Kabar6-Entah apa yang ada dalam benak David Moot (59). Pria yang juga berprofesi sebagai desainer interior ini nekat membeli properti di tepi tebing yang terkikis, padahal rumah itu terancam jatuh ke laut dalam beberapa tahun akibat krisis iklim.
Moot, melansir Nypost, menemukan rumah pantai ‘impiannya’ di Cape Cod, Massachusetts, berisi kamar tidur yang menghadap ke Samudra Atlantik. Rumah Moot memiliki pemandangan indah setinggi 7,6 meter ke dasar jurang. Tak tanggung-tanggung, Moot rela merogoh kocek sekira Rp6,087 untuk membeli rumah tersebut. Moot mengaku akan menikmati rumah pinggir tebing itu selama bangunan masih berdiri.
Moot sendiri membeli rumah yang harganya 67 persen lebih rendah dari penjualnya pada 2022, seharga sekira Rp18,41 miliar. Sementara jarak rumah Moot ke ujung tebing hanya 7,62 meter.
“Hidup ini terlalu singkat, dan saya hanya berkata pada diri sendiri, ‘Mari kita lihat apa yang terjadi’,” kata Moot. “Pada akhirnya benda itu akan jatuh ke laut, dan mungkin akan terjadi di masa hidup saya atau tidak.”
Meski rumahnya terancam terjatuh, Moot tak sungkan mengajak orang-orang yang sakit keras untuk datang ke rumahnya untuk menikmati dan menghargai pemandangan laut. “Ini adalah mimpi indah yang telah menjadi kenyataan bagi saya dan saya ingin sekali bisa membagikannya,” ujar Moot.
Sebelum membeli rumah pada Desember 2023 lalu, Moot mengaku berkonsultasi dengan ahli dan mempelajari proyeksi tingkat erosi di sekitar propertinya. Ia mencari tahu cara memperlambat erosi dengan menanam rumput pantai yang bisa membuat pasir stabil. Selain itu, Moot mengubah arah fasad rumah, yang tadinya di belakang menjadi di depan.
Direktur sains dan strategi konservasi di Nature Conservancy, Alison Bowden, membagikan beberapa metode untuk memperlambat erosi beserta dampaknya.
“Kombinasi media alami seperti cangkang tiram dan tanaman asli, serta pasir atau batu, terkadang ditaburi kerang hidup,” terang Bowden. “Instalasi ini dirancang untuk melindungi properti dan mencegah erosi sekaligus meningkatkan habitat, kualitas air, dan kondisi ekologis dengan cara yang tampak alami dan konsisten dengan karakter masyarakat pesisir dan penggunaan pantai.” (ilj/bbs)