1

Tri Ramadhan Curi Motor Buat Ongkos Pulang Kampung

Kabar6-Aksi nekat Tri Ramadhan (18) mencuri sepeda motor Perigi Baru, RT 03/05, Kecamatan Pondok Aren,  Tangerang Selatan (Tangsel), pada Minggu (23/9/2012), kiranya bukan tanpa sebab.

Remaja putus sekolah ini mengaku terpaksa mencuri karena butuh uang untuk biaya pulang ke kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat.

“Saya sudah tidak tahan lagi merantau. Saya ingin pulang kampung saja. Tapi, karena tidak punya uang, jadinya saya nekat mencuri sepeda motor. Tapi, malah tertangkap,”  ujar Tri lagi.

Guna mempertanggungjawabkan perbuatannya, kini Tri Ramadhan masih menjalani pemeriksaan intensif di Mapolsek Pondok Aren.

Ya, Tri Ramadhan lolos dari maut setelah diamankan petugas Polsek Pondok Aren dari amuk massa, setelah aksinya mencuri sepeda motor Yamaha Mio B 3236 NBE dipergoki warga Perigi Baru, RT 03/05, Kecamatan Pondok Aren,  Tangerang Selatan (Tangsel).(turnya)

 




Acungkan Golok, Pelaku Curanmor Dikeroyok Warga

Kabar6-Setelah sempat mengacung-acungkan golok kepada warga, pelaku pencurian kendaraan bermotor (curanmor) berhasil diringkus di Perigi Baru, RT 03/05, Kecamatan Pondok Aren,  Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (23/9/2012).

Remaja putus sekolah yang belakangan diketahui bernama Tri Rhamadan (18) kini mendekam di sel tahanan Polsek Pondok Aren, setelah sempat menjadi bulan-bulanan warga yang meringkusnya.

Informasi yang berhasil dihimpun kabar6.com, peristiwa berawal ketika pelaku berupaya membawa kabur sepeda motor Yamaha Mio warna hitam B 3236 NBE yang sedang terparkir di rumah sekaligus kios bensin milik Ny. Juriah, warga setempat.

Namun, belum sempat meninggalkan lokasi, aksi pelaku itu sempat dipergoki oleh pemilik warung yang langsung meneriaki pelaku maling sambil mengejar dan berupaya menarik sepeda motor tersebut.

Tak pelak, teriakan keras korban seketika membuat warga sekitar langsung berdatangan ke lokasi dan mengepung pelaku. 

Sedangkan pelaku yang sadar aksinya diketahui warga, spontan menjadi panik hingga mendorong tubuh Ny. Juriah hingga jatuh tersungkur. Bahkan, sambil berupaya kabur pelaku juga sempat mengacung-acungkan golok guna menakut-nakuti warga.

Tak lama berselang, aksi pelakupun berhasil dilumpuhkan. Warga yang marah bahkan sempat menghakimi pelaku hingga babak belur. Beruntung sebelum warga bertindak lebih jauh, polisi tiba dilokasi dan mengamankan pelaku ke Mapolsek Pondok Aren.(turnya)




Investigasi Daging Babi Ilegal, Wartawan Banten Pantura Pos Sekarat Dianiaya

Kabar6-Seorang wartawan tabloid mingguan berita Banten Pantura Pos ditemukan terkapar sekarat di kawasan Pasar Anyar, Kota Tangerang, Sabtu (22/9/2012).

Beruntung, tubuh terkapar korban yang belakangan diketahui bernama Alpi sempat ditemukan warga, hingga langsung dilarikan ke RSUD Tangerang.

Midun (25), salah seorang rekan korban mengatakan, sebelum tewas korban diketahui sedang melakukan investigasi terkait peredaran daging babi ilegal di Pasar Anyar.

“Kuat dugaan Alpi dianiaya oleh orang tak dikenal setelah melakukan investigasi terkait kasus tersebut. Pasalnya, terdapat sejumlah luka memar di bagian pipi dan dada,” ujar Midun.

