden mengingatkan pentingnya penelitian riset di bidang dirgantara. Sebetulnya pesawat apa yang paling pas untuk transportasi dari provinsi ke provinsi, kota ke kota, pulau ke pulau, apakah tipe yang besar, atau tipe yang sedang atau kecil.

 

“Sudah ada N219. Akan ada lagi N245. Saya tadi dibisiki Prof. BJ Habibie, yang lebih pas lagi menurut beliau yang R80, karena penumpangnya pas untuk wilayah-wilayah yang akan kita lalui,” tambahnya.

 

Begitu juga di bidang kemaritiman. Apakah dari provinsi ke provinsi, pulau ke pulau, itu perlu kapal yang seperti apa. Ia menyebutkan, sering kali gara-gara masalah transportasi ini, connectivity, tidak kita ukur. Harga semen di Pulau Jawa Rp60 ribu hingga Rp70 ribu per zak, namun di Papua bisa mencapai Rp2,5 juta.

 

“Hal-hal seperti inilah yang harus diselesaikan dengan sebuah riset/penelitian yang baik,” ujarnya. ** Baca juga: Indosat & BEI Ajak Generasi Muda Menjadi Investor Pasar Modal

 

Soal pangan, Presiden Jokowi mengemukakan, waktu di Subang sudah ada benih padi yang di satu hektar bisa mencapai delapan hingga sembilan ton. Namun di tingkat petani hanya bisa lima ton.

 

“Kenapa dari sembilan (ton) bisa jatuh ke lima? Karena tidak didampingi. Kapan petani harus memupuk, bagaimana pemeliharaan peralatannya, bagaimana cara menangani mesinnya,” terangnya.

 

Diakui Presiden, dari pemerintah dukungan anggaran memang belum besar. Tetapi kalau penelitian kita tidak fokus, tidak ada kesinambungan, anggaran yang sedikit itu larinya malah ke mana-mana.

 

“Memang riset itu perlu kesinambungan, tidak boleh berhenti jika ada hambatan, harus terus. Yang kedua harus fokus, apa yang mau negara ini kerjakan. Ke arah mana riset-riset itu dibawa,” papar Jokowi.

 

Presiden Jokowi juga menyoroti masalah sinergi antar lembaga yang menurutnya belum terjalin.

 

“Itulah tugas Pak Menteri, dan kita ingin agar ada perwujudan yang jelas, kerjasama antara peneliti, dunia usaha, perguruan tinggi, kerjasama yang konkret, kolaborasi yang jelas, sehingga nanti keluarannya adalah sebuah produk yang bermanfaat bagi rakyat,” tegasnya.(asri)

Print Friendly, PDF & Email