oleh

Pemprov Banten Kembangkan Pertanian Kakao

image_pdfimage_print

Kabar6-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan terus mengembangkan perkebunan kakao. Maklum, sejak hadir di Banten, kakao menjadi salah satu primadona di masyarakat dan menjadi salah satu komoditas unggulan.

Bukan tanpa sebab, itu karena kakao memilki harga yang cukup stabil. Bahkan, apabila dipelihara dengan baik, kakao bahkan dapat dipanen sepanjang tahun.

Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Kehutanaan dan Perkebunan Provinsi Banten, Agus Purno Hadi mengatakan, saat ini luas lahan komoditas kakao di Banten mencapai 8.067,85 Ha, dengan kapasitas produksi sebesar 3.084,09 Ton biji kakao.

“Sementara ini, keberadaan kakao masih di dominasi oleh wilayah Kabupaten Lebak. Sedangkan sebelihnya tersebar di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang,” ujar Agus.

Sedangkan dari total luas kebun kakao tersebut, seluas 1.022,65 Ha atau 12,68 persen dikuasai oleh perusahaan perkebunaan swasta yang mayoritas sudah menghasilkan. Sedangkan 7.045,20 Ha atau 87,32 persen lainnya merupakan perkebunan rakyat,” jelasnya.

Untuk meningkatkan produksi, kata Agus, pihaknya melakukan upaya peremajaan, rehabilitasi, intesifikasi dan peningkatan pemeliharan melalui pemupukan dan pemangkasan yang baik.

Faktanya, sejak tahun 2009, areal pertanian kakao terus meningkat. Bibit bermutu merupakan cikal bakal bagai tercapainya produksi yang baik. Selain dari sumber benih yang sudah bersertifikat, kini juga terdapat produksi bibit dengan sistim Somatic Embryogenesis.

“Begitu juga dengan rehabilitasi. Bisa dilakukan sambung samping bagi pohon yang kurang produksinya, atau dilakukan sambung pucuk bagi benih-benih yang berasal dari benih asalan,” ujar Agus.

Menurutnya, agar tanaman kakao tumbuh dan berkembang baik, maka perlu adanya upaya yang optimal dari semua pihak terkait dalam hal pembudidayaan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Banten, sudah mengembangkan tanaman kakao sebagai tanaman komoditas unggulan yang dilaksanakan melalui pola cluster.

Demikian pula dengan rintisan kerjasama kemitran, pemasaran hasil dan peningkatan teknik pengolahan hasil kakao, dilakukan melalui proses fermentasi. Cara yang paling sederhana untuk fermentasi adalah dengan memeram didalam karung.

“Di Banten ini, petani kakao harus dapat menangkap peluang besar pasar yang ada sebaik mungkin. Itu mengingat Industri Pengelolahan Kakao Nasional berada di Provinsi Banten. Dengan memasok kebutuhan industri tersebut kita dapat menikmati margin yang lebih baik, karena dapat menekan biaya,” papar Agus.

Dijelaskanya, prospek kakao sangat menarik, Indonesia berpotensi bukan hanya sebagai produsen tetapi juga memiliki pasar yang besar untuk berkembangnya industry makanan dan minuman olahan.

“Konsumsi coklat dalam negeri masih perlu ditingkatkan, saat ini perkapita penduduk Indonesia baru mencapai 0,3 per tahun, jauh dari perkapita Negara Eropa yang mencapai 4 Kg/tahun. Padahal Indonesia adalah penghasil kakao terbesar ke 3 di dunia,” jelasnya.

Menurutnya, serangkaian penelitian terhadap kandungan coklat, diantaranya mengandung zat flavanoid yang dapat meningkatkan HDI, mengurangi resiko penyumbatan dari pembuluh darah, mengurangi resiko tekanan darah tinggi, melancarkan aliran darah, mengurangi penyakit jantung, memberbaiki mood dengan memacu produksi serotom dalam otak menekan depresi.

“Setiap tanggal 16 september adalah hari Kakao Indonesia, diharapkan dengan Gerakan Minum Coklat Nasional menjadi suatu budaya seperti halnya minum teh atau kopi pada sore hari. Dengan demikian kakao dapat menjadi kaya di negaranya sendiri,” katanya.(ADV)

Print Friendly, PDF & Email