Saat ini, tubuh sekarat korban sudah dibawa kerumahnya di Perumahan Cimone Permai, Jalan Beta 1, No 141,  persisnya di depan Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang. Sedangkan kasusnya ditangani petugas Polres Metropolitan Tangerang.(bad)

 




Warga Bima Sepakat Dukung WALI’s Untuk Pimpin Kabupaten Tangerang

Kabar6-Seluruh warga asal Bima-NTB yang berdomisili di wilayah Kabupaten Tangerang, menyatakan sikap mendukung Calon Bupati (Cabup) dan Wakil Bupati (Cawabup) Tangerang, H. Achmad Suwandhi-Muhlis atau WALI’s untuk memimpin Kabupaten Tangerang pada periode 2013-2018 mendatang.

Hal tersebut, terungkap saat pasangan Cabup-Cawabup yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bersilaturrahmi ke kantong massa Bima di kawasan Citra Raya, Kecamatan Cikupa, Sabtu, (22/9/2012).

Amirudin, tokoh masyarakat Bima-NTB mengatakan, pihaknya dan seluruh warga lainnya berkomitmen akan mendukung penuh langkah WALI’s untuk menjadi pemimpin di kota seribu industri ini. Mereka, akan serentak menyalurkan suaranya kepada pasangan tersebut.

“Kami, siap dukung dan salurkan suara kami untuk WALI’s. Pasalnya, kandidat ini kami nilai integritasnya cukup bagus dan dapat membela kepentingan warga. Kami, suka dengan semangat mereka yang lebih pro rakyat,” ujarnya.

Senada diungkapkan Sirajuddin, salah satu pengurus Komunitas Bima (Kombi) Kabupaten Tangerang, dirinya akan intens melakukan konsolidasi kepada masyarakat untuk memilih WALI’s yang memiliki jargon Pemimpin Baru Harapan Baru (Pembaharu) ini pada pesta demokrasi yang digelar pada 9 Desember mendatang.

“Kami, akan terus konsolidasi kebawah memperkenalkan WALI’s ke warga. Saat ini, kami tengah menyusun kekuatan supaya WALI’s menang di pemilukada nanti,”.

Sementara itu, Calon Wabup Tangerang, Muhlis menegaskan, ketika dirinya dan pasangannya terpilih dan di percaya masyarakat Kabupaten Tangerang untuk memimpin daerah itu, maka hal pertama yang akan dilakukannya yakni, membangun infrastruktur kesehatan, seperti rumah sakit tanpa kelas untuk warga miskin.

Selain itu, pihaknya juga berkomitmen akan mengentaskan pengangguran baik warga pribumi maupun pendatang dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap pakai dan mempunyai skill mmelalui Balai Latihan Kerja (BLK).

“Saya sangat terharu dengan dukungan ini. Saya mohon do’a dan dukungannya, semoga saya dan pasangan terpiih dan dipercaya untuk memimpin daerah ini,” ujar Muhlis, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi 3 di DPRDKabupaten Tangerang.(din)




Dihargai Murah Penyebab Pembunuhan di Tegal Rotan

Kabar6-AS (20) korban pembunuhan yang jasadnya ditemukan didekat Tol Bintaro, Tegal Rotan, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ternyata penadah barang hasil kejahatan.

Para pelaku sakit hati karena barang hasil pencopetan dan penjambretan selalu dihargai murah hingga akhirnya tega menghabisi nyawa korban.

“Seluruh motifnya karena dendam sakit hati, menjual barang kepada korban tidak sesuai. Dan kurang,” ungkap
Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya, AKBP Helmy Santika, saat gelar perkara, Sabtu (22/9/2012).

Helmi menjelaskan, peranan masing-masing tersangka saling berbeda. Toni Alfia alias Tompel (20) sebagai eksekutor, Irfan Maulana (21), Wahyuda Suhendra alias Bembeng (25) dan Bahrudin alias Udin yang pertama kali tertangkap ketiganya selaku pemantau aksi pembunuhan.

Masih menurut Helmy, pada 5 September 2012 malam hari mereka berkumpul didaerah Puri Beta, Larangan, Kota Tangerang. Diniharinya mereka merencanakan aksi menghabisi korban SA berbekal sebilah celurit milih Bahrudin.

