oleh

Pandemi COVID-19 Tingkatkan Sindrom ‘Patah Hati’?

image_pdfimage_print

Kabar6-Sebuah penelitian mengungkapkan, broken heart syndrome atau sindrom patah hati menjadi semakin meningkat di tengah pandemi virus corona. Berdasarkan penelitian, sindrom ini muncul akibat kondisi sosial dan ekonomi.

Broken Heart Syndrome bukanlah sindrom putus cinta, namun mengarah pada gejala lemah jantung atau kardiomiopati yang disebabkan oleh stres. Sindrom ini juga dikenal dengan nama sindrom Takotsubo.

Studi terbaru di Ohio, Amerika Serikat, melansir Dreamers, menemukan bahwa selama masa pandemi, orang dua kali lebih mungkin mengalami sindrom patah hati. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal medis JAMA Network Open ini mengamati 1.914 pasien yang dirawat selama pandemi. Semua pasien juga mengikuti tes virus corona, tapi mendapatkan hasil yang negatif.

Hasilnya, peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan sindrom patah hati terjadi karena tekanan psikologis, sosial, ekonomi karena pandemi seperti isolasi, kurangnya interaksi, menjaga jarak, dan faktor ekonomi yang memberatkan kehidupan. ** Baca juga: ‘Ngidam’ Suatu Jenis Makanan Bisa Tunjukkan Tubuh Kekurangan Zat Tertentu

“Pandemi telah menciptakan lingkungan paralel yang tidak sehat. Jarak emosional tidak sehat. Dampak ekonomi tidak sehat. Penelitian kami menemukan bahwa stres kardiomiopati naik karena stres yang diciptakan pandemic,” dokter ahli jantung Ankur Kalra, pemimpin penelitian ini.

Namun, peneliti juga mengakui studi ini masih memiliki keterbatasan karena hanya dilakukan di Ohio. Untuk dapat mengeneralisasikan hasil penelitian, dan mendapatkan hasil yang lebih akurat maka dibutuhkan penelitian lebih banyak.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email