oleh

Pemeriksaan Koroner Jantung dengan Calcium Scoring

image_pdfimage_print

Kabar6-Penyakit jantung ada bermacam jenisnya, antara lain penyakit jantung koroner, katup, bawaan, hipertensi, gagal jantung, irama jantung dan lainnya. Masing-masing mempunyai gejala dan tanda yang berbeda. Yang paling menakutkan adalah penyakit jantung koroner karena tingkat fatalitas yang tinggi (mematikan).

Sayangnya tidak pada semua penderita memberikan tanda atau gejala, oleh karena itu penyakit jantung koroner sering disebut “silent-killer” (pembunuh diam-diam). Sehingga kita harus selalu memeriksakan kondisi jantung untuk dapat mengetahui kondisinya, terutama pada orang yang mempunyai risiko.

Ahli jantung dan pembuluh darah sub-interventional cardiologist Bethsaida Hospital Gading Serpong, DR. Dr. Raja Adil C. Siregar, SpJP(K), FIHA, FICA, FESC, FACC, FAPSIC, FSCAI menjelaskan, penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang mengenai sistem pembuluh darah koroner, yaitu sistem pembuluh darah yang memberi darah (mensuplai energi dan oksigen) ke otot jantung.

“Untuk bisa menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu bergerak/berdenyut memompa darah keseluruh tubuh, otot jantung memerlukan suplai darah melalui pembuluh darah coroner,” kata Raja Adil dalam laporan tertulisnya, Sabtu (22/2/2020).

Bila ada yang menghalangi suplai darah ke otot jantung, misalnya karena ada sumbatan di pembuluh darah koroner sehingga mengganggu jalannya darah, maka darah yang sampai ke otot jantung akan berkurang, dengan akibat tampilan kerja otot jantung akan berkurang, dari derajat ringan (sumbatan ringan) sampai yang terberat (tersumbat total pada serangan jantung akut).

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab utama penyakit jantung satu ini,
A. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi/dikendalikan, seperti:
Merokok, kolesterol, trigliserida, asam urat, gula darah, pola hidup kurang gerak, obesitas, hipertensi, polusi

B. Faktor risiko yang tidak bisa kita kendalikan seperti:
Usia, jenis kelamin, genetik, lingkungan tertentu. Modifikasi Gaya Hidup untuk Menurunkan Risiko Penyakit Jantung Koroner

Ada beberapa cara untuk check-up kondisi pembuluh darah koroner, ada yang memeriksa secara fungsional (tidak langsung), misalnya: EKG, Treadmill, Echocardiography. Ada yang secara langsung ke anatomi pembuluh darah koroner, seperti: CT-Scan/calcium scoring dan kateterisasi.

**Baca juga: Kapolri dan Panglima TNI Ajak Generasi Muda Peduli Lingkungan.

Untuk mengetahui kondisi pembuluh darah koroner, pemeriksaan yang secara langsung ke anatominya tentu lebih baik. Tetapi kendalanya pemeriksaan tersebut invasif (melukai pasien), lama, mahal dan lainnya, sehingga sulit digunakan untuk screening.

Ada pemeriksaan yang dinamakan “Calcium Scoring”, yang merupakan bagian dari pemeriksaan CT-Scan yang mempunyai beberapa kelebihan sehingga dapat digunakan untuk screening.

Apa itu Calcium Scoring?
Calcium Scoring adalah pemeriksaan nilai kalsium pada pembuluh darah jantung menggunakan CT Scan, yang merupakan cara non – invasif untuk memperoleh informasi tentang keberadaan, lokasi dan kadar sumbatan di arteri koroner (pembuluh darah yang mensuplai darah yang mengandung energi dan oksigen ke otot jantung).

Nilai kalsium yang didapat merupakan indikator yang berguna untuk melihat seberapa banyak sumbatan di pembuluh darah koroner jantung dan seberapa besar risiko seseorang terkena serangan jantung.

Mengapa Kalsium?
Terbentuknya sumbatan diawali oleh penimbunan lemak yang menumpuk di pembuluh darah koroner. Dalam proses aterosklerosis (proses terbentuknya sumbatan), kalsium akan ikut dalam proses yang diawali pembentukan lemak tsb. Sehingga makin besar sumbatan, akan makin banyak pula jumlah (score) kalsiumnya dan tidak tergantung pada konsumsi kalsium ataupun kadar kalsium dalam darah.

Kelebihan Pemeriksaan Calcium Scoring :
Efektif, langsung ke anatomi koroner
Hasil cukup informatif untuk screening
Non-Invasif, tidak melukai pasien
Tidak melelahkan pasien
Pemeriksaan cepat, hasil cepat
Relatif murah
Tidak menggunakan zat kontras
Tidak banyak radiasi
Tidak perlu cek laboratorium untuk fungsi ginjal ( ureum kreatinin)
Tidak perlu puasa.(fit)

Print Friendly, PDF & Email