Udin kemudian meminta Tompel untuk memancing keluar Ade dengan iming-iming akan menjual ponsel Blackberry Onyx dan butuh cepat. Mereka janjian bertemu di Tegal Rotan.

Begitu Ade tiba dengan sepeda motor Honda Scoopy yang dipinjamnya, tiba-tiba Udin menyabet leher AS dengan celurit hingga nyaris putus. Ade sempat memberontak, namun akhirnya kembali disabet Tompel dengan celurit yang sudah disiapkannya.

“Mereka dijerat pasal 340 KUHP karena sudah masuk dalam pembunuhan berencana. Untuk dua orang lainnya, dijerat pasal 480 KUHP karena berperan sebagai penadah,” kata Helmy.

“Yang menjadi otaknya adalah Udin. Dia yang merencanakan pembunuhan ini. Sedangkan lainnya berperan mengawasi sekitar agar saat eksekusi tidak ketahuan, ada yang mengambil uang dan ponsel, dan ada yang menghabisi,” tambah Helmy.

Para tersangka biasa melakukan aksi pencopetan dan penjambretan didaerah sekitar Joglo, Ciledug, Kembangan, Puri dan sekitarnya.

“Korban tidak sadar mau dihabisi. Sampai di TKP (Tempat Kejadian Perkara) pelaku menggorok leher korban dan ditinggalkan begitu saja dan motor korban diambil lalu dijual pelaku seharga Rp 3 juta,” papar Helmi.

Sementara salah satu pelaku, Burhanudin alias Udin, mengaku tak ada rencana menghabisi nyawa korban. Pelaku mengamini bila kekesalan ini akibat dari jual-beli handphone hasil kejahatan.

“Anak-anak (para pelaku) sebal karena Ade sepertinya ga adil kalo kita lempar barang dihargain murah mulu,” ujar Udin. (yud)

 




Pelaku dan Korban Pembunuhan di Tegal Rotan Komplotan Copet

Kabar6-Misteri kasus pembunuhan terhadap AS (18) yang ditemukan tewas dalam kondisi leher tergorok didekat Tol Bintaro, Tegal Rotan, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) akhirnya terkuak.

Hubungan korban dengan para pelaku ternyata terlibat dalam komplotan tindak kejahatan pencopaten.

“Motifnya sakit hati karena pembagian hasil copet tidak sesuai dengan keinginan pelaku. Pelaku adalah kelompok pencopet, korban adalah penadah,” ungkap Kabid Humas Kasubbid Penmas, Polda Metro Jaya, AKBP Mahbub, lewat pesan resmi kepada wartawan melalui layanan Blackberry, Sabtu (22/9/2012).

Dia memaparkan, total jumlah tersangka yang tega menghabisi AS sebanyak 4 orang. Seluruh pelaku sudah berhasil diamankan dan ditangkap secara terpisah.

Keempat pelaku tersebut antara lain,
Toni Alfia alias Tompel (20), Irfan Maulana (21), Wahyuda Suhendra alias Bembeng (25). “Dari tangan para tersangka disita  BB (barang bukti) HP korban 1 merk Nokia,” jelas Mahbub.

Seperti diberitakan Kabar6.com sebelumnya, korban diidentifikasi masih berstatus pelajar dengan inisial As (18), warga Kampung Pondok Belimbing, RT 03/04, Kelurahan Jurang Mangu Barat, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangsel.

“Identitas korban sudah kami ketahui. Berisial As dan masih berstatus sebagai pelajar. Saat ini, kami masih terus berupaya menyelidiki penyebab kematian korban,” ujar Kapolsek Ciputat Kompol Alip, tanpa merinci status dan alamat sekolah korban, Senin (10/9/2012).

Ya, saat ditemukan kondisi korban sangat mengenaskan. Selain tanpa identitas, sekujur tubuh korban juga dipenuhi oleh luka menganga. Jari telunjuk putus, dan bagian lehernya juga terdapat luka menganga.

