oleh

Penyebab Wanita Lebih Mudah Depresi Ketimbang Pria

image_pdfimage_print
Ilustrasi/bbs
Ilustrasi/bbs

Kabar6-Perasaan sedih yang tidak kunjung menghilang, bisa menjadi tanda depresi, yaitu kondisi gangguan mental yang dapat memengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk perasaan, cara berpikir, bahkan aktivitas sehari-hari.

Setiap wanita yang mengalami depresi akan memiliki gejala berbeda. Selain itu tingkat keparahan, frekuensi gejala, dan lamanya depresi yang dialami juga bergantung pada karakteristik individu dan stadium penyakitnya.

Studi menemukan bahwa perubahan hormon merupakan penyebab wanita rentan mengalami depresi. Dilansir Hello Sehat, berikut adalah penyebab wanita rentan mengalami depresi dibandingkan pria:

1. Faktor genetik
Riwayat depresi keluarga meningkatkan peluang terjadinya depresi, baik pada pria dan wanita. Namun, studi menunjukkan bahwa tekanan hidup yang dialami cenderung membuat wanita lebih rentan untuk mengalami stres yang berujung depresi dibandingkan pria. Mutasi genetik tertentu yang terkait dengan perkembangan depresi berat hanya terjadi pada wanita.

2. Masa pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan, baik secara fisik dan psikis. Berkaitan dengan depresi, studi menemukan bahwa sebelum masa puber, anak laki-laki dan perempuan sama-sama cenderung mengalami depresi. Namun, setelah usia 14 tahun, wanita cenderung dua kali lebih rentan mengalami depresi.

3. Menstruasi
Menjelang menstruasi sering kali terjadi perubahan mood yang serupa dengan depresi akibat perubahan hormon, dan ini adalah hal yang wajar. Keadaan tersebut lebih dikenal dengan istilah PMS atau sindrom pramenstruasi.

Namun ada bentuk PMS yang lebih parah, dan disebut dengan Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). PMDD adalah kondisi serius dengan gejala yang parah seperti mudah marah, merasa tertekan, kesedihan, pikiran untuk bunuh diri, perubahan nafsu makan, perut kembung, nyeri payudara, dan nyeri sendi atau otot.

4. Masa kehamilan
Masa kehamilan tidaklah mudah, karena selama proses tersebut akan terjadi perubahan hormon yang dapat memicu terjadinya perubahan mood atau depresi pada wanita. Wanita hamil biasanya menghadapi morning sickness alias mual dan muntah, penambahan berat badan, dan mood swings atau perubahan emosi yang tak terduga.

Perubahan hormon dan genetik saat proses perkembangan janin juga membuat wanita lebih rentan mengalami gangguan mood, seperti depresi. Bahkan setelah melahirkan, wanita juga rentan mengalami baby blues, yaitu kondisi khawatir, tidak bahagia, mood swings, dan kelelahan setelah melahirkan.

Hal yang lebih parah, ibu yang baru melahirkan juga berisiko mengidap postpartum depression alias depresi pascamelahirkan, yaitu depresi yang ditandai dengan perasaan kesedihan, kegelisahan, dan kelelahan yang ekstrem sehingga dapat menyulitkan wanita untuk menjalani peran baru sebagai ibu, termasuk dalam merawat bayinya.

5. Masa perimenopause (menjelang menopause)
Beberapa wanita rentan mengalami depresi setelah proses melahirkan atau selama masa transisi menuju masa menopause. Proses peningkatan dan penurunan hormon reproduksi pada tahun-tahun menjelang atau selama menopause dapat menyebabkan depresi.

Perimenopause (transisi menuju menopause) adalah fase normal dalam kehidupan seorang wanita. Jika Anda mengalami perimenopause, gejala yang timbul biasanya berupa masalah tidur dan perubahan suasana hati.

6. Pengaruh lingkungan
Faktor lain yang juga dapat membuat wanita rentan depresi adalah faktor lingkungan, terutama terkait peran wanita sebagai ibu, istri, dan anak bagi orangtuanya. Upaya menyeimbangkan ketiga peran kehidupan tersebut tidak jarang membuat wanita rentan mengalami stres yang dapat memicu terjadinya depresi.

Beberapa studi menunjukkan bahwa wanita mungkin lebih cenderung merenungkan kejadian, yang baik maupun yang buruk, dibandingkan pria. Ini membuat wanita rentan mengalami kecemasan. ** Baca juga: Ini 8 Makanan yang Baik untuk Jantung

Tidak perlu malu untuk meminta pertolongan demi menangani masalah psikis Anda. Seperti halnya penyakit fisik, penyakit mental pun memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email