Aktivis Gantung Diri di Kantor Gubernur Banten
Aksi ini dilakukan saat unjukrasa berlangsung di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang.
Ratusan massa APMB dan RTMB melakukan aksi unjukrasa terkait penyaluran dana hibah dan bantuan sosial (bansos) oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten sejak 2001, 2012, dan 2013.
Dana hibah dan bansos ini mereka anggap bermasalah.
“Penyaluran dana hibah penuh rekayasa lantaran banyak disunat oleh oknum pejabat di Pemprov Banten,” kata Yaya Baehaki, Ketua APMB kepada wartawan, Rabu (25/9/2013).
Menurutnya, berdasarkan pengakuan penerima yang menjadi korban penyunatan hibah, ada oknum pejabat yang bertugas mencari penerima hibah.
Sedikitnya ada empat lembaga yang tidak menerima dana hibah dan bansos secara penuh.
Pihaknya mencatat, Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Komar di Kabupaten Lebak mendapatkan bansos 2012 Rp 25 juta tetapi hanya diterima Rp 5 juta.
Yayasan Tufatul Atfal tidak mengajukan proposal bansos 2011/2012 namun masuk daftar penerima sebesar Rp 25 juta.
Ponpes Nurul Ikhwan di Kabupaten Lebak mendapat bansos Rp 25 juta pada 2012 tapi disunat oknum makelar hibah Rp 18 juta. Yayasan Almukarobah di Kabupaten Tangerang diduga fiktif karena tidak ada yayasannya.
“Untuk itu kami mendesak Kejati Banten untuk berani mengusus kasus hibah ini hingga tuntas,” kata Yaya.
Sementara itu, aksi teaterikal ‘gantung diri’ dilakukan selama kurang lebih sejam. Dalam aksi ini, seorang aktivis terlihat bergelantung dengan tali terlilit di leher. Di dadanya terpasang karton bertuliskan ‘Gantung Mafia Hibah’.(bbs/jus)