Kuat dugaan, jenazah pemuda berusia sekitar 20 tahun itu merupakan korban pembunuhan. Pasalnya, sekujur tubuh hingga kepala korban dipenuhi luka bacokan. Selain jari telunjuk sebelah kanan putus, bagian leher korban juga terdapat luka menganga hingga nyaris putus.(yud)




Ahli Waris Desak Pemkot Tangsel Tuntaskan Sengketa SDN Jombang VII

Kabar6-Terkait penyegelan yang dilakukan pihak ahli waris terhadap SDN Jombang VII yang beralamat di jalan Jembar Raya RT 1/5, Kampung Cilalung, Jombang, Tangerang Selatan (Tangsel), pertemuan antara ahli waris dan pihak pemerintah pun dilakukan.

Sekertaris Daerah Pemerintah Kota Tangerang Selatan, H. Dudung Direja mengatakan kalau pihaknya akan bertanggung jawab. “Kami akan melakukan pembayaran pada anggaran tambahan 2012, namun pembayarannya entah kapan itu saya tidak tahu,“ kata Dudung.

Erna Sumarni ahli waris tanah seluas 1030 m2 dengan Akta Jual Beli bernomor jb No.590/jb/Kec.Cpt/1986 mengatakan kalau sebenarnya pihak keluarga sudah tidak percaya lagi dengan pemerintah.

“Sudah 23 tahun saya menunggu dan ternyata semua itu hanya janji saja, maka dari itu saya meminta agar Pemerintah jangan umbar janji terus, segera di realisasikan,” kata Erna Sumarni.

Untuk diketahui SDN VII Jombang terpaksa dilakukan penyegelan oleh pihak ahli waris sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang terkesan menutup mata. Walaupun sempat terjadi adu mulut antara pihak ahli waris dan orang tua murid, ternyata kebanyakan yang melakukan aksi demo tersebut adalah orang bayaran.

“Saya ngga ngerti persoalannya, saya hanya diperintahkan seseorang yang mengaku utusan Camat setempat untuk melakukan aksi, dengan bayaran 50 ribu,” kata seorang laki-laki yang masih menggunakan helm dengan inisial UD.

Sementara itu seorang ibu yang mengantarkan anaknya sekolah mengatakan kalau dirinya mengetahui permasalahan tanah tersebut. “Saya sudah tahu masalahnya, kalau bisa pemerintah secepatnya menyelesaikan dengan ahli waris, biar anak saya bisa sekolah dengan tenang,” ujar wanita yang mengaku bernama Iin itu.

Kemudian Erna sangat menyesalkan dengan pihak Pemerintah Tangerang Selatan yang mengumbar omongan kesemua kalangan bahwa pihak ahli waris arogan.

“Saya baca di beberapa media kalau pemerintah Tangsel mengatakan kami arogan, kok mereka ngga ngaca kepada diri sendiri yah, kenapa bisa membuat keputusan yang tidak sesuai janjinya,” tambah Erna.

Tidak hanya itu, Hj. Syamsiah selaku istri dari alm.Nurdin Yahya merasa kesal dengan sikap pemerintah yang hanya mengumbar janji.

“Saya sudah lebih dari 20 tahun diam dan menunggu pihak pemerintah yang akan menyelesaikan, sampai suami saya meninggal dan sajpai saat ini malah pihak pemerintah terskesan menyepelekan kami. Apalagi sampai mengatakan kami arogan, apa tidak sebaliknya,” kata Hj. Syamsiah seraya menambahkan kalau dirinya sudah tidak lagi percaya dan gidak mau brurusan dengan pemerintah.

“Inintanah saya, saya mau pagar, mau tanamin cabe, mau saya apain kek, terserah saya, pemerintah aja sudah ga perduli,” tambahnya. (Sly)

 




Pemerintah Tangerang Selatan Mangkir Janji

Kabar6-Mengenyam pendidikan dengan tenang tampaknya masih menjadi impian sejumlah anak di kota Tangerang Selatan ( Tangsel ). Beberapa permasalahan yang menyangkut sengketa lahan, kerap terjadi di kota hasil pemekaran kabupaten Tangerang ini.

Setelah SD Negeri Ciledug Barat, kini giliran siswa SDN Jombang VII Jalan Jembar Raya RT 1/5, Kampung Cilalung, Jombang, yang harus terganggu proses belajar mengajarnya akibat lahan sekolah disegel pihak yang mengaku sebagai pemilik sah lahan.

