oleh

Misterius, Seluruh Penduduk Desa di Danau Anjikuni Menghilang

image_pdfimage_print

Kabar6-Seorang pemasang jebakan berang-berang pria bernama Joe Labelle tengah menyusuri pedalaman Kanada Utara, ketika tiba-tiba cuaca memburuk, yang mengharuskan dirinya berteduh.

Hujan salju yang terjadi saat musim dingin pada 1930 itu, membuat Labelle mau tak mau pergi ke desa suku Inuit terdekat sambil menunggu cuaca kembali membaik. Namun, sesampainya di desa salah satu suku Inuit, Labelle terkejut karena melihat pemandangan yang tak lazim.

Desa yang ada di tepi danau Anjikuni itu, melansir allthatsinteresting, tampak sepi seakan tak berpenghuni. Saat melongok ke gubuk, Labelle menemukan timbunan senjata, pakaian, serta makanan di dalamnya. Pria itu menduga, penduduk meninggalkan desa secara beramai-ramai dengan tergesa-gesa. Labelle lantas pergi ke pos telegram terdekat yang ada di kota untuk memberikan kabar kepada temannya tentang peristiwa yang dialami.

Beberapa jam setelah mengirimkan kabar telegram, rekan Labelle bernama Armand Laurent dan dua orang putranya, beserta sejumlah anggota Kepolisian Kanada tiba di lokasi.

Keanehan semakin terasa ketika mereka memeriksa kompleks pemakaman di dekat desa. Tampak liang-liang kuburan yang ada di sana sudah berada dalam kondisi terbuka dan mayat-mayatnya pun menghilang. Melihat kondisi tanah yang membeku dan mengeras, mereka yakin kalau pelakunya bukanlah hewan liar.

Polisi juga yakin kalau pelakunya bukanlah anggota suku Inuit, karena mereka memiliki kepercayaan bahwa kegiatan membongkar kuburan adalah hal yang terlarang. Polisi juga menemukan adanya bebatuan tegak berdiri di samping masing-masing liang.

Kasus hilangnya penduduk desa danau Anjikuni sendiri pertama kali jadi bahan konsumsi pers setelah surat kabar Le Pas, Manitoba, memuat berita tersebut pada November 1930.

Namun, kasus ini baru menyita perhatian publik dunia setelah Halifax Herald menyebut desa tersebut sebagai ‘Desa Orang Mati’ dalam headline surat kabarnya. Berbagai spekulasi pun bermunculan, mulai dari yang sifatnya masuk akal hingga sejumlah teori.

Pada 1959, penulis Frank Edwards menerbitkan sebuah buku yang berjudul ‘Stranger than Science’ yang mana kasus hilangnya penduduk desa danau Anjikuni turut disertakan di dalamnya.

Kepolisian Kanada ikut bereaksi atas terbitnya buku tersebut dengan menyatakan kalau kasus raibnya penduduk desa di danau Anjikuni sebenarnya tidak pernah terjadi.

Meski sejumlah pihak menganggap apa yang ditulis Edwards berlebihan, klaim dari pihak kepolisian tidak serta merta ditelan begitu saja oleh masyarakat. Pasalnya, sudah ada dokumentasi dari media sejak 1930-an yang mengarah pada kebenaran dari tulisan Edwards. Untuk mengatasi kekhawatiran publik, pihak kepolisian Kanada pun melakukan penyelidikan baru.

Hasilnya, mereka menyatakan bahwa suku Inoit memang hidup secara nomaden alias berpindah-pindah. Namun, penjelasan tersebut tidak lantas membuat semua pihak merasa puas.

Para pegiat teori konspirasi ikut berspekulasi, penduduk desa dan mayat yang ada di pemakaman telah diculik oleh alien sehingga menghilang tanpa jejak. ** Baca juga: Lepas Masker untuk Makan Kacang, Penumpang Sebuah Maskapai Diusir

Benarkah begitu? Lantas, ke mana perginya suku Inoit?(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email