Ahli waris lahan mengaku akan tetap menyegel hingga mendapatkan jaminan pasti berupa surat persetujuan diatas materai dari Pemkot Tangsel untuk membayar ganti rugi lahan.

“Kami sudah puluhan tahun berjuang menunggu kepastian dari Pemerintah, tapi hingga kini belum kami dapatkan. Kami terlanjur sakit hati” tandas ahli waris, Erna, kemarin.

Erna menambahkan kalau sekktar bulan Januari pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Dinas Pendidikan, Camat dan Pol PP. Dan hasilnya diperoleh kesepakatan bahwa Pemkot Tangsel bersedia membayar ganti rugi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathoda membenarkan bahwa lahan memang sah milik ahli waris. Hal inidibuktikan dengan sejumlah dokumen kepemilikan berupa sertifikat, Akta Jual beli, serta NJOP.

“Kita akan bayarkan di anggaran perubahan 2012” ungkap Mathoda pada saat melakukan pertemuan dengan pihak ahli waris.

Sementara itu Sekertaris Daerah Pemkot Tangerang Selatan, H. Dudung Direja mengatakan kalau pihaknya akan bertanggung jawab dan akan melakukan pembayaran.

“Tetapi itu bukan bulan Agustus bayarnya, bisa saja saya bayar secepatnya atau tahun depan, tergantung dananya cair “ kata Dudung Direja kepada wartawan pada saat pertemuan itu. 

Kemudian sewaktu ditanya mengenai niat ahli waris yang akan melakukan perubuhan bangunan sekolah jika tidak dibayarkan, dengan santainya Sekda Dudung Direja menjawab “ Kan Mau dibayar, hanya saja kapannya saya tidak bisa bilang “ tambahnya.

Erna sumarni selaku ahli waris tanah tersebut mengatakan kalau dirinya akan melakukan tindakan yang sangat tegas, mengingat sudah 23 tahun pihaknya menunggu kepastian dari pemerintah.

Dan Erna juga mengatakan kalau semua pertemuan yang dilakukan pihak pemerintah Tangerang Selatan selalu ada dokumennya. “Saya punya rekaman film maupun suara setiap pertemuan, jadi saya sangat marah ketika melihat sikap aparat pemerintah yang trkesan menutup mata ” tegas Erna.(Sly)




Mampu Ciptakan Kendaraan Wisata, Pemkot Tangsel Belum Melirik

Kabar6-Beragam potensi yang ada di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat. Bila diberdayakan, tak mustahil dapat mengangkat daerah.

“Untuk kendaraan wisata sudah dioperasikan di pemakaman mewah San Diego Hills di Karawang untuk wisata. Kendaraan ini dihargai Rp 100 juta” ungkap kepala bengkel SMK Sasmita Jaya, Sunarya, Jumat (21/9).

Pusat perbengkelan di SMK Sasmita Jaya, Pamulang, kata Sunarya, sudah membuat kendaraan wisata. Kendaraan tersebut hasil karyanya sudah dijual ke pengembang besar untuk dijadikan kendaraan wisata.

Dikatakan Sunarya pusat bengkel yang juga tempat berkreasi dan melatih keterampilan siswa SMK tersebut, bahkan sudah memproduksi alat-alat peraga kes SMK maupaun instansi di seluruh Indonesia untuk pelatihan perbengkelan.

“Setiap tahun sekitar 250 alat peraga perbengkelan sudah kita produksi. Baik untuk pesanan dari wialayah Jakarta maupun dari sejumlah pulau di Indonesia,” katanya.

Selain alat peraga, Sambung Sunarya, di SMK ini sudah membuat sebuah kendaraan. Namun, belum bisa memasarkannya. Lantaran, kurangnya bisa bersaing dengan kendaraan buatan Eropa mau pun Jepang.

“Mesin belum bisa kita produksi, disini (bengkel-red) hanya asemmblingnya saja. Kita bisa saja membuat mobil tapi untuk kita pasarkan bukan untuk eksperimen,” terangnya.

Menurutnya, hasil kerja keras anak SMK ini terkendala permodalan serta tidak adanya perhatian dari pemerintah setempat. Pihaknya berharap ada bantuan modal bergulir dari Pemkot Tangsel.

“Alat peraga sudah dijual hingga Makassar, tetapi, Pemkot belum pernah melirik kami. Padahal, ini potensi besar untuk mengembangkan pemuda di Kota Tangsel,” katanya.

Salahseorang siswa Reza Alfian Akbar berharap agar Pemkot Tangsel dapat memberikan semangat dan pekerjaan. Hal tersebut dapat menjadikan contoh bagi daerah lain yang memperhatikan kreasi anak lokal.

“Teman-teman bisa merakit mobil dengan mesin Hitech. Kita juga sudah bekerjsama dengan sejumlah perusahaan otomotif di Indonesia,” ucapnya.(yud)




Pagar Bambu Ahli Waris SDN VII Cilalung Lewati BSD

Kabar6-Langkah pihak yang mengklaim sebagai ahli waris SD Negeri VII Cilalung, Jombang, disesali warga sekitar. Selain salah kaprah, ahli waris juga menyalahi batas area pemagaran.

Demikian disampaikan, Harun (61), pedagang warung makanan yang berada tepat didepan sekolah menceritakan bila  pagar yang dibuat ahli waris sebenarnya sudah melewati batas patok.

“Namanya BSD, bukan Bumi Serpong Damai. Tapi namanya Batas Sekolah Dasar,” kata pria paruh baya ini kepada Kabar6.com dilokasi sengketa, Jum’at (21/9/2012).

Menurut Harun, sebenarnya ada tiga
buah patok yang membatasi keduanya. Batas tengah tersebut berada persis dibagian kanan gerbang masuk sekolah. Sementara pagar yang dibuat ahli waris
melewati beberapa meter ke dalam lahan sekolah.

“Saya tahu persis karena waktu itu saya ikut membangun gedung sekolah sekitar tahun 1984-1985, makanya saya tahu persis,” akunya sambil memperlihatkan patok BSD berwarna putih yang dimaksud.

Akibat termakan usia, patok-patok tersebut kini sudah rusak. Keberadaanya, terang Harun, masih terlihat meski tidak begitu jelas. Ia menceritakan, saat pembangunan gedung sekolah, sebenarnya kala itu tidak ada pihak ahli waris yang mempersoalkannya.

“Kalau memang mau menseketakan lahan sekolah harusnya dari dulu, jangan sekarang baru ramai,” cetusnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Tangsel, Mathoda, mengatakan kalau sengketa kepemilikan lahan sudah berlangsung lama.

Sejak awal tahun 2012, pihak ahli waris sempat beberapa kali menyegel sekolah yang berdiri diatas lahan seluas 1.000 meter persegi tersebut.

Mereka mengklaim atas kepemilikan lahan itu dan meminta kompensasi atas lahan yang digunakan sebesar Rp 1 juta per meter.

Setelah melalui proses hukum, akhirnya pengadilan memutuskan kalau hanya sebagian lahan yang secara resmi dimiliki pemilik atas nama atas nama (alm) Nurdin Yahya.

“Sekolah ini (SDN Jombang VII) kan aset warisan dari pemerintahan
sebelumnya yang masih berstatus Kabupaten Tangerang. Makanya, awal
sengketa sebelumnya kami belum mengetahui secara persis,” terangnya dihubungi Kabar6.com secara terpisah.

Pemerintah Kota Tangsel, berjanji akan melakukan renovasi sekolah secara total dengan menambah jumlah kelas yang ada guna menampung jumlah murid. Untuk aksi pemagaran diluar patok, Mathoda mengaku belum meninjau ke lokasi.

“Kebetulan hari ini (Jum’at, 21/9/2012) masih padat jadwal, tapi besok pasti kami akan tinjau ke lapangan. Pemkot juga sudah membeli lahan untuk proses renovasi nanti,” paparnya.

Sementara itu, hingga sore hari pihak ahli waris belum dapat dikonfirmasi
terkait aksi pemagaran tersebut.(yud)